“Dasar, Aaron gila!”
Sambil merutuk, Jessica memasuki kamar mandi, sebelum akhirnya berdiri di depan cermin dan melepaskan bathrobe yang membalut tubuhnya. Dari pantulan cermin, dia bisa melihat dengan jelas memar-memar di tubuhnya yang ditinggalkan oleh Aaron ketika bercinta dengannya kemarin malam. Tanpa bisa dikendalikan atau pun dicegah, sekelebat adegan panas mereka semalam tiba-tiba terlintas di benaknya. Seketika, wajah Jessica memerah. Namun, itu tidak berlangsung lama, sebab perasaan bersalah pada sang suami langsung menguasai dirinya di detik selanjutnya. “Aland, maafkan aku ….” Jessica tersedu-sedu. Jessica ingat, pertama kali dia bertemu dengan Aland adalah saat dirinya sedang mencari tanaman herbal di pinggiran Kota Yinli untuk bahan pengobatan ibunya yang saat itu tengah sakit keras. Bukan menemukan apa yang dicari, Jessica ternyata bertemu dengan seorang laki-laki yang tengah berlumuran darah, ketika dia melewati sebuah bangunan untuk berteduh ketika hujan turun. Tanpa banyak bertanya, dia hanya membantu untuk menghentikan perdarahan pada laki-laki itu. Namun, ketika hari mulai gelap dan Jessica berniat pulang, tubuh laki-laki itu tiba-tiba demam. Jessica berakhir bermalam di bangunan tersebut hingga pagi tiba. Saat pagi, dua orang pria berpakaian serba hitam memasuki gua sambil menunduk dan berbicara penuh hormat pada anak laki-laki yang belum sepenuhnya pulih itu. “Tuan Muda Albert, maafkan kami karena datang terlambat.” Anak laki-laki itu tidak mengatakan apa-apa pada mereka, dia hanya merogoh sakunya dan mengeluarkan kalung giok hijau dan memberikannya pada Jessica. “Simpanlah ini.” Dia menatap dalam pada manik Jessica. “Kalung ini kuberikan padamu sebagai tanda aku memilihmu menjadi istriku. Ketika saatnya tiba, aku akan menjemputmu … dan kita akan menikah.” Ketika anak laki-laki yang diperkirakan berumur tujuh belas tahun itu pergi, Jessica masih belum pulih dari keterkejutannya. Bagaimana tidak? Dia baru saja menyelamatkan nyawa orang, tetapi tidak disangka malah dilamar pada hari berikutnya, bahkan dirinya masih belum cukup umur untuk membahas pernikahan. Meski begitu, Jessica sudah terlanjur jatuh hati pada anak laki-laki bermata biru itu. Terlebih, setelah diakui sebagai istri. Namun, ketika beranjak dewasa, di mana Jessica masih dalam penantian … laki-laki yang mengklaimnya sebagai istri itu tidak mengenalinya ketika mereka bertemu kembali. Bahkan, Jessica melihat laki-laki itu tengah menggandeng seorang wanita. Jessica mengakhiri ingatan tentang masa lalunya ketika napasnya terasa sesak. 'Sejak awal, apa hanya aku yang memperjuangkan hubungan ini?' Jessica menggelengkan kepalanya, berusaha membuang pikiran buruk itu jauh-jauh. ‘Bagaimanapun, Aland telah menepati janjinya untuk menikahiku,’ tegasnya di dalam hati. Dan sekarang, mungkin Jessica-lah yang tidak menepati janjinya untuk memberikan mahkota yang telah dia jaga pada sang suami. Namun, menangisi semua yang telah terjadi pun bukan solusi. Masalahnya tidak akan teratasi jika dia hanya menangis, meski sepanjang hari. Kesucian yang telah hilang tidak akan kembali, tetapi mungkin bisa disembunyikan dari orang lain, termasuk suaminya sendiri. Jessica hanya berharap, Aland tidak