Share

Incaran Hot Duda

Author: Evi Anggia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Jadi, dia punya kerja sampingan?”

Ethan bersiul pelan setelah mengetahui fakta yang mengejutkan, ternyata wanita yang tidur dengannya adalah pramugarinya sendiri.

“Mohon maaf, Pak Ethan. Sepertinya semalam ada kesalahan.”

Seketika Ethan mendongak. “Maksud kamu apa?”

“Joanna bukan wanita pesanan saya, Pak.”

Ethan tertegun seketika. “Kamu yakin?”

Sekretaris itu mengangguk dengan mantap. “Benar, Pak.”

“Bagaimana bisa dia datang ke kamarku? Apa dia sengaja melakukannya?” Ethan semakin penasaran.

“Akan saya cari tahu, Pak.”

Ethan tidak peduli dengan semua itu, yang jelas dia sudah tertarik dengan Joanna. Sekali lagi Ethan menatap biodata Joanna yang ada di atas mejanya. Lelaki itu menyeraingai saat menyadari Joanna adalah orang yang pernah menggores hatinya di masa lalu dan sepertinya wanita itu masih belum menyadari siapa dirinya di masa lalu. Dia tidak menyangka selama ini wanita itu berada di dekatnya, dunia sempit sekali.

“Mari kita lihat, Joanna. Apa kamu masih sama sombongnya seperti dulu?” 

***

“JOANNA!”

Teriakan itu berasal dari wanita yang mengenakan seragam pramugari yang berlari menghampirinya. “Kenapa kamu baru datang?”

Satu alis Joanna terangkat tinggi, menatap heran temannya yang mendadak heboh. “Ada berita apa lagi, Rosa?”

“Kamu benar-benar beruntung. Hari ini ada penerbangan ke Bali pukul delapan, kan?” tanya Rosa bersemangat.

Tanpa ragu Joanna mengangguk. “Ya, ada apa?”

“Aku baru saja mendapat kabar kalau Pak Ethan ikut penerbanganmu. Wow, kamu sangat beruntung hari ini. Semua orang ingin berada di posisimu,” kata Rosa sambil senyum-senyum sendiri membayangkan bisa berada satu pesawat dengan presdir maskapai yang terkenal tampan dan super hot.

“Apa katamu?” sentak Joanna kaget.

Respons Joanna membuat Rosa bingung. “Hei, ada apa denganmu? Harusnya kamu senang.”

Joanna menggigit bibir bawahnya, dia tidak akan pernah melupakan malah yang dia habiskan dengan atasannya itu. Sudah satu minggu berlalu dan selama itu dia berusaha untuk hidup normal serta menghindari Ethan.

“Penerbanganmu jam berapa?” tanya Joanna balik.

“Jam sepuluh. Ada apa?”

“Bagaimana kalau kita tukar?” Joanna berusaha untuk melakukan negosiasi dengan Rosa.

“Tunggu dulu! Ini maksudnya aku menggantikanmu dan kamu menggantikan aku?” tanya Rosa ingin memastikan lagi.

Joanna mengangguk cepat, dia tidak ingin satu penerbangan dengan Ethan, bagaimanapun juga dia harus menghindari lelaki itu agar karirnya aman. “Ya, bagaimana?”

“Apa kamu tidak menyesal melewatkan kesempatan terbang bersama Pak Ethan?” ujar Rosa setengah menggoda. “Kali ini kamu bisa menatapnya dari dekat, Joanna. Biasanya kita hanya bisa mengagumi dari jauh. Hei, ayolah! Ini kesempatan bagus untukmu.”

Joanna berdecak kesal, sama sekali tidak tertarik dengan iming-iming yang diberikan oleh Rosa. “Kamu mau tidak?” tanyanya sekali lagi.

Raut wajah Rosa berubah serius. “Mau, tapi bagaimana mungkin kita bertukar jadwal? Ini terlalu mendadak.”

Joanna memberikan kopernya pada Rosa. “Jaga koperku! Biar aku yang pergi ke ruang pengatur jadwal dan minta mereka menukarnya.”

