Fin dengan kuat menahan selimut Rose yang terus saja mendesah dan memegang semua titik sensitif di tubuhnya, membuat pria itu ikut merasa panas melihat gerakan erotis seperti ini dari Rose."Rose, apa yang harus aku lakukan..!! Apa kamu sangat kesakitan ?" gumam Fin yang sebenarnya berbicara sendiri karena berpikir Rose tidak lagi akan mendengarnya."Yahh..ya,,, Tu—tuan Fin… Ini sangat sakit... Ini sungguh menyiksaku..!! Ahhhh..!" jawab Rose terbata-bata, menatap nanar ke arah Fin."Oh Lord !! Kenapa kamu bisa terjebak dengan obat lachnut itu !!" geram Fin."A—aku ti..tidak tahu... Ohh… Finn.. A—aku ti… tidak kuat lagi !!" suara tercekat Rose.Rose langsung menyingkap selimut yang dia kenakan, dan dengan cepat Rose bangun dari tidurnya. Lalu menarik tangan Fin, Rose meraup bibir Fin dengan begitu agresif. Obat perangsang tersebut sudah bekerja sempurna d dalam tubuh Rose. Membuat wanita cantik itu kehilangan akalnya.Fin membelalakkan matanya mendapatkan serangan mendadak dari Rose."
"Ackkk..!!" pekik Rose kesakitan. Namun, milik Fin meleset."Ahh... apa karena aku sudah lama tidak melakukan ini..? Kenapa tidak berhasil.." pikir Fin."Maaf Rose… Apa sakit ?" tanya Fin hati-hati.Rose mengangguk kecil."Apa mungkin kurang basah..?" gumam Fin kemudian turun dan menjilati kembali milik Rose memberikan salivanya."Ahh… Um..." desah manja Rose."Hmm, aku rasa cukup..." gumam Fin dan kembali mensejajarkan posisinya.Fin kembali mengarahkan miliknya, "Aku mulai Ros.." ujar Fin lembut."Ya..ya... Tuan...""Please stop panggil aku Tuan, panggil aku Fin... Hmm?? Sebut namaku Rose.." balas Fin dan mengarahkan batangnya tepat di bagian liang Rose... Blesss"Ackkkkkkk!!!!!" teriak Rose dan mencengkram kuat lengan Fin hingga kukunya tertancap masuk ke dalam kulit pria yang sedang berusaha di bawah sana.Deg !!Fin tersadar akan sesuatu. Da
Fin menatap langit-langit kamar Hotel. Dan senyumn tidak lepas tercetak di sudut bibirnya. "Aku tidak menyangka benar-benar jatuh cinta padamu.." gumam Fin pelan dan mendekap erat Rose yang sudah tertidur lelap. Beberapa menit memeluk mesra Rose. Fin melepaskan pelukannya dan duduk di atas kasur. Mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang. Tuuu tuuuuttt tuuuuutttt "Iya Tuan Fin ?" sapa seseorang di sana. "Cari informasi apapun mengenai wanita bernama Rose Anne. Terutama dimulai dari Paman serta sepepunya yang bernama Lily...!" titah Fin. "Baik Tuan..." Pipppp Fin memutuskan sambungan telponnya dan kembali berbaring di sisi Rose. Dengan lenggan kokohnya. Fin menopang kepala sambil terus menatap wajah cantik yang sedang terlelap itu. "Biar tidur kamu tetap cantik Rose..." puja Fin. Beberapa menit kemudia, notifikasi ponsel Fin berbunyi. Drzztt Fin membuka email dari bawahannya. Membaca semua laporan yang dia terima. Serta beberapa foto dan kejadian yang sempat terekam ol
Felix dan Cecilia melangkah perlahan-lahan menuju paviliun yang terletak di seberang mansion utama. Mereka berdua menikmati keindahan taman yang dipenuhi dengan bunga-bunga yang bermekaran di bawah sinar matahari pagi yang hangat. Felix dengan lembut meletakkan tangannya di pinggang Cecilia, sementara Cecilia tersenyum manis sambil menatap mata Felix. "Aku bersyukur semua berjalan dengan lancar, sayang, Uncle Kenan dan Aunty Siska merestui kita." ujar Felix sambil menggenggam erat tangan Cecilia. Cecilia tersenyum lembut. "Hmm, begitu pun dengan Aunty Rose dan Uncle Finley,” Cecilia tertawa kecil mengingat reaksi Rose, “Dan Aunty kenapa tetap sangat menggemaskan di usianya saat ini.” Felix ikut terkekeh, “Yah seperti itulah Ibu. Apabila Ayah atau aku yang sakit, kita akan mendengar ocehan Ibu yang terus menasehati kami. Yahh… mungkin karena jiwa Ibu adalah seorang Dokter.” “Tapi aunty sungguh luar biasa, dia menjadi dokter yang luar biasa dan sekaligus menjadi direktur di rumah sak