dulu menyentuhnya hingga semua jejak-jejak di tubuhnya ini hilang supaya pria itu tidak curiga. Setelah selesai menggosok badannya, Jessica keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju nakas hanya untuk menghampiri ponselnya yang berdering. Jessica dengan sengaja melewatkan panggilan masuk itu, dia terlalu malas berargumen dengan orang yang telah merobek kepercayaannya. Tidak lama kemudian, ponselnya di atas nakas bergetar, tanda sebuah pesan masuk. Jessica mendengus saat membaca nama si pengirim pesan, juga isi pesan yang disampaikan. [Jessy, pulanglah. Sudah lama kita tidak makan siang bersama.] Dia tidak berniat membalas pesan tersebut dan memilih pergi ke lemari pakaian. Namun, dalam hati kecilnya … wanita itu juga memiliki keinginan untuk mengunjungi rumah orangtuanya yang tidak pernah lagi dia sambangi sejak ibunya meninggal, terlebih ketika sang ayah telah menikah lagi. Rasa rindunya pada seseorang di rumah itu membuat Jessica yang semula ogah, memutuskan untuk mengunjungi rumah tersebut hari ini. Bukan ayah atau pun keluarga barunya yang ingin dia temui di Kediaman Smith, melainkan sang kakek yang telah terbaring koma selama bertahun-tahun. Begitu selesai berkemas dan hendak keluar dari rumah, Jessica menyadari ada seseorang di dapurnya. Dia mengerutkan kening dengan heran karena selama ini dia hanya tinggal seorang diri di Jerssy Estate. Tidak ada pelayan, tidak ada penjaga keamanan khusus yang dia sewa untuk menjaga rumahnya. Namun, dia juga sangat yakin … rumahnya yang menggunakan teknologi tercanggih ini tidak akan kemasukan maling. Dia menebak-nebak dalam hati, 'Siapa di sana? Apa mungkin Aland?' Dengan membawa rasa penasaran yang tinggi, Jessica memasuki dapur. Begitu melihat sosok tinggi kekar sedang berkutat dengan peralatan memasak, Jessica agak terkejut. Lebih dari itu, amarah kembali menyelimuti dirinya. "Kenapa kau masih di sini?!" Pria itu adalah Aaron, dan dia tidak terkejut dengan reaksi Jessica yang sangat menggebu-gebu. Dia juga tidak berbalik untuk menatap wanita itu dan tetap fokus pada pekerjaannya sambil menjawab dengan santai, "Membuatkan sarapan untukmu." Jessica melihat gelagat Aaron, pria itu sama sekali tidak canggung dan bersikap seolah-olah memang tidak ada yang terjadi di antara mereka Bahkan, pria itu juga bersikap seperti berada di rumah sendiri. "Aku tidak butuh sarapan darimu, sebaliknya ... aku ingin kau segera meninggalkan rumahku!" Jessica menatap Aaron yang terlihat lebih segar dengan rambut basah seolah-olah memberitahunya bahwa pria itu sudah mandi, bahkan dia juga sudah berganti pakaian. Jika sebelumnya Aaron tampak berwibawa dengan mengenakan kemeja, maka pakaian casual yang dia kenakan pagi ini membuatnya tampak lebih berkarisma. Jessica mengerutkan keningnya sekali lagi, jika Aaron sudah mandi dan mendapatkan pakaian baru, kenapa tidak langsung pergi dari rumahnya. "Aku akan pergi setelah sarapan bersamamu," sahut Aaron tak acuh, lalu menghidangkan dua piring omelet dan dua gelas kopi di atas meja makan. "Ayo, duduk." Jessica memelototi Aaron dengan galak. "Sudah aku bilang, aku ...." "Duduklah atau suamimu tercinta akan tahu apa yang terjadi pada kita kemarin malam." Ancaman Aaron yang