Rosa tersenyum lebar. “Deal! Kapan lagi bisa cuci mata mengagumi Pak Ethan.”

Tanpa pikir panjang, Joanna langsung pergi ke ruang kru. Ternyata meminta pertukaran jadwal tidak semudah yang dia bayangkan, dia harus membujuk dengan berbagai alasan hingga akhirnya petugas itu menyerah dan mengabulkan permintaannya.

Joanna akan melakukan apapun untuk menghindari Ethan.

***

Joanna memejamkan matanya sejak, merasa nyaman sekali membaringkan tubuhnya di tempat tidur setelah penerbangan jauh. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, dia sangat senang karena berhasil menghindari Ethan. Namun, ketenangan yang baru dia rasakan terusik saat mendengar suara ketukan pintu.

“Itu pasti Jihan,” gumam Joanna. Wanita itu beranjak dari tempat tidur, membukakan pintu untuk Jihan yang merupakan teman sekamar selama mereka menginap di hotel.

Tubuh Joanna mematung di tempat saat melihat Ethan berdiri di depan pintu kamarnya. Tidak mungkin atasannya ada di sini, harusnya Ethan berada di Bali.

“Pak Ethan,” sapa Joanna, dia berusaha tetap tenang karena Jaonna yakin sekali lelaki itu pasti lupa tentang malam itu. Wanita itu menatap sekeliling dengan gelisah, tidak ada siapapun di sekitar mereka. Dia tidak menyangka Ethan muncul di depannya, padahal dia pikir Ethan ada di Bali. “Maaf, Pak Ethan cari siapa ya?”

"Long time no see, Joanna," ucap Ethan diakhiri dengan senyum tipis. Akhirnya, setelah satu Minggu penantian dia bisa melihat Joanna dari jarak dekat. Selama ini Ethan memang diam-diam mengawasi Joanna.

Joanna menahan napas saat Ethan menyebut namanya. Bagaimana dia tahu namaku? batin Joanna.

Wanita itu berdehem pelan, mencoba untuk mengatasi keterkejutannya. "Ada yang bisa saya bantu, Pak Ethan?"

Ethan mendengus kesal melihat respons Joanna. Lelaki itu maju beberapa langkah, tapi Joanna justru mundur.

"Apa kamu lupa?" tanya Ethan. Lelaki itu puas sekali melihat raut wajah bingung dan terkejut Joanna.

"Maksud Pak Ethan apa?" Sabrina pura-pura bingung, dia takut jika Ethan sudah mengingat malam itu.

Ethan semakin tertarik dengan Joanna. Lelaki itu mendorong tubuh Joanna masuk ke dalam kamar dan dia langsung mengunci pintu itu.

Merasa tidak aman, Joanna berlari menyelamatkan diri. Namun, sebelum dia meraih knop pintu, Ethan menarik tangannya. Belum sempat berontak tiba-tiba saja lelaki itu menggendong tubuh Joanna.

"Turunkan saya, Pak Ethan! Apa yang anda lakukan?" Joanna memukul kencang dada Ethan.

"Aku akan membantumu mengingat malam itu, Joanna," bisik Ethan tepat di telinga Joanna.

Joanna menggeleng, cukup sekali dia kecolongan dan kali ini tidak akan membiarkan Ethan menyentuhnya lagi. Dia tidak sudi, sekalipun Ethan adalah atasannya.

"Brengsek! Turunkan saya, Pak Ethan!" Tanpa ragu, Joanna mencaci atasannya.

Ethan terkekeh pelan. "Ternyata kamu cukup berani juga, Joanna."

"Saya ak—"

Ucapan Joanna menggantung di udara saat Ethan menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tubuh Joanna gemetar hebat, wajahnya mulai pucat pasi saat melihat Ethan akan naik ke tempat tidur.

Joanna bangun, berusaha menjauh dari Ethan. Belum sempat melakukannya, lelaki itu kembali mendorong tubuhnya hingga terjatuh.

Ethan menindih Joanna, mencengkeram erat pergelangan tangan wanita itu. "Apa kamu lupa malam itu, Joanna? Bukankah kamu sangat menikmatinya?" goda lelaki itu.

