Home / CEO / Gairah Sang CEO / Bab 20. Lambung atau hati yang bermasalah

Share

Bab 20. Lambung atau hati yang bermasalah

Author: Kai Chang
last update Last Updated: 2024-03-09 23:37:20

Alexander terbaring di atas tempat tidur, wajahnya meringis kesakitan setiap kali lambungnya menolak makanan pedas yang tadi dia nikmati dengan rakus. Clara memasuki kamarnya dengan ekspresi khawatir yang tak bisa disembunyikan ketika mendapat kabar dari pengawal pribadi Alexander jika bosnya itu tidak bisa menerima rasa pedas karena Alexander memiliki Maagh angkut.

"Tuan, apakah Anda baik-baik saja?" tanya Clara dengan suara lembut saat membuka pintu kamar Alexander.

Alexander menoleh ke arahnya, tatapannya penuh dengan rasa kesakitan. "Tidak, saya tidak baik-baik saja. Ini... ini sangat menyakitkan."

Clara berjalan dengan langkah ringan menuju tempat tidur Alexander. Wajahnya penuh kekhawatiran saat melihat pria yang biasanya tegar itu kini meringkuk kesakitan di atas tempat tidurnya. Dengan lembut, Clara menawarkan bantuan kepada Alexander.

"Saya akan membantu Anda. Apakah Anda ingin saya memanggil dokter?" tanya Clara pelan, suaranya penuh dengan kepedulian.

Alexander menggeleng l
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Gairah Sang CEO   Bab 21. Kehancuran Clara

    "Ada apa ini? Kenapa wajah kalian tampak serius?" tanya Alexander dengan sorot matanya yang tegas memandang bergantian kepada pengawal pribadinya dan sekretaris pribadinya.Clara membalikkan badannya ke arah bosnya itu. Dia merasa tegang, namun tekadnya untuk menanyakan sesuatu kepada Alexander tidak bisa dibendung lagi."Tuan, saya ingin menanyakan sesuatu kepada Anda. Untuk sekarang saya minta jawaban yang jelas dan tidak menggantung seperti kemarin," ujar Clara dengan wajah yang serius. Matanya menatap lurus ke dalam mata sang bos, mencari kejelasan dari pertanyaannya.Melihat akan terjadinya perdebatan sengit antara Clara dan bosnya, Markus memilih untuk meninggalkan ruangan itu dan memilih untuk menunggu bosnya di luar gedung. Dia tahu betul bahwa percakapan antara Clara dan Alexander mungkin akan berlangsung lama, dan dia tidak ingin ikut campur dalam urusan tersebut."Ada apa? Kau selalu saja

    Last Updated : 2024-03-10
  • Gairah Sang CEO   Bab 22. Penderitaan bertubi-tubi 

    "Apa yang kau pikirkan?" tanya Alexander me dekati Clara yang kini tengah begitu terpukul dengan ucapan Alexander.Bruk!!! Tubuh Clara kini berlutut di depan Alexander, air mata berlinang tak tertahankan. Dengan gemetar, ia memegang erat kaki pria itu sambil merintih pelan."Tuan, aku mohon biarkan aku pergi," pintanya lirih, suara seraknya terdengar penuh harapan. Clara mencoba sekuat tenaga untuk meyakinkan Alexander agar tidak mengambil anaknya yang masih dalam kandungannya itu. Matanya berkaca-kaca dan tatapannya penuh ketulusan saat menatap wajah sang tuan dengan rasa takut yang mendalam.Namun, suara dingin dan tegas dari Alexander membuat Clara semakin terpukul. "Bangunlah Clara! Aku tidak suka melihatmu seperti ini!" tegur Alexander dengan nada tinggi.Dengan tekad yang membara dalam hatinya, Clara menolak untuk bangkit dari posisi berlututnya. "Tidak! Aku hanya akan berdiri jika kau setuju dengan permintaanku!" serunya penuh keyakinan.Senyum licik merekah di wajah Alexander

    Last Updated : 2024-03-10
  • Gairah Sang CEO   Bab 23. Permintaan Nyonya Selma

    Clara segera menyembunyikan kopernya di dalam lemari. Segera dia melangkah ke pintu untuk membuka pintu Penthouse tersebut."Nyonya Selma!" ujar Clara terkejut dengan kedatangan ibu dari bosnya itu."Wah, ternyata kau juga tinggal di apartemen mewah putraku, ya?" sindir Selma sinis menyerobot masuk melewati Clara yang masih tertegun, tapi tak lama kemudian Clara mengikuti langkah wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik dan terawat tersebut."Nyonya, Apakah Anda ingin bertemu Tuan Alexander? Dia pergi perjalanan bisnis ke Munich," papar Clara sembari mengikuti langkah wanita yang terlihat sedikit angkuh itu, mencoba mengalihkan perhatiannya.Selma tersenyum tipis sambil memandang sekeliling penthouse mewah tersebut. "Tentu saja aku ingin bertemu dengannya. Aku penasaran bagaimana anak manja seperti dia bisa sukses dalam bisnis," ucapnya tanpa senyum.Clara merasa tegang mendengar komentar Sinis dari Selma tentang bosnya. Ia tahu bahwa hubungan antara Selma dan Alexander tid