disertai dengan tatapan serius membuat Jessica terbungkam. Melihat Jessica mematung di tempat, Aaron juga tidak mengatakan apa-apa dan hanya memintanya duduk melalui gerakan kepalanya. Pada akhirnya, Jessica terpaksa duduk dengan menggertakkan giginya seolah-olah ingin mengunyah Aaron sampai lumat. "Makanlah," kata Aaron lagi, dia juga mulai makan tanpa menghiraukan emosi Jessica. "Dari mana kau dapat pakaian itu dan kenapa belum pergi?" "Katherine yang mengantarnya" sahut Aaron tak acuh, lalu melanjutkan, "Dan aku belum ingin pergi." Sebenarnya, dia sudah pergi begitu Jessica meninggalkannya sendirian di dalam kamar tadi. Hanya saja, jam tangannya tertinggal di dalam kamar wanita itu. Begitu memasuki kamar Jessica kembali, Aaron tanpa sengaja mendengar isak tangis yang menyayat hati dari dalam kamar mandi hingga rasa bersalah perlahan-lahan menyelimuti hatinya. Karena itu, Aaron enggan pergi dan meminta Katherine mengantarkan pakaian ganti, sebelum akhirnya memutuskan untuk mandi di kamar sebelah. Melihat Jessica tidak kunjung turun, Aaron yang telah selesai membersihkan diri sengaja mengulur waktu dengan membuat sarapan. Di dalam hati, dia juga bertekad ingin kembali memasuki kamar Jessica jika saja wanita itu tidak turun dalam waktu sepuluh menit lagi. Bagaimanapun, dia khawatir Jessica nekat melakukan hal-hal bodoh hanya karena kesalahan indah semalam. "Kalau Katherine sudah datang mengantarkan pakaianmu, kenapa kau tidak sekalian pergi dengannya?" Jessica benar-benar tidak paham dengan jalan pikiran Aaron, untuk apa juga pria itu berlama-lama di rumahnya. "Sudah kubilang, aku belum ingin pergi," balas Aaron sembari menatap Jessica dengan lekat. "Cepatlah makan, jangan banyak tanya. Setelah ini, aku akan mengantarkanmu." ‘Dia tahu aku ingin menjenguk Kakek?’ pikirnya di dalam hati, dia sedikit curiga pada Aaron yang seolah sudah tahu agendanya setelah ini. “Aku hanya menebak kalau kamu ingin pergi.” Laki-laki itu mengedik ke arah Jessica, menunjuk pakaian yang wanita itu kenakan. “Aku hanya menawarkanmu bantuan.” “Tidak perlu, aku bisa sendiri,” sahut Jessica tanpa pikir panjang. Bepergian dengan suaminya saja dia belum pernah, kenapa kini harus pergi bersama adik iparnya? Pria itu berdecak, "Jangan membantah!" Aaron memperingati Jessica dengan ekspresi serius dan tegas. "Jika tidak, bukan hanya suamimu, bahkan seluruh dunia juga akan tahu tentang percintaan kita kemarin malam."“Kamu mencoba menggertakku?”Jessica tertegun, dia tidak menyangka adik ipar yang sebelumnya tidak pernah berinteraksi dengannya ternyata sangat menyebalkan.“Apakah aku terlihat sedang main-main, Jessy?” katanya menunjukkan wajah serius.Jessica bersungut-sungut, “Kamu gila, Aaron!” Padahal, laki-laki itu telah berjanji akan tutup mulut, tetapi dia juga yang mengancam ingin mengumbar skandal mereka.Di bawah tekanan dan ancaman Aaron, Jessica akhirnya setuju diantarkan ke Kediaman Smith—kediaman orangtuanya.Selama dalam perjalanan, Jessica tidak mengatakan sepatah kata pun, dia seperti gadis bisu yang hanya menatap keluar jendela.Setelah mengalami perjalanan dalam keheningan, mobil mewah Aaron pun terparkir di halaman Kediaman Smith.Jessica menundukkan kepalanya ingin membuka sabuk pengaman, tetapi dia merasa kesusahan sehingga gagal membukanya.Melihat itu, Aaron dengan cepat bereaksi. “Biar aku yang membukanya.”Detik berikutnya, Aaron sudah membungkuk, sementara Jessica hanya di