"Pak Ethan pasti salah orang. Saya tidak tahu apa yang bapak maksud."

"Oh ya? Aku akan membantumu mengingat setiap detik yang kita habiskan bersama."

Tubuh Joanna gemetar hebat saat merasakan hembusan hangat di tengkuknya. Mata Joanna terbuka lebar ketika wajah Ethan sudah sangat dekat dengannya.

"Jangan, Pak! Saya ... Saya ingat," ucap Joanna panik, tidak ada cara lain untuk menghentikan Ethan selain mengakui semuanya.  "Saya ingat jelas malam itu. Tolong lepaskan saya, Pak!"

Ethan menjauhkan sedikit tubuhnya. "Aku tidak menyangka ternyata kamu punya kerja sampingan. Kira-kira apa reaksi orang-orang kalau tahu, Joanna?”

Joanna menggeleng cepat. "Bapak salah paham! Saya bukan wanita sewaan lelaki hidung belang."

"Lantas apa? Wanita sepertimu bisa merusak citra maskapai, Joanna."

Joanna memutar otak, dia tidak ingin karir pramugarinya hancur begitu saja. "Saya memang punya kerja sampingan, Pak. Tapi, pekerjaan saya hanya sebatas pacar sewaan."

Satu alis Ethan terangkat. “Oh, ya?”

Dengan cepat Joanna mengangguk. “Benar, Pak. Saya tidak mungkin bohong.”

"Saya tidak peduli, Joanna. Saya akan pec—"

“Tolong jangan pecat saya, Pak Ethan. Saya akan lakukan apapun asalkan bapak tidak memecat saya,” potong Joanna cepat, dia tidak ingin kehilangan pekerjaan utamanya.

Permintaan Joanna membuat Ethan tersenyum penuh kemenangan. “Baiklah, aku tidak akan memecatmu, tapi kamu harus kabulkan permintaanku, Joanna!”

Tanpa keraguan, wanita itu mengangguk cepat. “Apa permintaan, Pak Ethan?”

“Jam sembilan datang ke kamarku, Joanna! Kamu harus datang! Kalau tidak aku akan membongkar semuanya,” ancam lelaki itu.

Alih-alih menjawab Joanna malah terdiam membisu. Wanita itu tersentak saat merasakan sentuhan lembut di puncak kepalanya.

“Kamu diam, artinya kamu setuju, Joanna. Sampai jumpa nanti malam.”

Usai mengatakan itu, Ethan pergi meninggalkan kamar Joanna. Tangan wanita itu terkepal kuat. Suara notifikasi pesan masuk membuat Joanna terlonjak kaget, dia segera menyambar ponselnya, satu alis Joanna terangkat saat melihat nomor asing muncul.

Joanna melembar ponselnya di atas tempat tidur setelah tahu pesan itu dari Ethan, lelaki itu mengirim nomor kamar hotel.

Aku tidak akan datang. Pak Ethan tidak mungkin berani membongkar tentangku, batin Joanna berusaha untuk meyakinkan dirinya.

Related chapters

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Disewa Presdir

    "Mr. Ferdian?" Joanna tersenyum manis setelah menyapa seorang lelaki yang duduk sendiri. Joanna yakin tidak salah orang, wajah lelaki itu sama persis seperti foto yang sempat dia terima. "Maaf membuat anda menunggu lama." Joanna meletakkan tas di atas meja lantas duduk di depan lelaki itu. Lumayan saat dia sedang transit ada panggilan mendadak. Dari pada berdiam diri di kamar hotel, dia memilih melakukan kerja sampingan. Kepulan asap dari bibir lelaki itu membuat Joanna meremas ujung gaun yang dia gunakan. Dia benci sekali dengan asap rokok. Namun, demi pekerjaannya dia berusaha menahan diri. "Jadi, apa yang harus saya lakukan, Mr. Ferdian?" Joanna berusaha mengabaikan kepulan asap yang kian menjadi. "Tidak ada," jawab lelaki itu singkat. Joanna mengernyit mendengar jawaban itu. "Maksudnya? Apa anda marah karena saya datang terlambat?" Lelaki itu melempar puntung rokok di asbak lantas beranjak dari tempat duduknya. “Ikut saya!” “Eh, mau ke mana?” tanya Joanna bingung. Pertanya

