Share

Bab 79

Author: Nadira Dewy
last update Last Updated: 2025-02-03 21:00:14

Emily masih kembali ke masa kecilnya.

Kenangan demi kenangan bermunculan, seolah ingin memberitahunya sesuatu yang selama ini tersembunyi di sudut pikirannya. Begitu banyak hal yang tidak ia duga.

Dia melihat dirinya yang masih kecil, duduk di sudut ruangan sambil menangis. Masih di rumah William yang dulu.

Di depan Emily kecil, Hendrick berdiri dengan wajah dingin, tangannya masih menggenggam sebuah mainan yang baru saja dia patahkan.

“Jangan cengeng, Emily. Mainan itu hanya sampah,” kata Hendrick dengan nada acuh. Tak terlihat bersalah.

Emily kecil memeluk lututnya erat, air matanya terus mengalir. Hendrick pun mendekat, dan sebelum Emily sempat bereaksi, tangan Hendrick mengayun lantang, mendarat di lengannya dengan kasar.

Plak!

“Diam, jangan menangis, berisik sekali!” desis Hendrick.

Tapi sebelum Hendrick bisa melakukan lebih jauh, sebuah suara tenang namun tegas menghentikannya. “Hentikan, Hendric
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
Semoga lekas sadar dari mimpi tetapi nyata
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 80

    Ruangan itu dipenuhi suara alat pendeteksi jantung yang semakin melemah, membuat suasana semakin mencekam. Tubuh William gemetar, takut. Emily masih terbaring lemah di atas ranjang, wajahnya pucat dan tidak bergerak. William menggenggam erat jemari Emily yang dingin. “Emily... tolong bertahan, aku mohon...” suara William bergetar penuh rasa takut. Air mata menetes tanpa permisi, mencerminkan kepanikan dan penyesalan yang ia pendam. Dokter dan perawat di ruangan itu cekatan bergerak, mencoba menstabilkan kondisi Emily yang kian menurun. “Kita hampir kehilangan dia!” teriak salah seorang perawat sambil menyesuaikan alat bantu pernapasan. “Bergerak lebih cepat!” William tidak lagi peduli pada keributan di sekitarnya. Fokusnya hanya pada Emily seorang. Dia berlutut di sisi ranjang, mendekatkan wajahnya ke tangan Emily yang mulai terasa dingin. “Emily, aku mohon... Jangan pergi. Aku but

    Last Updated : 2025-02-03
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 81

    Malam itu, di ruang rawat Emily, hanya William yang tetap berjaga. Sebenarnya, hingga detik ini Wiliam masih enggan peduli dengan ponselnya. Orang tua Emily pasti khawatir, coba untuk menghubungi. Namun, William tidak ingin hal ini menjadi masalah dan alat untuk kedua orang tua Emily menjadikan kejadian ini sebagai senjata agar bisa menyerangnya. William menggenggam tangan Emily. Ia berbisik lirih, “Emily, apa kau tidak bosan terus tidur seperti ini, Hem? Sungguh aku tidak sabar mendengar kau mengoceh, marah, bahkan menyalahkan ku karena kita kehilangan calon anak kita.” Sementara itu, di tempat lain, Robert tengah berada di kediaman William, berusaha mengakses rekaman CCTV dari hari insiden Emily jatuh. Namun, laporan dari teknisi keamanan rumah membuatnya frustasi. “Tuan Robert, semua rekaman dari hari itu hilang. Sepertinya ada yang sengaja menghapusnya. Kamera pengawas di area itu

    Last Updated : 2025-02-04
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 82

    Suara mesin pendeteksi detak jantung terdengar stabil di ruangan rawat Emily. Wanita itu mulai membuka matanya perlahan-lahan. Cahaya lampu yang redup menyambut penglihatannya, memberikan rasa nyaman yang sedikit aneh. Tubuhnya terasa lemah, namun ada kehangatan yang dirasakan pada tangan kanannya. Emily menoleh dan melihat William, yang tertidur sambil duduk di kursi di samping ranjangnya. Kepala pria itu bersandar pada pinggiran brankar, napasnya terdengar pelan namun juga berat. Ada bekas kelelahan di wajahnya yang nampak jelas. Air mata Emily mulai mengalir tanpa bisa ditahan. “William....,” bisiknya. Dalam kesunyian malam itu, kenangan masa kecil mereka melintas di benaknya seperti film yang diputar ulang. William yang selalu melindunginya, bahkan dalam kondisi fisik yang terbatas. Dia merasa bersalah.