Jessica menarik paksa kedua sudut bibirnya untuk membentuk sebuah senyuman. “Tidak perlu, aku harus pergi sekarang.”Jessica benar-benar tidak punya waktu untuk berbasa-basi dengan Veronika, apalagi menyentuh Sup Akar Teratai buatannya yang tidak teruji klinis.Di samping itu, Jessica juga tengah mencoba menghindari Aaron yang ingin menjempuntnya.“Jessy, minumlah supnya walau hanya seteguk saja.” Veronika berbicara dengan ekspresi menyedihkan seolah-olah dia telah ditindas oleh Jessica selama ribuan tahun.Jessica memutar bola matanya dengan jengah, dia sama sekali tidak tersentuh dengan drama yang dimainkan oleh Veronika sehingga tidak berniat singgah ke dapur.“Jessy, kenapa kamu tidak menghargai niat baik ibumu?” Melihat ekspresi menyedihkan di wajah istrinya, Alexander yang baru saja datang entah dari mana, langsung merasa tertekan dan tidak senang pada Jessica. “Bukankah kamu pulang untuk makan siang bersama? Kenapa kamu terburu-buru ingin pergi? Padahal, ibumu sudah menyibukkan
Begitu melihat kepala Jessica terkulai lemah di atas meja, Alexander menggenggam tangan Veronika dan mengecupnya dengan mesra, “Kamu adalah malaikat penyelamat bagi Keluarga Smith.” Ya, Jessica langsung tak sadarkan diri, setelah meneguk sesendok Sup Akar Teratai yang disuguhkan oleh Veronika. Menyembunyikan kesenangan di dalam hatinya, Veronika memasang ekspresi bersalah saat menatap Alexander dan berkata, “Alex, apa tidak masalah menjebak putrimu sendiri?” “Siapa suruh dia tidak mematuhi aku.” Alexander tersenyum jahat, lalu lanjut berbicara tanpa rasa bersalah. “Lagipula, dia tidak pernah melakukan apa pun untukku atau Keluarga Smith. Jadi, tidak ada salahnya berkorban sedikit.” Sebelumnya, Smith Company mengalami masalah keuangan dan seperti biasa, Alexander hanya bisa berkonsultasi pada Veronika mengenai masalah yang dia hadapi. Pada saat yang sama, Veronika juga sangat menginginkan Rebecca mendapatkan peran utama dari Tuan Simon—sutradara terkenal di Sky Hill. Karena itu, d
Saat Tuan Simon hendak memanjat tubuh Jessica yang ada di atas ranjang, wanita itu tiba-tiba saja membuka matanya. Jessica menatap Tuan Simon dengan mata memicing, memancarkan aura bahaya yang membuat pria berperut buncit itu terkejut dan sedikit bergidik ngeri. Tuan Simon merasakan getaran di hatinya, dia pun bertanya langsung pada Jessica yang dikabarkan akan tidur selama dua jam. “Kamu … kamu kenapa bangun?” ‘Nyonya Smith tidak mungkin membohongi aku, kan?’ Tuan Simon mengerutkan kening dengan tidak senang dan menggertakkan giginya. ‘Awas saja jika dia berani mempermainkan aku!’ Melihat ekspresi di wajah Tuan Simon, Jessica tersenyum lebar disertai dengan tatapan berbinar. “Jika aku tidak bangun, maka aku akan kehilangan kesempatan untuk melihat pertunjukan yang bagus.” Detik berikutnya, ekspresi tegas menyelimuti wajah Jessica yang menatap tajam pada Tuan Simon. “Aku harus bangun untuk menghentikan aksi bejatmu!” “Kamu—” Belum Tuan Simon menyelesaikan kata-katanya, Jessi