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Pengagum Rahasia

    Joanna mencengkeram erat ponselnya, raut wajahnya perlahan mulai memerah menahan amarah. Dia yakin sekali lagi-lagi pelanggannya membatalkan karena adanya campur tangan Ethan. Ini bukan kali pertama dia mengalaminya. Pandangan mata wanita itu berpindah menatap sekeliling ruang tunggu crew. Semua orang terlihat sibuk persiapan penerbangan, tapi saat ini Joanna tidak bisa fokus. Wanita itu langsung beranjak dari tempat duduknya, berjalan meninggalkan ruang crew. “Joanna, kamu mau ke mana?” Rosa menghadang langkah kaki Joanna. “Aku ada urusan sebentar,” jawabnya. “Jangan menghalangiku, Rosa!” “Eh, tapi sebentar lagi kita ada briefing. Tahu sendiri kalau Captain Edo tidak suka ada yang datang ter—” Rosa terdiam saat Joanna melewatinya begitu saja, temannya yang satu itu selalu tidak bisa dibilangi. Rosa mengendikkan bahu, tidak ingin ambil pusing, yang terpenting dia sudah mengingatkan. “Kalau ada masalah biar ditanggung sendiri!” Joanna berjalan cepat menuju ke ruang presdir maskapai

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Mendadak Dilamar

    Joanna membeku di tempat setelah dia membuka lemari penyimpanannya. Tiba-tiba saja dia menemukan setangkai bunga mawar dan cokelat. “Sebenarnya siapa yang meletakkan di sini?” gerutu Joanna. Wanita itu mengeluarkan kedua benda itu dari lemari penyimpanan. Joanna mengedarkan pandangan matanya ke sekeliling, mencoba mencari seseorang yang mencurigakan. Namun, semua terlihat normal. “Jean, apa kamu tahu siapa yang meletakkan ini di lemari penyimpananku?” tanya Joanna pada salah seorang pramugari. Jean menggeleng. “Aku tidak tahu. Bukannya lemarimu dikunci? Bagaimana bisa memasukkan itu ke dalam?” Joanna mengendikkan bahu. “Aku tidak tahu. Ini sudah kesekian kalinya dan itu sangat mengganggu,” keluhnya. “Di sini khusus ruangan pramugari, tidak mungkin ada lelaki yang masuk, Joanna. Mungkinkah dari pengagum rahasiamu? Bukankah belakangan ini ada yang mengirim bunga? Bagaimana kalau kamu ke ruang keamanan untuk cek CCTV?” Joanna menghela napas pelan, dia tidak bisa bekerja dengan tena

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Will You Marry Me?

    Joanna mendekati Ethan setelah dia sadar dari keterkejutannya. Kini jarak mereka sangat dekat, wanita itu menatap mata Ethan dengan berani. "Menikah?" tanya Joanna dengan suara tenang. "Will you marry me?" Ethan sengaja mengulanginya agar Joanna semakin percaya dengannya. "In your dream, Mr. Ethan," balas Joanna sambil menyeringai. Ethan salah jika dia bisa takluk semudah itu. Dia adalah Joanna, wanita yang sudah berkomitmen tidak ingin menikah dan jatuh cinta. Joanna mundur dua langkah, melipat kedua tangannya di depan dada. "Silahkan pergi dari apartemenku, Pak Ethan!" Ethan menatap Joanna tak percaya, bisa-bisanya wanita itu menolak lamarannya tanpa pikir panjang padahal di luar sana banyak wanita yang mengantri berada di posisi Joanna. "Kamu menolakku, Joanna?" tanya lelaki itu ingin memastikan lagi. Sampai saat ini dia masih belum bisa terima, Joanna menolaknya dengan begitu mudah. Tanpa ragu, Joanna mengangguk. "Ya, dengan penuh kesadaran aku menolak lamaran, Pak Ethan. Je