    Last Updated : 2025-02-04
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 83

    Hening menyelimuti ruangan setelah Emily mengajukan pertanyaan tersebut. Emily masih menatap William lekat-lekat, mencari kebenaran di dalam sorot mata lelaki itu. Namun, yang ia temukan hanyalah keraguan. Emily menghela napas panjang, berusaha menenangkan dirinya meski dadanya terasa sesak. Lagi-lagi William masih ingin menyembunyikan sesuatu darinya. “Aku tidak akan memaafkan mu Jika kau berani berbohong, William,” ucapnya Emily lirik, tapi juga penuh ketegasan. William menarik napas dalam-dalam, seolah sedang mengumpulkan keberanian. Ia tahu ini bukan saat yang tepat, tapi Emily berhak tahu. Hanya saja, tidak sekarang. Tidak saat tubuhnya masih lemah, tidak saat ia masih berbaring di tempat tidur rumah sakit dengan wajah pucat dan tubuh yang terlihat rapuh. “Aku akan mengatakannya nanti, Emily,” kata William pada akhirnya. “Tapi kau harus bersabar sedikit lagi. past

    Last Updated : 2025-02-05
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 84

    Siang itu, William duduk di tepi ranjang Rumah sakit, menatap wajah Emily yang masih sedikit pucat. Cahaya matahari yang masuk melalui jendela membuat wajah istrinya semakin jelas terlihat, tetapi entah kenapa jadi semakin terlihat cantik. “Kau malah terlihat sangat cantik seperti ini, aku jadi tidak ingin pergi kemanapun,” gumam William. Emily menatap William dengan tatapan bingung. “Memangnya kau mau pergi ke mana?” tanyanya. William tersenyum tipis sebelum mengecup kening Emily dengan lembut lalu bibirnya sekilas. “Aku harus pergi sebentar,” jawabnya singkat. Emily menjadi semakin curiga. “Pergi ke mana?” Alih-alih menjawab langsung, William justru menghela napas kecil. “Aku bukan pergi untuk main mata, istriku. Aku tetap harus berperan sebagai pria buta, bukan? Aku juga akan memastikan bagian tubuhku yang paling inti pun

    Last Updated : 2025-02-05
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 85

    Malam itu, William kembali ke rumah sakit dengan tongkat penuntun di tangannya, memainkan perannya sebagai pria buta dengan sempurna. Ia berjalan tenang melewati lorong menuju kamar rawat Emily, tetapi langkahnya terhenti saat melihat seseorang duduk di ruang tunggu. Nyonya besar. Wanita itu duduk dengan postur tegap, ekspresi wajahnya dingin seperti es. Saat melihat William datang, ia segera bangkit berdiri, menatap cucunya itu dengan tajam. “Kenapa penjaga yang ada di sini tidak memperbolehkan Nenekmu ini masuk untuk menemui Emily, William?” tanyanya dengan nada dingin dan penuh tuntutan. William menghela napas pelan. Wajahnya Tetap tenang, dan ia tetap memainkan perannya dengan baik. “Itu demi keamanan Emily sendiri, Nek,” jawabnya dengan suara datar. Nyonya besar mendengus, ekspresinya semakin tidak senang. “Jadi, kau menganggap Nenekmu sendiri sebagai ancaman?”Tentu saja. Dalam hati, William ingin m

    Last Updated : 2025-02-06
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 86