Setelah hampir setengah jam membiarkan Tuan Simon dikelilingi anjing hingga masa depan pria itu hampir suram, Jessica akhirnya kembali. Melihat kedatangan Jessica, anjing itu menjauhi Tuan Simon dan mengelilingi Jessica dengan manja. "Marco, kamu melakukannya dengan baik." Jessica mengelus bulu-bulu kusam di kepala anjing putih yang tidak terawat itu. "Pergilah dulu, nanti aku akan menemuimu." Anjing itu menikmati sentuhan kasih sayang yang tidak pernah didapatkan selama bertahun-tahun, dia seolah mengerti kata-kata Jessica dan terlihat enggan menurutinya. Seakan bisa membaca isi pikiran anjing kesayangannya, Jessica tersenyum menenangkan dan berkata, "Tenang saja, aku tidak akan meninggalkanmu lagi." Patuh, anjing itu pergi dan Jessica kembali fokus pada Tuan Simon. "Baiklah, mari kita akhiri permainan ini dan mulai berbicara dengan serius." Jessica menepuk-nepuk tangannya, mencoba menghalau semua kotoran yang melekat di sana. Tuan Simon yang terduduk di lantai dengan begi
"Bibi Veron, kenapa ... kenapa Tuan Simon berbaring di sampingku? Dia ... dia berdarah ... perut Tuan Simon ... banyak mengeluarkan darah! Bibi, apa ... apa yang terjadi? Apa yang harus aku lakukan?" Jessica Wang menelpon Veronika dan memasang ekspresi terkejut, juga berbicara dengan panik. Veronika yang mulanya mengerutkan kening karena tiba-tiba mendapatkan panggilan telepon dari Jessica Wang, ikut panik mendengar apa yang wanita itu katakan. "Apa? Apa kamu katakan?" Menyadari Jessica Wang tidak pingsan saja, Veronika sudah sangat terkejut, apalagi saat mendengar berita yang wanita itu sampaikan. Bagaimana bisa Tuan Simon terluka? "Tuan Simon terluka!" Jessica Wang berbicara dengan lebih jelas. "Kenapa Tuan Simon sampai terluka? Apa yang kamu lakukan padanya?" Veronika mencerca, bahkan menuduh Jessica. "Bibi, aku tidak tahu apa-apa," kata Jessica Wang mencoba membuat pembelaan. "Dia sudah terluka parah saat aku bangun." Mendengar itu, Veronika langsung menutup panggilan tele
Saat ini, Jessica berusaha keluar dari Kediaman Smith dengan terhuyung-huyung sambil berpegangan pada apa pun di sekitar yang bisa menopang tubuhnya. Sebelumnya, dia bisa selamat dari obat bius yang Veronika campurkan ke dalam Sup Akar Teratai, karena dirinya sempat meminum pil detoksifikasi sesaat sebelum memasuki dapur. Dia yakin, ada masalah dengan Sup Akar Teratai dan ternyata, firasatnya benar! Meski bukan racun, tetap saja obat yang dimasukkan ke dalam Sup Akar Teratai itu sangat berbahaya. Jika lengah, efeknya lebih buruk daripada menenggak racun! Mungkin, saat itulah bermula kehancuran Jessica. Namun, sekarang dia malah terjebak karena kelalaiannya sendiri! "Bodoh! Bodoh sekali kamu, Jessy!" Jessica berulang kali memukul dan menggelengkan kepalanya, mencoba mempertahankan kesadarannya.. Di sisi lain, Aaron yang berjanji menjemput Jessica, baru saja keluar dari mobil dan memasuki Kediaman Smith seolah-olah rumah itu miliknya. "Jessy!" Melihat tubuh Jessica terhuyung
