Setelah satu jam lebih di pesawat sambil membicarakan pekerjaan, Michael yang sebagai ketua dalam proyek ini menjelaskan apa saja yang perlu Eleanor dan Cecilia kerjakan.Dimana dalam pembukaan cabang baru di Amsterdam ini, mereka akan mulai pengawasan dalam pembangunan gedung baru dan perekrutan karyawan.Michael memberikan Eleanor tugas untuk berada di bagian administrasi sedangkan dirinya dan Cecilia yang akan berada di lapangan karena mereka sudah lama menetap di Amsterdam jadi lebih mengetahui seluk beluk kota tersebut.Eleanor setuju dan menerima deskjob yang diberikan Michael.Tidak lama kemudian pesawat mereka sudah mendarat di landasan dengan mulus."Kunci kamar apartment kamu nanti akan aku berikan begitu kita sampai di sana, Eleanor." ujar Michael."Kenapa gak satu unit sama aku aja, Lea?" tanya Cecilia kepada Eleanor."Gak apa-apa kak, karena aku kalau tidur cukup nakal. Nanti Kak Cecilia kesulitan." Eleanor beralasan.Cecilia tertawa mendengarnya.“Ya sudah, biar kamu jug
Beberapa menit sebelumnya di kediaman Arion dan Emily…Ponsel Arion berdering saat ia baru saja selesai mandi bersama sang istri. Ia menaikkan satu alisnya melihat nama sahabatnya, “Rey?”“Ada apa sayang?” tanya Emily sambil merangkul suaminya dari samping dengan manja.“Hem? Ini si Reynard nelpon.”“Ya udah diangkat aja dulu.” Ucap Emily dan mengecup pipi suaminya. Kemudian ia berjalan menuju walk in closet untuk mengambil pakaian rumahan untuk dirinya dan sang suami.Arion menjawab panggilan telepon dari Reynard, “Ya?”“Bos! Aku ada urusan mendadak, siapa tahu kau mencariku mungkin besok pagi aku langsung ke kantor.”Arion terkekeh, “Iya, pergi sana susul Lea!”“Eh… Bukan itu Yon.” Kilah Reynard cepat.“Ck! Iya atau aku kasih pekerjaan dadakan?”“Ahhh iya! Janji besok aku akan langsung ke kantor sebelum meeting.” Sahut Reynard cepat sebelum Bos sekaligus sahabatnya itu berubah pikiran.“Yo, santai saja. Besok aku juga mau ke Dokter sebelum ke kantor untuk cek luka jahit dan kandunga
Di saat Emily tertidur. Arion turun dari tempat tidur perlahan-lahan. Ia merasa hangat saat melihat istri tercinta, masih terlelap dalam tidurnya. Dengan lembut, Arion memberikan selimut tambahan untuk menjaga Emily tetap hangat. Senyum tipis terukir di wajahnya ketika melihat betapa damainya istri tercinta saat tertidur.Setelah memastikan Emily nyaman, Arion melangkah masuk ke ruang kerjanya. Ruangan itu didominasi oleh warna abu-abu, coklat kayu, dan sentuhan putih yang memberikan kesan elegan dan tenang. Di pojok ruangan, terdapat rak buku penuh dengan berbagai judul yang telah lama menjadi teman setianya. Arion menyukai suasana ruangan yang tenang dan rapi, hal ini membantunya untuk fokus dalam bekerja.Arion duduk di kursi kerjanya yang nyaman, kemudian membuka laptopnya. Dengan lincahnya jari-jarinya mengetik di keyboard, Arion mulai menyelesaikan tugas-tugasnya yang beberapa hari ini tertunda, serta melihat projek Triple P yang akan ia lanjutkan. Di sebelah kanan laptop, terda
Dan beberapa jam kemudian, tibalah Felix dan Reynard di Bandar Udara Schiphol, Amsterdam. Kedua pria tampan itu masuk ke dalam mobil marcedes bens yang sudah menunggu mereka.“Tuan Felix dan Tuan Reynard, di mana koper anda berdua?” tanya sang driver kepada kedua pria tampan itu.“Tidak ada.” Jawab Felix dan Reynard kompak. Dan hal itu membuat driver hanya menggaruk kepala, dan memeprsilakan Reynard dan Felix masuk ke dalam mobil.“Ke mana Tuan?”“Grand Goldie Apartment.” Jawab Reynard dan Felix bersama-sama.“Baik Tuan.”“Ck! Apa kau sudah menyadap ponsel Kak Cecil?”Plak!“Apa kau pikir aku segila itu!”“Tentu saja tidak! Karena kau jauh lebih gila!” sahut Reynard enteng.“Sialan!”Reynard tertawa dan memasang raut wajah seriusnya, “By the way, jangan bilang kau dan Kak Cecil sekarang pacaran? Atau masih cinta bertepuk sebelah tangan?” tanya Reynard menahan tawanya saat mengajukan pertanyaan.Felix tersenyum lebar dan membusungkan dadanya dengan sombong, “Panggil aku sekarang dengan