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Rapuh

    Sepanjang malam, Joanna gelisah, nyaris terjaga semalaman. Pukul empat dini hari, wanita itu bangun dari tempat tidur, bergegas menyambar ponsel dan kunci mobilnya. "Semoga ibu baik-baik saja," gumam wanita itu. Joanna meninggalkan basemen apartemen lantas menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Jarak tempuh yang biasanya menghabiskan satu setengah jam, kali ini bisa dia jangkau dengan waktu empat puluh lima menit. Wanita itu segera turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Semakin melangkah menyusuri lorong ruang rawat inap, tangan Joanna semakin keringat dingin. Dadanya terasa sesak sekali menahan air matanya."Mbak Joanna."Suara Via membuat Joanna menoleh ke belakang. Tubuhnya terdorong beberapa langkah ketika adiknya memeluknya secara tiba-tiba. "Aku takut, Mbak," ujar Via lirih. Joanna memeluk adiknya dengan erat, mengusap punggungnya beberapa kali untuk menenangkan adiknya yang tengah terisak. "Ibu pasti baik-baik saja," bisik Joanna. "Kamu tahu ibu

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Diculik Presdir

    Joanna mengusap kasar air matanya, bergegas berdiri sambil memasang raut wajah datar, seolah tidak terjadi apa-apa padanya. "Ah, aku hanya mencari udara segar," jawabnya. Dia sama sekali tidak menyangka bertemu dengan Ethan saat akan perjalanan pulang. Jangan-jangan Pak Ethan membuntutiku? pikirnya. Joanna menggeleng cepat, menyangkal pemikirannya itu. Atasannya itu orang sibuk, mana mungkin punya waktu untuk membuntutinya. "Kamu berbohong?" tebak Ethan setelah dia mengamati wajah Joanna selama beberapa detik. "Wajahmu terlihat gelisah."Joanna memalingkan wajahnya, menghembuskan napas gusar karena Ethan berhasil menebaknya. Ethan beralih menatap mobil Joanna, mencoba mencari tahu alasan wanita itu gelisah. Lelaki itu tidak percaya Joanna hanya sekedar bersantai di tepi jalan. Satu alis Ethan terangkat saat melihat ada yang aneh dengan ban mobil belakang Joanna, dia bahkan berjongkok untuk memastikannya. Astaga! batin Joanna, sebentar lagi lelaki itu pasti tahu masalah yang sedan

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Uang Haram

    Joanna menatap sekilas baju ganti yang sudah disiapkan di atas tempat tidur lantas berpindah menatap makanan yang ada di atas meja. Dia sama sekali tidak tertarik dengan semua itu. Yang dia inginkan hanya segera pergi dari rumah Ethan. Suara pintu terbuka membuat Joanna menoleh. "Mana Pak Ethan?" Sambil tersenyum Bibi Dara menyodorkan secangkir teh hangat. "Minum dulu Mbak Joanna! Biar tenang!" Bibi masih berusaha untuk meredam emosi Joanna. "Bagaimana bisa aku tenang saat diculik? Cepat telepon Pak Ethan! Suruh ke sini sekarang juga!" ucap Joanna penuh penekanan. "Pak Ethan masih di perjalanan Mbak Joanna. Sebaiknya Mbak Joanna mandi dan makan dulu," ujar bibi. "Tidak, jangan memerintahku!" Joanna menatap sinis wanita paruh baya itu. Saat bibi lengah, Joanna menggunakan kesempatan itu untuk berjalan meninggalkan kamar. Dia semakin mempercepat jalannya, tidak peduli dengan panggilan dari bibi. Langkah Joanna terhenti saat pintu kamar itu terbuka, dia menahan napas melihat