"Jalang sialan!" Rebecca menatap Jessica dengan penuh kebencian, tangannya sudah terangkat tinggi-tinggi hendak memukul wajah wanita itu. Namun, gerakannya dengan cepat ditahan oleh Aaron yang tiba tepat waktu di sisi Jessica. "Jangan gunakan tangan kotormu untuk menyakitinya!" Aaron melayangkan tatapan haus darah kepada Rebecca, dia menggenggam tangan wanita itu dengan keras seolah-olah hendak meremukkan tulangnya. Detik selanjutnya, Aaron menghempaskan tangan Rebecca dengan kasar hingga wanita itu tersungkur ke lantai. Kemudian, Aaron mengambil sapu tangan dari sakunya dan membersihkan tangannya seolah-olah ingin memusnahkan najis yang menempel akibat menyentuh Rebecca. Melihat amarah yang melintas di mata Aaron, Rebecca tidak bisa menahan getaran di hatinya. Dia juga tidak punya keberanian untuk melawan, meski sangat ingin. Di samping, Veronika justru tidak menyangka seseorang akan masuk tanpa izin ke rumah Keluarga Smith, dia pun mengamati pria yang berdiri di samping Jes
"Kenapa kau di sini?" Suara dingin Aland mengagetkan Jessica yang baru saja berganti pakaian dan hendak pergi meninggalkan Snow Butique sambil menenteng jas Aaron. Dia sedikit terkejut melihat keberadaan Aland yang sebelumnya sangat dia cintai dan dirindui siang-malam. Kini, perasaan itu musnah berganti dengan kekecewaan yang meninggalkan rasa permusuhan. Jessica menatap Aland, lalu dengan sinis melirik Natasha yang menempel di lengan pria itu. Kemudian, tatapan Jessica kembali tertuju pada Aland. "Apa masalahnya? Kenapa aku tidak boleh ada di sini?" Natasha melihat Jessica dari ujung kepala sampai ujung kaki, dia selalu iri hati saat menyadari saudari perempuannya selalu terlihat cantik meski hanya dibalut pakaian sederhana. Detik selanjutnya, tatapan Natasha jatuh pada jas pria di tangan Jessica. "Adik, kenapa kamu memegang pakaian pria di tanganmu? Itu bukan pakaian Aland, kan?" "Oh, aku bertanya-tanya kenapa kau belum sampai ke Orleander Breeze, padahal ibu bilang kau sud
"Apa?" Jessica menghentikan kegiatannya, dia menatap pria di sampingnya. "Aaron, kenapa kau mendesakku bercerai? Aku tidak sedang terburu-buru. Aku....""Apa kau pikir, kau tidak perlu bertanggung jawab setelah tiga kali tidur denganku?""Tanggung jawab?" Jessica menatap Aaron dengan tatapan tak percaya. "Hmmmm." Aaron mengangguk tanpa dosa. "Anggap saja sebagai kompensasi atas hilangnya waktu berhargaku dan kerusakan mental yang disebabkan olehmu.""Hah ... kerusakan mental?" Jessica terkekeh sinis. Bukankah dia yang merusak mentalku? "Kau tidak hanya mengambil kepolosanku, tapi juga berkali-kali mencoba memanfaatkan aku. Jadi, tentu saja kau harus bertanggung jawab!""Kau—" Jessica mengacungkan jari telunjuknya ke arah Aaron dengan gigi yang saling gemertakan seolah-olah ingin melumat pria itu. "Gila!""Apa aku salah?"Jessica diam, dia tidak punya kata-kata yang tepat untuk membalas Aaron. Lebih tepatnya, dia tidak ingin berdebat dengan Aaron untuk mencegah dirinya menjadi gila
Jessica terdiam. Sebelumnya, dia berniat meminta bantuan pada Aland untuk berinvestasi pada Smith Company agar kesepakatannya dengan Alex bisa terpenuhi. Namun, begitu mengetahui perselingkuhan Aland dan Natasha, Jessica membuang jauh-jauh pemikirannya itu. Di matanya, aku hanyalah wanita yang tidak diinginkan. Bagaimana mungkin bajingan itu bersedia membantuku? Jessica menggertakkan gigi, sementara otaknya sedang berpikir dengan liar. Detik selanjutnya, dia langsung menoleh ke arah Aaron saat pemikirannya membawa satu nama. "Aaron ...." Jessica memasang senyum terbaik yang terlihat begitu dipaksakan hingga Aaron menatapnya dengan aneh. Bukannya senang ditatap oleh Jessica dengan dengan netra berbinar dan senyum lebar, Aaron justru bergedik ngeri. "Apa?" "Maukah kamu membantuku?""Bantuan seperti apa yang kamu inginkan?"Jessica menggigit bibirnya, tampak ragu mengutarakan niatnya. Meski demikian, dia tetap berbicara dengan perlahan. "Aku ingin kamu berinvestasi pada Smith Comp