Di saat Felix dan Cecilia tengah memadu kasih, segala pertemua dengan orang tua berjalan dengan mulus. Berbeda dengan Reynard dan Eleanor yang saat ini tengah berada di dalam mobil, Reynard tiada hentinya mengucapkan kata maaf kepada kekasihnya itu.“Sayang, maafkan aku, semuanya karena kebodohanku yang membuat kamu harus mengalami kesulitan seperti ini.” Sesal Reynard sembari menggenggam tangan Eleanor.Eleanor membuang nafasnya pelan dan menaikkan tangannya dan meletakkannya di pipinya, menatap wajah Reynard yang tengah fokus menyetir dengan ekspresi yang begitu tegang.“Rey?” ucapnya dengan suara rendah, “bukannya tadi kamu sendiri yang bilang jika cinta itu sebuah misteri? Kita tidak tahu kapan datangnya bukan? Jika hal ini akan terulang, aku akan akan tetap memilih kamu mencintaiku dengan keadaan seperti ini, bukan membalas cintaku untuk menyenangkan aku, itu jauh akan lebih menyakitkan, bukan?”“Jadi berhenti menyalahkan dirimu lagi, hmm? Aku sangat bahagia Rey, jadi mari kita
Deg! Lea yang tadinya menunduk kini mendongakkan wajahnya, menatap wajah tampan kekasihnya itu dan menggigit bibir bawahnya, bingung harus berkata apa. Pantas saja rumah terlihat sepi, ternyata kedua orang tuanya tengah memadu kasih di ruang keluarga. Dan sialnya, ia mendengar hal tersebut dengan sang kekasih. “Rey…” gumamnya yang kini menyandarkan keningnya di dada Reynard yang tengah bersandar di pintu kamar. “No problem, sayang.” Hanya itu yang bisa terlontar dari mulut Reynard sembari mengusap punggung Lea. Ia tahu jika kekasihnya itu saat ini sangat canggung. “Huft, aku bersyukur tidak membuka pintu…” gumam Eleanor dalam hati. “Sepertinya ini pertama kali aku masuk ke dalam kamarmu,” ucap Reynard memecah keheningan. Eleanor mendongakkan kepalanya, “Ya?” tanyanya dengan wajah kebingungan lalu menoleh kekiri dan kekanan, “Oh my!” gumamnya dengan ekspresi terperangah, saking paniknya dia tidak sadar sudah membawa Reynard masuk ke dalam kamarnya. Dan saat ini posisi mereka terl
Senyuman lebar tercetak di wajah tampan Felix, “I love you Sayang! I love you so much! Dan aku akan melakukannya dengan lembut untukmu…” Cecilia mengangguk dan tersenyum, Felix menciumi bibirnya dengan lembut dan liar, tangan Felix memainkan payudaranya. Kemudian Felix turun merambat, menyesap setiap inci kulit Cecilia yang begitu lembut dan kenyal. Jejak merah tercetak di beberapa titik yang begitu erotis. Lenguhan manja, desahan seksi terus saja lolos dari bibir Cecilia. Hingga Felix kembali menjilati dan bermain di klitoris Cecilia, “Oh my Fel! Ah!” wanita cantik itu menggeliat tak kuasa menahan desiran aneh di sekujur tubuhnya, bagian kewanitaannya terasa gatal dan ingin meledak di bawah sana. “Fel! Aku!” Jeritan tertahan Cecilia sembari mengangkat pinggulnya naik ke atas, kedua tangannya mencengkram kuat lengan Felix hingga ia melengking keras mendapatkan puncak kenikmatan tak terkira, “Felix!!! Ah! Eung!” Tubuh Cecilia gemetar dengan hebat, gelombang geli menghantam setiap
“Aku akan membeli obat salep pereda nyeri untukmu, hmm?” seru Felix yang langsung bangun dari duduknya. Cecilia menahan tangan Felix, mencegat prianya untuk beranjak, “Ada apa sayang?” “Gak perlu, Fel.” “Tapi…” Cecilia menggeleng pelan, membuat Felix tersenyum, ia paham jika saat ini kekasihnya itu tidak ingin ditinggal sendirian. Ia kembali berada di sisi Cecilia, berbaring dan memasukkan Cecilia masuk ke dalam pelukannya. “Maaf sudah membuatmu sakit.” Bisiknya mesra. “Aku juga menginginkannya, Fel. Jangan merasa bersalah seperti ini. Lagi pula…” Cecilia berhenti berbicara dan menutup rapat bibir atas dan bawahnya. “Lagi pula apa sayang?” Cecilia menggeleng pelan kepalanya, “Hmm, gak ada.” Felix mengurai pelukannya dan menatap wajah bersemu merah wanitanya itu, “Enak?” tanyanya menggoda sang kekasih. Blush… “Fel….” Felix terkekeh pelan dan kembali memeluk mesra Cecilia, mengecup puncak kepala Cecilia yang di balas oleh Cecilia tak kalah eratnya. Menyandarkan wajahnya di da