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Siasat Menjauh dari Ethan

    "Atas nama Kings Airline dan seluruh kru yang bertugas kami mengucapkan terima kasih telah melakukan penerbangan bersama kami. Sampai jumpa dipenerbangan yang lain. Have a nice day."Joanna mengukir senyum tipis mengakhiri announcement final landing. Wanita itu bergegas menyelesaikan sisa pekerjaannya yang lain.Tak lama setelah seluruh penumpang turun dari pesawat, Joanna bergegas menarik kopernya."Aku duluan, semua pekerjaanku sudah selesai," ucap Joanna ketika berpapasan dengan rekan kerjanya yang lainPramugari itu mengangguk, tidak berani protes sekalipun mereka belum selesai pengecekan kabin."Baik, Mbak Joanna."Joanna turun dari pesawat, tiba-tiba saja ada yang memanggilnya membuat langkahnya terhenti."Joanna.""Ya, Captain Brian. Ada apa?" tanya Joanna."Kamu buru-buru sekali. Mau ke mana?" Brian sengaja berbasa-basi dengan Joanna, sudah lama sekali dia tidak bertemu dengan wanita itu. Munafik kalau dia tidak rindu mengobrol sambil menatap Joanna."Ada urusan mendesak, Capt

Latest chapter

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Diculik Suami

    Joanna mengernyit saat dia melih mobil Ethan siap di depan rumah. Padahal harusnya mobilnya yang ada di sana. "Masuklah, Joanna! Aku akan mengantarmu." Joanna tersentak kaget saat dia mendengar suara Ethan. Belum hilang keterkejutannya, tiba-tiba saja Ethan menarik pergelangan tangannya. "Maksudnya apa?" tanya Joanna bingung. Dia berusaha menarik tangannya, tapi nyatanya tenaga Joanna tidak cukup kuat. "Mulai hari ini aku yang mengantarmu," tegas Ethan tanpa menoleh ke belakang. "Nggak mau," tolak Joanna. "Lepaskan aku, Ethan!" Lelaki itu baru melepaskan Joanna saat mereka sudah ada di dekat mobil. Rizal langsung mendorong tubuh Joanna masuk ke dalam mobil dan dia menyusul masuk, tidak membiarkan Joanna keluar lagi. "Apa-apaan ini? Koperku?" tanyanya panik. Bibi sudah membawa kopernya turun terlebih dahulu, dia takut kopernya tertinggal di dalam rumah. "Sudah ada di bagasi," jawab Ethan. "Jalan, Pak!" Joanna semakin panik saat mobil itu berjalan. "Pak hentikan

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Singapura

    Ethan menatap Joanna yang tertidur pulas di sampingnya. Sayang sekali Joanna melewatkan pemandangan indah dari balik jendela pesawat pribadi Ethan. Tak lama setelah pesawat itu lepas landas, Joanna langsung tertidur pulas. "Joanna, bangun!" Ethan menggoyang-goyangkan lengan Joanna setelah pesawat itu berhasil mendarat dengan sempurna. Tak kunjung bangun, Ethan mendekatkan wajahnya. Namun, tiba-tiba wanita itu menarik tubuhnya menjauh. Joanna memasang tampang waspada. "Apa yang kamu lakukan, Ethan?" Ethan menjauhkan tubuhnya lantas dia berdiri dan mengulurkan tangannya. "Aku hanya ingin membangunkanmu, Joanna. Ayo, turun!" Spontan Joanna menyambut uluran tangan Ethan dan mereka berjalan meninggalkan pesawat. Di bawah sana sebuah mobil hitam sudah menunggu. "Selamat pagi, Pak Ethan. Selamat pagi, Bu Joanna," sapa sopir itu. "Pagi, Pak," balas Joanna. Joanna masuk ke dalam mobil dan diikuti oleh Ethan. Mobil itu langsung melaju begitu mereka masuk. HOEK! Joann