"Aland, kamu sudah lama kembali ke Jincheng City, kenapa tidak menemui istrimu?" Seorang wanita bertubuh sintal menggulingkan pria bertubuh kekar yang menindihnya, sebelum akhirnya dia bertengger di atas tubuh pria itu dengan begitu menggoda. "Hanya wanita membosankan yang bahkan tidak diinginkan oleh ayahnya sendiri, untuk apa aku menemuinya?" Pria itu membalas dengan sinis dan menatap wanita di atasnya dengan tatapan mendamba. "Hanya kamu yang aku inginkan!"Detik selanjutnya, apa yang seharusnya terjadi pada sejoli haram itu akhirnya terjadi. Tanpa sepengetahuan mereka yang sedang dimabuk asmara, Jessica langsung membeku di depan pintu yang tidak tertutup rapat itu. Mata Jessica langsung basah, bahkan telinganya juga berdengung karena mendengar percakapan dan menyaksikan kegiatan bejat kedua orang di dalam sana yang mengeluarkan suara-suara sialan. "A—land ... Natasha ...." Jessica tergugu dalam diam, dia berusaha keras meredam suara tangisnya agar tidak didengar oleh siapa pun
"Alex, apakah menurutmu Jessica akan membantu Smith Company? Jika dia tidak berinvestasi, tidak akan ada lagi Keluarga Smith di Jincheng City." Dengan suara lembut mendayu-dayu, Veronika yang tengah duduk di sofa berbicara pada Alexander yang berdiri membelakanginya. "Aku ayahnya!" Alexander melepaskan genggaman Veronika padanya, lalu berbalik dan duduk di sofa yang berhadapan dengan wanita itu. "Apa dia punya hak untuk tidak membantu?" Alexander sangat percaya diri, statusnya sebagai seorang ayah akan membuat Jessica patuh padanya. Veronika duduk di sebelah Alexander, dia pun kembali berbicara sambil menyentuh paha sang suami dengan cara yang menggoda. "Jika Jessica ingin mengambil kesempatan ini untuk kembali ke Smith Company, dia ...." "Smith Company bukan tempat yang bisa dia masuki hanya karena dia mau, bahkan jika dia melakukannya, aku juga tidak akan membiarkannya mengancam posisi Natasha dan Rebecca di Keluarga Smith!" "Mengapa Tuan Smith memintaku kembali?" Suara Jessi
"Jalang sialan!" Rebecca menatap Jessica dengan penuh kebencian, tangannya sudah terangkat tinggi-tinggi hendak memukul wajah wanita itu. Namun, gerakannya dengan cepat ditahan oleh Aaron yang tiba tepat waktu di sisi Jessica. "Jangan gunakan tangan kotormu untuk menyakitinya!" Aaron melayangkan tatapan haus darah kepada Rebecca, dia menggenggam tangan wanita itu dengan keras seolah-olah hendak meremukkan tulangnya. Detik selanjutnya, Aaron menghempaskan tangan Rebecca dengan kasar hingga wanita itu tersungkur ke lantai. Kemudian, Aaron mengambil sapu tangan dari sakunya dan membersihkan tangannya seolah-olah ingin memusnahkan najis yang menempel akibat menyentuh Rebecca. Melihat amarah yang melintas di mata Aaron, Rebecca tidak bisa menahan getaran di hatinya. Dia juga tidak punya keberanian untuk melawan, meski sangat ingin. Di samping, Veronika justru tidak menyangka seseorang akan masuk tanpa izin ke rumah Keluarga Smith, dia pun mengamati pria yang berdiri di samping Jes