    Pertanyaan Emily barusan membuat William terdiam. Ia menatap istrinya, tetapi tidak tahu harus berkata apa. Di dalam kepalanya, ia mencoba mencari jawaban yang tepat, tetapi tidak ada satupun yang terasa benar. Setelah bertahun-tahun, sejak mereka kecil, sejak mereka begitu dekat... bahkan setelah mereka menikah... Emily tidak pernah benar-benar mengungkapkan cinta. Apakah cinta itu ada? Atau sebenarnya tidak pernah ada? keraguan menyelinap di hati William. Ia ingat benar, ada saat-saat ketika Emily dengan sarkastik mengutarakan perasaannya. Emily seolah menegaskan bahwa ia tidak pernah dan tidak akan pernah merasakan cinta lagi setelah perasaannya untuk Hendrik. Dada William terasa sesak mengingat itu. Seharusnya ia sudah terbiasa. Seharusnya ia sudah menerima kenyataan bahwa Emily itu tetap berada di sisinya bukan karena cinta, teta

    Last Updated : 2025-02-06
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 87

    “Hahaha.....” gelak tawa terdengar nyaring di ruangan itu. Ucapan William tadi benar-benar mengocok perut. “Ya ampun, kau juga tahu soal itu, ya?” tanya Emily masih sambil menahan tawa. “Jujur saja, aku mau merahasiakan hal itu karena aku merasa malu sendiri sudah pernah menjadi pacar pria yang sukanya dengan spesies–nya.” William membuang napasnya. Mengecup pipi Emily dan memeluknya dengan hati-hati. “Istriku... kau tidak boleh membicarakan pria aneh itu, paham?” Sedikit memiringkan tubuhnya, Emily pun menenggelamkan kepalanya di dada pria itu. “Aku cuma ingin memastikan apakah dia masih bisa bernapas lega atau tidak. Bagaimanapun, aku tidak akan melepaskan dia begitu saja.” “Dia bersembunyi di luar negeri. Keluarga besarnya sedang berusaha mati-matian memulihkan nama baik keluarga dan ekonomi perusahaan. Jadi, sementara waktu ini pasti juga sulit untuk Hendrick bisa bergerak bebas,” ujar William. “Baiklah, aku bi

    Last Updated : 2025-02-07

Latest chapter

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 280

    Sudah dua minggu berlalu. Elle kini benar-benar seperti kehilangan harapan. Kabar tentang Lavine sama sekali tidak ada, seolah pria itu lenyap begitu saja dari dunia. Nomor ponsel Lavine tetap tidak bisa dihubungi, bahkan lewat jalur lain pun tidak membuahkan hasil apapun. Rose sempat mencoba menghibur Elle, mengatakan mungkin Lavine pergi untuk alasan pribadi. Tapi di hati kecilnya, Elle tahu ini lebih dari sekadar ‘pergi tanpa pamit.’ Ada sesuatu yang terjadi, tapi entah apa itu. Setiap malam, Elle duduk di ruang tamu apartemennya, menatap layar ponsel yang kosong. Pesan terakhir dari Lavine tetap utuh, tidak bertambah sama sekali. Di kantor, Elle memang tetap tampil profesional. Namun mereka yang mengenalnya dengan baik, seperti Rose dan beberapa staf dekat, bisa melihat ada perubahan di mata Elle. Tatapannya sering kosong, sering kali terdiam lama tanpa ia sadari.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 279

    Elle berlari menyusuri bibir pantai, memanggil-manggil nama Lavine dengan suara parau. Pasir basah mengotori kakinya, dan ombak kecil terus menerpa kakinya yang makin gemetar. Malam semakin larut, suasana pantai yang tadinya meriah berubah sunyi dan mencekam. Rose yang mengejar dari belakang segera mengambil ponselnya. Dengan tangan yang bergerak gugup, ia menghubungi pusat keamanan setempat. “Ini darurat!” seru Rose kepada petugas yang mengangkat telepon. “Kami telah kehilangan seseorang. Kami butuh bantuan pencarian segera di sekitar area pantai!” Petugas itu segera mengonfirmasi laporan Rose dan mengerahkan beberapa anggota tim penyelamat yang memang sudah bersiaga di lokasi acara tersebut. Sementara itu, Elle terus mencari, matanya nanar menatap setiap sudut pantai. “Lavine, jawab aku...! Dimana kau sekarang...” Elle hampir menangis. Dia terus berlarian,mencari ke manapun yang bisa di jangkau.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 278