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Satu Ranjang

    Ethan melonggarkan pelukannya saat dia mendengar suara napas teratur, dia menunduk lantas tersenyum kecil ketika melihat Joanna tertidur pulas di pelukannya. "Cantik," gumam lelaki itu spontan. Ethan menarik selimut lebih tinggi, tidak ingin Joanna kedinginan dan lelaki itu kembali mendekap erat istrinya. Untuk pertama kalinya mereka tidur di ranjang yang sama. Tak butuh waktu lama, Ethan ikut tertidur pulas. *** Sepasang mata yang terpejam itu perlahan-lahan mulai terbuka. Joanna mengernyit merasakan pelukan erat itu, wanita itu menyingkirkan tangan Ethan sehingga dia bisa bebas. Joanna mendongak, menatap Ethan yang sudah tertidur pulas. "Kenapa dia masih ada di sini?" Joanna meringis saat sudah tidak tahan lagi menahan buang air kecil, dia menyibak selimut dan langsung menuju ke kamar mandi. Tak butuh waktu lama bagi Joanna berada di dalam kamar mandi. Dia kembali ke tempat tidurnya. Namun, Joanna hanya berdiri di samping ranjang. Wanita itu menggigit bibir bawa

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Pesona Suami

    "Selamat malam, Tuan Ethan! Selamat malam, Nyonya Joanna," sapa bibi yang ada di dapur. Bibi senang sekali melihat kedua majikannya sudah mulai akur, tidak seperti saat mereka pertama kali masuk ke dalam rumah ini. "Malam, Bi," balas Joanna. "Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya bibi. "Tidak usah, Bi. Saya mau masak nasi goreng," ujar Ethan. Bibi menatap majikannya tak percaya, selama bekerja di rumah Ethan baru kali ini bibi melihat Ethan turun langsung ke dapur. Detik berikutnya dia tersenyum tipis melihat Ethan kembali menggandeng istrinya. "Baik, Tuan. Saya permisi dulu." Joanna hanya bisa pasrah saat Ethan menarinya menuju meja bar mini. Dia juga tidak tahu kenapa ngidam dimasakkan oleh suaminya. Jujur saja, Joanna lebih nyaman jika Ethan menolak permintaannya dan dia bisa bebas memasak dengan bibi. "Duduk sini dulu!" perintah Ethan. Tangan lelaki itu terulur mengusap perut Joanna. Tubuh wanita itu menegang saat melihat senyum tipis Ethan, tatapan mata lelaki

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Manja

    "Joanna lihat yang mama bawa!" Pandangan mata Joanna berpindah mengikuti arah telunjuk mertuanya. Wanita itu langsung takjub melihat tumpukan perlengkapan bayi. "Ini semua mama belikan khusus untuk cucu mama. Semoga saja kamu suka, Joanna," ujar wanita paruh baya itu sambil tersenyum lebar. Usia kandungannya belum menginjak lima bulan, tapi mertuanya sangat antusias menyambut anaknya lahir. Diterima dengan baik oleh keluarga Ethan membuat Joanna justru merasa bersalah karena nantinya dia akan meninggalkan keluarga Ethan. "Ma, tapi aku lahiran masih lama. Apa tidak terlalu dini mama belikan semua ini?" tanya Joanna dengan hati-hati takut menyinggung mertuanya. Dengan semangat wanita paruh baya itu menggeleng. "Tentu saja tidak. Mama tidak tahan untuk belanja printilan untuk cucu mama." "Terima kasih banyak, Ma." Rasanya sudah lama sekali dia tidak mendapatkan kehangatan dari seorang ibu. Wanita paruh baya itu mengusap perut Joanna lantas berpindah mengusap lengan mena

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Perhatian Mertua

    "DURHAKA KAMU ETHAN!" Teriakan itu sama sekali tidak membuat keputusan Ethan goyah. Dia memberi kode pada dua petugas keamanan segera menyeret mertuanya meninggalkan ruang kerjanya. "Lepas! Lepaskan aku!" pinta lelaki paruh baya itu saat dua orang itu menyeretnya paksa. "Apa kalian tidak tahu siapa aku? Hah?" Dengan panik lelaki itu kembali menatap Ethan, berharap menantunya berbaik hati mengurungkan niatnya. Dia pikir datang menemui menantunya adalah jalan keluar terbaik, tapi ternyata dia salah besar. Yang ad justru Ethan menolak permintaannya. "Ethan apa begini caramu memperlakukan mertuamu? Apa gunanya kaya kalau kamu tidak punya sopan santun?" Ethan berjalan cepat menutup pintu ruangan kerjanya, tapi sebelum ditutup Ethan menatap mertuanya. "Aku tidak akan mengeluarkan sepeserpun untuk ayah. Jadi, jangan berharap lebih, Ayah!" "Benar-benar kurang ajar kamu, Ethan. Dengar! Dengarkan aku! Aku menyesal membiarkan kamu menikah dengan putriku yang berharga." Teriakan mertuan