    Last Updated : 2024-03-10
  • Gairah Sang CEO   Bab 24. Clara kesakitan

    Clara terbaring meringkuk di ranjang rumah sakit, wajahnya pucat dan kesakitan, sementara tangannya erat memegang perutnya yang memulas. Detak jantungnya berdegup kencang, mencerminkan kecemasan yang mendalam di dalam dirinya akan keselamatan janinnya. "Tuhan, kenapa sangat sakit... ." rintih Clara meringis kesakitan dan memanggil tim medis ke ruangannya dengan panggilan darurat yang tersedia di kamarnya. Dokter kandungan melangkah masuk ke dalam ruangan Clara dengan ekspresi netral yang menyembunyikan sesuatu di baliknya. "Apakah ada yang bisa kami bantu, Nyonya Clara?" tanyanya dengan suara yang terdengar ramah. Clara menahan rasa sakitnya, mencoba tersenyum. "Ini kenapa, dok. Rasa sakitnya belum reda dari kemarin." "Dapatkah Anda menahan sedikit lagi?" ucap dokter itu, matanya menyelipkan kilatan misterius sebelum kembali ke ekspresi yang netral. "Obat yang saya berikan seharusnya membantu mengurangi rasa sakitmu dalam beberapa saat." Clara mengangguk lemah, terlalu lemah untuk

    Last Updated : 2024-03-11
  • Gairah Sang CEO   Bab 25. Kembalinya Alexander.

    "Dokter, apa yang sedang terjadi?" Clara mencoba menahan rasa sakit yang semakin menggila ketika kesadarannya kembali.Clara tampak bingung, kini dirinya berada di ruang operasi.Sang Dokter mengarahkan pandangannya ke bawah, ke area perut Clara. "Ini adalah bagian dari proses alami, Nyonya Clara. Cobalah untuk tetap tenang," ujarnya, tetapi ada kilatan aneh di matanya.Namun, seiring dengan rasa sakit yang semakin tak tertahankan, Clara merasakan tubuhnya mulai melemah. Dia merasakan aliran hangat di antara pahanya, dan dalam momen keputusasaan, dia menyadari apa yang sedang terjadi."Dokter, Anda... Apa yang Anda lakukan," tanya Clara berusaha untuk mengungkap kebenaran, meskipun kelemahan tubuhnya menguasainya.Sang Dokter menatapnya dengan ekspresi yang dingin. "Kita harus fokus pada apa yang terbaik untuk Anda, Nyonya Clara," jawabnya tanpa rasa penyesalan.Dalam kehancuran dan keputusasaannya, Clara hanya bisa merasakan kekecewaan yang dalam. "Tidak... Ini tidak mungkin Dokter,

    Last Updated : 2024-03-12
  • Gairah Sang CEO   Bab 26. Kegelisahan Alexander.

    "Dimana Mama?" tanya Alexander dengan wajah yang beringas mendatangi rumah kedua orang tuanya. "Nyonya Besar... saat ini masih di ruangan Gym, Tuan Muda," jawab sang asisten rumah tangga yang sudah bekerja puluhan tahun di kediaman keluarga E-Manuel. Wajahnya tampak respek dan penuh pengabdian kepada keluarga tersebut.Alexander tak berkata apapun dengan langkahnya yang panjang dan tegas segera menuju ruang Gym keluarganya yang berada di lantai tiga kediaman mewahnya. Langkah kakinya terdengar berdentum-dentum menggema di koridor-koridor indah rumah besar itu.Brak!!! Suara pintu ruang Gym terbuka keras ketika Alexander memasukinya dengan ekspresi emosi dan kekecewaan yang mendalam. Ia melihat ibunya sedang sibuk melakukan latihan yoga bersama instruktur pribadinya."Alex, kau kenapa Nak?" tanya Nyonya Selma tersentak tapi tetap tenang dalam gerakan yoganya. Matanya menatap putranya dengan penuh perhatian meskipun tubuhnya tetap fokus pada setiap gerakan yoga yang dilakukan.Alexande