    Dengan luka di lengannya yang terus mengalirkan darah, Lavine tetap berusaha tenang. Ia tahu, jika membuat keributan, orang-orang di area barbeque bisa panik dan suasana akan menjadi kacau. Ia menekan lukanya dengan kain yang ia temukan di sekitar tempat sampah, lalu menyusuri lorong belakang penginapan menuju jalan alternatif ke kamarnya. “Badjingan itu... jangan harap kau bisa mengelak kali ini,” batin Lavine. Langkahnya cepat dan sigap meski tubuhnya terasa lemas. Beberapa kali ia berhenti untuk memastikan tidak ada lagi yang mengikutinya. Begitu sampai di kamar, ia langsung mengunci pintu dan menahan napas sejenak, berusaha memproses apa yang barusan terjadi. Sebelum melakukan yang lain, ia cepat mengambil ponselnya, menghubungi Jordi. “Jemput aku sekarang. Seseorang mencoba untuk membunuhku. Aku di pantai...” Setelah selesai menghubungi Jordi, Lavine membuka laci dan mengambil kotak P3K yang tersedia di kamar itu, l

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 277

    Lavine terbahak-bahak melihat bagaimana Elle terus-menerus mual sambil memegangi perutnya yang sakit. Cara Lavine mengendarai boat sebelumnya memang sangat ekstrem dan tidak stabil, membuat Elle kewalahan menahan rasa pusing dan mual. Elle menoleh dengan wajah kesal, lalu memukul lengan Lavine pelan. “Kau sengaja ya melakukan itu, biar aku muntah?” gerutunya. Lavine hanya tertawa makin keras sambil mengangkat tangan, pura-pura minta maaf. “Sumpah, aku cuma ingin memberikan sebuah pengalaman seru!” katanya, masih dengan nada menggoda. “Tapi, sepertinya terlalu seru untukmu, ya? Hahaha.....” Elle menghela napas panjang, lalu duduk kembali sambil menenangkan perutnya. “Pengalaman seru katamu... aku hampir mati mabuk laut,” gumamnya pelan. Lavine hanya bisa tersenyum geli, menatap Elle yang masih cemberut tapi dalam hatinya justru terlihat manis saat marah-marah seperti itu.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 276

    Elle tersenyum kecil tanpa sadar, matanya mengikuti setiap langkah Lavine yang berjalan dengan santai mendekatinya. Pria itu tampak sangat berbeda dari biasanya, setelan santainya kali ini justru membuatnya terlihat semakin menarik. Celana pendek berwarna netral, kemeja polos berlengan pendek yang sedikit tergulung di lengan, serta rambutnya yang berantakan ditiup angin, semua itu berpadu sempurna dengan kacamata hitam yang bertengger di wajahnya. Elle menggelengkan kepala pelan, berusaha menepis pikirannya sendiri yang makin tidak karuan belakangan ini. “Apa yang sebenarnya aku pikirkan, sih? Bisa-bisanya aku memiliki perasaan aneh ini?” gumamnya di dalam hati. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu memalingkan pandangannya, berharap detak jantungnya bisa kembali tenang. Tapi dari sudut matanya, ia tahu, Lavine menyadari pandangan yang tertuju padanya sejak tadi. Lavine tersenyum lebar saat akhirnya bisa d