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Hutang Balas Budi

    Joanna mengernyit melihat para pramugara dan pramugari berbaris rapi saat dia masuk ke dalam ruang kru. Dia memelankan langkah kakinya sambil mengamati sekeliling. "Joanna, akhirnya kamu datang juga. Ayo, cepat sini! Tinggal kamu yang belum cek berat badan," ujar salah satu petugas wanita yang berdiri di depan. Mampus, batin Joanna panik. Sidak dadakan itu membuat Joanna memucat, jelas saja karena berat badannya sudah naik beberapa kilogram. "Yang lain silahkan bubar. Joanna ayo sini!" Terpaksa Joanna mendekat, dia menatap tajam Rosa yang baru saja melewatinya. Harusnya temannya itu memberitahu jika ada sidak mendadak agar Joanna bisa melarikan diri. "Ya, Bu Amelia. Maaf Bu, saya sudah melakukan pemeriksaan. Apa harus dicek lagi?" Joanna mencoba untuk berhegosiasi dengan Amelia. "Tidak bisa, Joanna. Ayo cepat naik ke timbangan!" Amelia menatap buku yang ada di tangannya, siap untuk mencatat. Joanna menggigit bibir bawahnya, dia hanya bisa pasrah lantaran tidak b

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Ancaman Terakhir

    "Apa yang kamu lakukan, Ethan?" geram Joanna. Wanita itu menatap sekeliling memastikan tidak ada orang lain. Bahaya jika ada orang yang melihat mereka berduaan. Ethan tak langsung menjawab, tapi justru membalas menatap tajam Joanna. Gertakan sepertinya tak mempan untuk membuat Joanna tunduk dengannya. Keberanian Joanna lama-lama menciut ditatap tajam seperti itu. "Aku ada briefing." Baru saja berbalik, pergelangan tangan Joanna dicengkeram erat oleh Ethan. Lelaki itu menarik kencang Joanna hingga wanita itu berbalik menghadapnya lagi. "Kalau kamu terus melawan aku tidak segan-segan membongkar hubungan kita, Joanna," ancam lelaki itu diikuti seulas senyum penuh kemenangan melihat perubahan wajah Joanna menjadi panik. Joanna membeku di tempat mendengar ancaman Ethan. "Jangan bercanda!" "Aku tidak bercanda, Joanna. Bagaimana? Jauhi Edward atau aku bongkar pernik—" "Ya, aku akan melakukannya," potong Joanna cepat. Dengan panik wanita itu menatap sekeliling, dia bernapas

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Perhatian yang Memuakkan

    Joanna terkekeh pelan saat dia mengingat ucapan Ethan yang mengatakan jika dia cemburu melihatnya dengan Edward. "Ck, omong kosong," gumam Joanna. Dia tidak percaya dengan ucapan Ethan. Joanna menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin seorang Ethan cemburu padanya. Wanita itu kian mempercepat jalannya, tangannya menarik koper. "Astaga!" pekik Joanna ketika Ethan menghubunginya. Joanna menempelkan ponselnya di telinga. "Ada apa?" "Kenapa kamu pergi dulu? Bukankah kemarin aku sudah bilang tunggu aku? Aku akan mengantar jemput mulai sekarang," ujar Ethan dari sebrang sana. "Tidak usah. Aku bisa pergi sendiri." Joanna tidak habis pikir bisa-bisanya Ethan menyuruhnya melakukan hal itu. Jika, dia melakukannya sama saja artinya lelaki itu ingin membongkar pernikahan rahasianya. "Di mana kamu sekarang. Aku bawakan sarapan untukmu. Bibi bilang kamu belum sarapan." Joanna menghela napas karena lelaki itu begitu keras kepala. Perhatian yang diberikan oleh Ethan berlebihan sekali. "Adu

DMCA.com Protection Status