    Last Updated : 2024-03-12
  • Gairah Sang CEO   Bab 27. Ada apa dengan Tuan CEO

    Di ruang rapat yang mewah, Alexander E-Manuel duduk di ujung meja, wajahnya terpahat dengan ekspresi yang tegang. Para stafnya duduk di sekitarnya dengan ketegangan yang jelas terbaca di wajah mereka."Tolong jelaskan mengapa proyek ini mengalami keterlambatan lagi," desak Alexander, suaranya menusuk tajam di antara suara-suara yang terdengar di ruangan.Seorang staf, berdiri di hadapannya, mencoba menjelaskan, "Maaf, Tuan Emanuel, kami menghadapi beberapa masalah teknis yang memperlambat kemajuan kami—""Teknis? Teknis adalah alasan yang lemah!" potong Alexander dengan suara yang meninggi, "Saya tidak peduli dengan alasan Anda! Saya membutuhkan solusi, bukan alasan!"Suasana di ruangan menjadi semakin tegang dengan setiap kata yang diucapkan Alexander. Tatapan-tatapan khawatir dan gemetaran mulai terpancar dari karyawan-karyawan yang berada di sekelilingnya."Saya minta ma

    Last Updated : 2024-03-13
  • Gairah Sang CEO   Bab 28. Kekacauan dalam Pesta

    "Sejak tadi Rilla sudah menghubungi Pedro, tapi tak ada jawaban darinya," dengus Rilla kesal dengan sikap orang tuanya yang acuh dengan kecemasannya. Hatinya berdebar-debar, khawatir akan terjadi sesuatu pada Pedro."Tadi sepertinya dia datang, kenapa tiba-tiba menghilang ya?" ujar Abigail yang sempat melihat kedatangan Pedro. Matanya mencari-cari sosok Pedro di antara kerumunan tamu undangan yang hadir."Iya, dia datang tapi tak lama dia bilang akan ke kamarnya untuk berganti baju yang sesuai dengan gaun Rilla. Namun, sampai detik ini dia tak datang-datang," ujar Rilla semakin cemas. Pikirannya melayang-layang memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa saja menimpa Pedro."Baiklah, ayo coba kita cari di kamarnya," ajak Abigail mengajak ke kamar hotel tempat mereka melangsungkan pesta pertunangan putrinya. Mereka berdua segera menuju ke arah kamar tempat Pedro seharusnya berada.Tanpa membuang waktu lagi, Rilla dan kedua orang tuanya memutuskan untuk mencari keberadaan Pedro k

    Last Updated : 2024-03-13

Latest chapter

  • Gairah Sang CEO   Bab 98. Sikap aneh Kakek Mia

    Clara merasa risih ketika lelaki tua itu terus memandang ke arahnya. "Kakek, apakah ada yang salah dengan saya?" tanya Clara segera menutupi bagian dadanya dengan sweater yang dia pakai.Kakek Mia memaksakan senyum, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang melanda hatinya. "Tidak. Boleh Kakek melihat kalungmu lebih dekat?"Clara mengangguk sambil mencopot kalungnya dan menyodorkan kalungnya. "Ini, Kek. Ini adalah kalung peninggalan ibu. Ibu selalu bilang ini sangat berharga."Kakek Mia memegang liontin itu dengan tangan gemetar, matanya berkaca-kaca. "Di mana ibumu mendapatkannya?"Clara mengerutkan kening, merasa aneh dengan reaksi Kakek Mia. "Katanya ini pemberian dari nenekku. Aku tidak pernah bertemu nenek, dia meninggal sebelum aku lahir. Ibu juga sudah meninggal beberapa tahun yang lalu."Kakek Mia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya yang berdebar. "Clara,

  • Gairah Sang CEO   Bab 97. Liontin itu?

    "Tentu saja, Clara. Kau merasa keberatan ketika ada wanita lain yang melihat tubuhku," jawab Alexander dengan wajahnya yang tenang."Tapi jangan lakukan hal sekejam itu, Tuan. Kasihan dengan Mia," jawab Clara terlihat sedih."Clara, dia sangat kejam. Dia bahkan akan mencelakai dirimu dan anak kita dengan memberimu racun yang langka. Dia juga menjebakku dan membuatmu bersedih. Kau masih bisa mengasihinya?" protes Alexander heran melihat reaksi istrinya."Aku tidak akan membiarkan Mia menghancurkan hidupku dan membuatmu bersedih, jika aku tidak memberinya hukuman," lanjut Alexander dengan tegas.Clara hanya bisa diam, dia tidak bisa lagi mencegah suaminya. Beberapa hari kemudian, Alexander berdiri di luar gedung tempat Mia disekap. Dia memasuki gedung tersebut dan memastikan jika Markus melakukan tugasnya dengan baik. Benar saja, di sana dia melihat Mia sudah kehilangan penglihatannya."Mia. Ini cukup untuk membuatmu menyesal sudah bermain api denganku, Mia," ujar Alexander dengan nada