Saat ini, Jessica berusaha keluar dari Kediaman Smith dengan terhuyung-huyung sambil berpegangan pada apa pun di sekitar yang bisa menopang tubuhnya. Sebelumnya, dia bisa selamat dari obat bius yang Veronika campurkan ke dalam Sup Akar Teratai, karena dirinya sempat meminum pil detoksifikasi sesaat sebelum memasuki dapur. Dia yakin, ada masalah dengan Sup Akar Teratai dan ternyata, firasatnya benar! Meski bukan racun, tetap saja obat yang dimasukkan ke dalam Sup Akar Teratai itu sangat berbahaya. Jika lengah, efeknya lebih buruk daripada menenggak racun! Mungkin, saat itulah bermula kehancuran Jessica. Namun, sekarang dia malah terjebak karena kelalaiannya sendiri! "Bodoh! Bodoh sekali kamu, Jessy!" Jessica berulang kali memukul dan menggelengkan kepalanya, mencoba mempertahankan kesadarannya.. Di sisi lain, Aaron yang berjanji menjemput Jessica, baru saja keluar dari mobil dan memasuki Kediaman Smith seolah-olah rumah itu miliknya. "Jessy!" Melihat tubuh Jessica terhuyung
"Bibi Veron, kenapa ... kenapa Tuan Simon berbaring di sampingku? Dia ... dia berdarah ... perut Tuan Simon ... banyak mengeluarkan darah! Bibi, apa ... apa yang terjadi? Apa yang harus aku lakukan?" Jessica Wang menelpon Veronika dan memasang ekspresi terkejut, juga berbicara dengan panik. Veronika yang mulanya mengerutkan kening karena tiba-tiba mendapatkan panggilan telepon dari Jessica Wang, ikut panik mendengar apa yang wanita itu katakan. "Apa? Apa kamu katakan?" Menyadari Jessica Wang tidak pingsan saja, Veronika sudah sangat terkejut, apalagi saat mendengar berita yang wanita itu sampaikan. Bagaimana bisa Tuan Simon terluka? "Tuan Simon terluka!" Jessica Wang berbicara dengan lebih jelas. "Kenapa Tuan Simon sampai terluka? Apa yang kamu lakukan padanya?" Veronika mencerca, bahkan menuduh Jessica. "Bibi, aku tidak tahu apa-apa," kata Jessica Wang mencoba membuat pembelaan. "Dia sudah terluka parah saat aku bangun." Mendengar itu, Veronika langsung menutup panggilan tele
Setelah hampir setengah jam membiarkan Tuan Simon dikelilingi anjing hingga masa depan pria itu hampir suram, Jessica akhirnya kembali. Melihat kedatangan Jessica, anjing itu menjauhi Tuan Simon dan mengelilingi Jessica dengan manja. "Marco, kamu melakukannya dengan baik." Jessica mengelus bulu-bulu kusam di kepala anjing putih yang tidak terawat itu. "Pergilah dulu, nanti aku akan menemuimu." Anjing itu menikmati sentuhan kasih sayang yang tidak pernah didapatkan selama bertahun-tahun, dia seolah mengerti kata-kata Jessica dan terlihat enggan menurutinya. Seakan bisa membaca isi pikiran anjing kesayangannya, Jessica tersenyum menenangkan dan berkata, "Tenang saja, aku tidak akan meninggalkanmu lagi." Patuh, anjing itu pergi dan Jessica kembali fokus pada Tuan Simon. "Baiklah, mari kita akhiri permainan ini dan mulai berbicara dengan serius." Jessica menepuk-nepuk tangannya, mencoba menghalau semua kotoran yang melekat di sana. Tuan Simon yang terduduk di lantai dengan begi