“Felix?” Cecilia membuka pintu unit apartmentnya dan betapa terkejutnya ia melihat prianya itu tengah berdiri dan bersandar di dinding.Felix merubah ekspresi wajahnya secepat kilat dan tersenyum lebar, “Sialan kau Rey!” umpatnya dalam hati karena bunga mawar yang harusnya ia berikan kepada Cecilia malah di ambil oleh Reynard.“Hai sayang.” Sapa Felix dengan senyuman manisnya dan berjalan dua langkah hingga sampai didepan Cecilia dengan ekspresi terkejut.“Bagaimana bisa kamu ada di sini? Ah tunggu! Ayo masuk!” Cecilia segera menarik Felix masuk karena takut jika Eleanor keluar dari kamarnya. Wanita cantik itu segera menutup pintu unitnya dan menghela napas.“Kamu, bagaimana bisa—” Cecilia terdiam saat Felix memeluknya dengan lembut dan berbisik dengan mesra. “I miss you.”Cecilia tersenyum, ia tidak lagi bertanya dan membalas pelukan kekasihnya itu.Felix menghirup aroma bunga dari tubuh Cecilia, “Kamu sudah mandi?” pria tampan itu merenggangkan pelukannya dan menatap wajah cantik Ce
Reynard langsung mendorong tubuh kekasihnya itu masuk ke dalam unitnya, tapi tangannya dengan lincah meraih bunga dari tangan Felix.“Rey?” Eleanor terkejut mendapati Reynard benar-benar nyata ada di depannya.“Hai sayang.” Sapa Reynard lembut dan memberikan setangkai mawar merah kepada kekasihnya itu.“Oh my! Sayang? How??” seru Eleanor terkesima dan menerima bunga dari Reynard, bertanya bagaimana bisa kekasihnya itu ada di sini.Reynard tersenyum, “Aku tidak tahan bertemu denganmu sayang!”Eleanor menggelengkan kepalanya, hal ini benar-benar di luar prediksinya, “Jangan bilang setelah kamu matiin telponnya kamu langsung ke berangkat?”“Iyah, aku tidak tahan ingin memelukmu, melihat wajahmu, dan mencumbumu!” seru Reynard yang langsung menarik tangan Eleanor sambil pria itu bersandar di pintu. Ia memeluk tubuh Eleanor dengan posesif.Eleanor tersenyum, “Benarkah? Aku tidak tahu kamu akan seperti ini, Rey. Aku sungguh masih tidak percaya pria yang aku tunggu, kini mengatakan rindu pada
Bip bip bipBunyi alarm dari ponsel Cecilia berbunyi di jam 5 pagi. Wanita cantik itu membuka matanya dan tersenyum manis saat melihat tangan kekasihnya itu begitu posesif memeluknya.“Dia benar-benar tidak melepaskanku.” Gumamnya pelan dan memutar posisi tubuhnya, membuat wajah mereka saling berhadapan.“Felix…?” Cecilia membelai wajah Felix, membangunkan kekasihnya itu dengan mesra.“Hmm…?” Gumaman Felix dan mengeratkan pelukannya. Membuat tubuh mereka tidak berjarak sedikitpun.Pria itu masuk ke dalam selimut dan bersandar di dada kekasihnya. Menggesek-gesekkan wajahnya di antara kedua bongkahan kenyal itu di dalam selimut.Menghirup aroma buah yang melekat di tubuh Cecilia, “Oh my!” desisan Cecilia menggema saat lidah basah Felix mengulum payudaranya.Karena perbuatan Felix semalam, membuat dirinya tertidur tidak mengenakan pakaian tidurnya. Begitu juga Felix yang kini hanya menggunakan boxer.“Felix…? Ah! Uhm!”“Iya sayang?”“Geli…”Felix tersenyum, bukannya berhenti, ia malah pi
“Sayang, jani jangan bekerja berlebihan, hmm?” ujar Arion menatap istrinya itu dengan lekat.Emily mengedipkan matanya dan tersenyum lebar, “Iya sayang! Aku janji tidak akan kerja berlebihan. Lagi pula kamu tidak memiliki sekretaris ‘kan? Siapa yang akan mengatur jadwalmu?”Arion mencubit gemas hidung istrinya itu, “Aku bisa memakai sekretaris baru sayang. Ayo, masuk.” Emily yang berdiri di depan pintu mobil sontak menoleh ke arah suaminya.“Oh… jadi mau ganti sekretaris baru?” gumamnya menatap tajam sang suami.Deg!Arion panik melihat ekspresi istrinya, “Sa… sayang. Bukan itu maksud aku.”“Jadi mau gantikan aku? Atau mau aku bantu carikan?” cecar Emily yang langsung masuk ke dalam mobil.”“Hati-hati sayang.” Seru Arion panik dan ingin memasang seatbelt.“Tidak usah, bisa sendiri!” seru Emily memalingkan wajahnya acuh tapi membiarkan Arion memasangkan seatbelt miliknya.Usai memasang seatbelt, Arion menutup pintu mobil dan mengitari mobil. Masuk ke dalam kursi kemudi. “Sayang? Aku su