  • Gairah Sang CEO   Bab 96. Jebakan membawa petaka

    "Ini tidak mungkin! Alexander?!" desis Clara dengan suara bergetar.Clara masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Alexander, pria yang selama ini dianggapnya sebagai sosok baik dan setia, kini terlihat tidur dengan Mia, wanita yang selama ini membuat Clara gelisah. Dia mencoba menolak kenyataan yang ada di hadapannya.Selma, merasa harus segera mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah ini. "Ini tidak mungkin! Alexander?!" desis Clara dengan suara bergetar, mencoba untuk menampik apa yang dia lihat.Selma terdiam sejenak, lalu dengan tegas berkata, "Clara, tetap tenang. Aku akan mengurus ini."Selma bergegas meninggalkan Clara seornagbdiri di rumah sakit, dan segera pergi menuju Penthouse putranya.Ketika Selma tiba di penthouse tersebut dengan wajah tegang dan langkah cepatnya, ia segera masuk tanpa permisi. Dan disanalah dia melihat pemandangan yang membuat hatinya hampir copot dari tempatnya: Alexander tertidur hanya dengan memakai bocer pendek dan Mia baru saja selesa

  • Gairah Sang CEO   Bab 95. Clara keracunan

    Clara duduk di meja makan, memegang perutnya yang terasa kram hebat. Wajahnya pucat dan keringat dingin mulai membasahi dahinya. "Aku merasa sangat tidak enak badan," katanya lemah kepada Selma, ibu mertuanya, yang duduk di seberang meja.Selma memandang Clara dengan khawatir. "Kamu kenapa, Clara? Kamu terlihat sangat pucat," ujarnya sambil bangkit dan mendekati Clara. "Sepertinya kamu harus dibawa ke dokter."Saat itu, Mia memberikan segelas air kepada Clara. "Clara, minumlah ini. Mungkin kamu akan merasa lebih baik," katanya dengan senyum simpul.Namun Alexander menampik tangan Mia dan segera menggendong tubuh Clara ke luar untuk diperiksakan oleh dokter. "Aku akan membawanya ke rumah sakit sekarang juga," katanya dengan suara tegas. Mia berusaha membantu mengangkat Clara, namun Selma menolak bantuannya. "Jangan sentuh dia, Mia. Aku sudah mencurigaimu sejak awal." Mia terkejut. "Apa maksud Tante Selma? Kenapa Tante mencurigai aku?" Sepeninggal Clara dan Alexander, Selma menatap Mia

  • Gairah Sang CEO   Bab 94. Kewaspadaan Selma

    Siang itu, Selma, melangkah keluar dari lift menuju penthouse mewah Alexander. Pintu terbuka, memperlihatkan pemandangan indah kota dari jendela besar di ruang tamu. Namun, yang menarik perhatian Selma adalah suara tawa dari dapur. Dia berjalan mendekat, dan alangkah terkejutnya dia ketika melihat Mia, dengan apron terikat di pinggangnya, sedang memasak di dapur Alexander."Mia? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Selma dengan nada tegas, matanya menyipit curiga.Mia menoleh dengan senyum ramah yang biasa ia tunjukkan. "Oh, Selamat sore, Tante Selma. Saya hanya memasak makan siang. Ada yang bisa saya bantu?"Selma melangkah masuk, menatap Mia dengan sorotan tajam. "Kenapa kamu tinggal di sini bersama Alexander? Di mana Clara?"Mia tersenyum lebih lebar, tetapi matanya tetap dingin. "Clara sedang di kamarnya, apakah Tante tidak tau, jika Clara itu pemalas? Selama satu Minggu Saya disini, Sayalah yang mengurus rumah sementara dia bermalas-malasan."Selma merasa ada yang tidak beres. D