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 275

    “Kenapa kau tidak membalas pesan dariku?” Lavine menghela napas. “Takutnya kau cuma terpaksa mengajak saja, jadi aku tidak membalas pesan mu.” Elle pun berdecih sebal. “Sejak kapan kau peduli sekali dengan pendapatan ku? Bukanya kau hobi melakukan apa yang ingin kau lakukan tanpa peduli pendapat orang lain?” Mendengar itu, Lavine pun terkikik sendiri. “Ya ampun... Sekarang ini kau sudah sangat memahami ku, ya? Duh... jadi tersanjung. Kau pasti banyak memperhatikan ku belakangan ini, ya?” Elle menghela napas dengan ekspresi wajahnya yang sebal. “Gila kau ini. Mau atau tidak? Ada banyak kegiatan seru yang akan dilakukan dengan para staff kantor. Aku juga sudah menyiapkan door prize, loh...” Lavine tersenyum, sejak tadi terus mengamati ekspresi wajah Elle yang seperti berharap padanya. “Baiklah...” Setelah selesai berbicara dengan Elle, Lavine masuk ke dalam mobilnya dengan gerakan malas. Jordi, yang sudah menunggu di b

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 274

    Sore itu, langit tampak mendung ketika Lavine melangkah keluar dari gedung apartemennya. Dengan jas hitam dan kemeja yang sedikit terbuka di bagian atas, ia tampak seperti biasa, sangat santai, tapi menyimpan ketegangan yang jelas tidak akan tampak di permukaan. Di dalam mobil, Jordi menyetir tanpa banyak bicara. Lavine duduk bersandar, menatap keluar jendela sambil mengetukkan jari ke paha dengan irama acak. “Kira-kira kali ini dia ingin membahas apa lagi ya? Bisnis? Atau mungkin ada hubungannya dengan Elle? Hah! Tidak sabaran juga, aku jadi ingin cepat sampai.” katanya setengah bercanda, setengah kesal. Jordi melirik dari kaca spion. “Mungkin Tuan Ramon mulai sadar siapa yang sebenarnya punya andil besar dalam banyak hal akhir-akhir ini, Tuan.” Lavine hanya tertawa kecil, nada suaranya penuh ironi. “Hah! Kalau dia sadar, mungkin itu karena dia kepepet. Bukan karena dia benar-benar melihat.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 273

    Rayn meninggalkan gedung perkantoran MJW dengan perasaan yang begitu menyesakkan. Pembicaraannya dengan Elle tidak berakhir seperti yang diinginkannya. Begitu sampai di dalam mobil, Rayn yang sangat kesal itu tidak lagi bisa menahan diri. Bukk!!! Dipukulnya kemudi mobilnya beberapa kali untuk melampiaskan amarah. “Badjingan!!!” teriaknya. “Kenapa... kenapa kau harus bisa melampaui ku, anak brengsek? Jelas-jelas yang mengalir di dalam tubuhmu adalah darah kotor dan rendahan, darah seorang pelacur yang menjijikan! Kau harusnya hidup dengan segala hinaan, berani sekali kau mengambil posisi yang harusnya menjadi milikku?!” Rayn merasa sudah benar-benar dikalahkan. Tatapan mata Elle saat bicara padanya tadi seolah telah menunjukkan bahwa Rayn bahkan tidak bisa lebih baik daripada Lavine. Grettt... Tangan Rayn terkepal erat. Matanya yang masih menyalak marah itu mulai bersia

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 272

    Esok harinya, di gedung MJW. Elle menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi kerjanya, memandangi Rose dengan ekspresi datar. “Kau yakin itu dari Rayn? Kakak tirinya Lavine?” tanyanya pelan. Rose mengangguk. “Ya, dikirim langsung atas nama Tuan Rayn. Dikirim pagi-pagi sekali, bahkan sebelum staff lengkap datang, Nona.” Elle menarik napas dalam, sedikit tidak nyaman. Dia tahu Rayn bukan tipe pria yang melakukan sesuatu tanpa maksud tersembunyi. Elle kemudian berdiri dan melangkah ke luar ruangannya. “Ayo, aku ingin lihat sendiri seperti apa lukisan yang dia berikan padaku,” ucapnya dingin. Sesampainya di lobi, matanya langsung tertuju pada lukisan besar yang diletakkan rapi di atas meja resepsionis. Pigura mewah, warna-warna kuat, dan goresan yang jelas menunjukkan keahlian pelukisnya. Namun, tidak ada yang membuat Elle terpikat walaupun dia sampai memicingkan matanya. “Cantik, tapi sayangnya sama sekali tidak menyentuh,” gumamnya,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status