  • Gairah Sang CEO   Bab 93. Hari Pertama Mia di Rumah Alexander

    Pada hari pertama Mia tinggal di rumah Alexander, suasana di rumah itu terasa sedikit berbeda. Clara menjadi lebih protektif terhadap Alexander. Dia merasa perlu melindungi saudara laki-lakinya dari segala hal yang mungkin bisa membuatnya tidak nyaman.Pagi itu, Mia bangun lebih awal dan memutuskan untuk membuat sarapan spesial untuk Alexander. Dia merasa senang bisa memberikan sesuatu yang istimewa untuk orang yang baru saja dia kenal ini. Dengan langkah ringan, Mia bergegas ke dapur dan mulai mencari-cari resep pancake favoritnya yang pernah dia lihat di internet.Sementara itu, Alexander turun dari lantai atas dengan langkah malas. Matanya masih setengah tertutup karena kantuk namun senyum tipis tetap menghiasi wajah tampannya ketika aroma harum pancake menyambut hidungnya begitu masuk ke dapur. Dia melihat Mia dengan tatapan penuh tanda tanya saat gadis itu sibuk mengaduk adonan pancake dengan penuh semangat."Selamat pagi!" sapu Mia riang sambil tersenyum lebar, adonan tepung sed

  • Gairah Sang CEO   Bab 92. Kekhawatiran Clara

    Clara sedang duduk di ruang tamu yang elegan, tangannya memegang secangkir teh hangat. Senyum lebar tergambar di wajahnya. Markus, asisten pribadi suaminya, Alexander, baru saja meninggalkan ruangan setelah memberi tahu Clara tentang keberhasilannya."Markus, terima kasih banyak. Kamu benar-benar hebat," kata Clara dengan penuh syukur."Senang bisa membantu, Bu Clara," jawab Markus sambil tersenyum sebelum menunduk hormat dan beranjak pergi.Tak lama kemudian, Alexander masuk ke ruang tamu. Dia melihat senyum lebar di wajah istrinya dan merasa ada sesuatu yang berbeda."Ada apa, Clara? Kamu terlihat sangat bahagia," tanya Alexander dengan nada penasaran.Clara menatap suaminya dan tersenyum lebih lebar lagi. "Aku baru saja mendengar kabar baik dari Markus. Dia berhasil menjauhkan Mia dari kamu."Alexander tersenyum tipis, menahan tawa yang ingin pecah. "Oh, jadi itu alasannya? Kamu begitu cemburu pada Mia, ya?"Clara meletakkan cangkir tehnya di atas meja dan menatap Alexander dengan

  • Gairah Sang CEO   Bab 91. Keinginan Clara

    Clara duduk di ruang tamu, menggigit bibirnya sambil memandang kalender di dinding. Kandungannya sudah memasuki bulan ketujuh, dan dia merasakan gelombang kecemasan setiap kali memikirkan suaminya, Alexander, di kantor. Terutama sejak Mia, rekan kerja yang licik, semakin gencar menggoda Alexander. Sejak permintaannya menjadi sekretaris pribadi suaminya lima bulan yang lalu ditolak, Clara merasa semakin tertekan dengan situasi tersebut.“Tuan, aku harus bicara denganmu,” kata Clara saat Alexander masuk ke ruang tamu.Alexander menatap Clara dengan penuh perhatian, “Ada apa, Clara? Apa kamu baik-baik saja?”Clara menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, “Aku ingin kembali menjadi sekretarismu. Aku tahu kamu tidak setuju, tapi aku merasa ini penting.”Dalam benaknya terus terngiang pertemuan singkat antara Alexander dan Mia beberapa hari yang lalu di acara perusahaan. Mereka terlihat begitu akrab dan mesra sehingga membuat hati Clara berbunga-bunga melihatnya. Namun rasa bahagia itu l

  • Gairah Sang CEO   Bab 90. Kecurigaan Clara

    Clara duduk di ruang tamu, mengamati suaminya, Alexander, yang sedang membaca laporan keuangan di sofa seberang. Perasaan tidak nyaman menggelayuti hatinya sejak beberapa minggu terakhir. Mia, rekan bisnis perusahaan Alexander, tampak terlalu bersemangat dalam mendekati suaminya.Clara merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan sikap Mia tersebut. Ia pun memutuskan untuk menanyakan langsung kepada suaminya tentang bagaimana hubungan kerja mereka dengan Mia."Tuan, bagaimana rekan bisnis barumu? Mia, kan namanya?" tanya Clara pelan.Alexander menatap Clara sejenak sebelum menjawab dengan tenang, "Ya, Mia. Dia cukup efisien dan profesional dalam bekerja."Namun Clara tetap merasakan ketidaknyamanan dalam dirinya. Ia mencoba untuk bertindak biasa saja meskipun hatinya tak bisa tenang."Tidak ada alasan khusus. Hanya penasaran saja," ucap Clara sambil mencoba tersenyum tipis."Kau jangan berpikir yang bukan-bukan, Clara. Kemarin aku dan dia hanya makan malam biasa untuk membahas proyek ke

DMCA.com Protection Status