"Kuharap sidangnya akan berjalan lancar dan tidak bertele-tele. Meluangkan waktu khusus untuk datang ke Pangadilan Negeri Jakarta Pusat di tengah jam kerja kantor cukup menyebalkan!" ujar Arsenio dengan suara rendah di tepi telinga istrinya.Mereka berdua duduk sederet bersama Pak Revano Gozhali beserta keluarganya. Ada istrinya, Nyonya Olivia Gozhali dan Baby Alexandra juga, Hans duduk tepat di samping istrinya dan menggenggam telapak tangan perempuan itu agar tenang."Sebaiknya hakim berlaku adil dalam vonisnya, pasangan suami istri itu telah menjadi benalu dalam kehidupan Cantika. Kuharap mereka akan dipenjara seumur hidup!" tutur Pak Revano yang juga didengar oleh menantunya yang tak lain puteri kandung pasangan terdakwa.Baby menangis terisak-isak mendengar perkataan kejam papa mertuanya. Dan Hans segera memeluknya seraya membisikkan kata-kata penghiburan untuk istrinya. Sementara itu Cantika yang melihat interaksi adik tirinya dengan putra dari Om Vano pun merasa tergelitik. 'W
Arsenio merangkul bahu istrinya meninggalkan ruang persidangan seraya berkata, "Vonis dari hakim sepertinya akan berlapis-lapis untuk Pak Julianto. Aku nggak menyangka bahwa semua yang dia sombongkan sebagai harta kekayaannya di hadapanku dulu ketika awal kita menjalin hubungan, semuanya itu milikmu, Cantika! Lantas siapa dong yang Mokondo sebenarnya, dia atau aku?!"Sekilas tatapan mata Cantika tak sengaja bersirobrok dengan Pak Julianto. Dia bergidik ngeri hingga tak bisa fokus mendengar perkataan suaminya yang berada di sebelahnya. Pria yang mengaku-ngaku sebagai ayah kandungnya, tetapi kelakuannya membongkar sendiri kebohongan itu pun mengalihkan pandangannya. Hati Cantika gelisah karena firasatnya menangkap ada hal buruk yang direncanakan oleh pria jahat itu. "Cantika? Darling, apa kamu baik-baik saja?" tegur Arsenio ketika mengetahui istrinya tenggelam dalam lamunan sendiri."Ohh ... ehh ... maaf, Sen. Aku nggakpapa," sahut Cantika gelagapan. "Cerita sama aku ada apa?" desak A
"Pa, kayaknya kita bakalan divonis penjara seumur hidup deh!" isak Nyonya Ribka saat mobil polisi yang membawa dia dan suaminya melaju menuju ke Kantor Pengadilan Negri Jakarta Pusat.Pak Julianto Wiryawan sudah tahu tanpa istrinya menyinggung perkara vonis tersebut, dia berdecak kesal seraya menjawab, "Ckk ... iya. Sudahlah, Ma jalani aja. Nasi sudah jadi bubur, kita nggak bisa kabur lagi. Semua aset dan uang Papa sudah diamankan oleh pihak berwajib.""Huh, maksud Papa asetnya warisan Cantika 'kan? Dulu kamu bohong waktu bilang harta Helena semuanya akan jatuh ke tanganmu kalau wanita itu mati. Ternyata semua hanya isapan jempol, semua justru yang berhak adalah Cantika dan kamu cuma numpang aja. Nyesel aku nikah sama kamu, Jul!" sindir Nyonya Ribka yang tak lagi menghargai suaminya pasca segala fakta terbongkar kemarin di persidangan."Dasar wanita matre murahan! Rupanya kamu mau dinikahi dulu hanya karena mengincar hartaku saja ya?!" sahut Pak Julianto sakit hati mendengar perkataan
"Aarrgghh ... sakit sekali, Hubby!" pekik tertahan Cantika saat dia didorong di atas brankar menuju ke ruang bersalin. Telapak tangan lebar Arsenio menggenggam erat tangan dingin Cantika yang berkeringat. "Tahan ya, Darling. Kamu pasti bisa melalui proses melahirkan ini dengan lancar!" balasnya dengan tatap mata yakin."Aakkhh ... okay, tetaplah temani aku, Sen!" pinta Cantika yang wajahnya bermandikan peluh. Perawat segera membantu Cantika berganti pakaian pasien untuk melahirkan. Setelah itu barulah Arsenio menemaninya lagi. Sesaat kemudian Dokter Vincent Haris memasuki ruang persalinan. Beliau yang bertugas memandu persalinan normal Cantika. "Pembukaan rahim rupanya berjalan cepat, saya akan bantu memberi aba-aba dorongan untuk mengeluarkan bayi Bu Cantika ya!" ujar Dokter Vincent dengan senyum ramah. Dokter spesialis kandungan itu masih berusia awal tiga puluh tahun dan berparas rupawan mirip aktor FTV. Dia memandu Cantika dengan profesional dan persuasif, "Ayo Bu, dorong pada
"Pak Arsen, Anda sudah ditunggu tim managemen di ruang meeting!" ujar Bobby, General Manager PT. Cantika Gunadharma Jaya saat menjemput big bossnya yang masih melayani zoom meeting klien Jepang di layar laptopnya.Pemuda itu memberi kode agar Bobby menunggu lima menit lagi. Dia hampir menyelesaikan agreement dengan Mister Kenji Tsubota yang ingin mengekspor produk kosmetik buatan Jepang ke Indonesia sebanyak satu kontainer untuk pengiriman perdana dalam minggu ini."Baik, Sir. Kami akan kirimkan docusign perjanjian sewa jasa dari perusahaan kami. Sebelum pukul 16.00 waktu Tokyo akan bisa Anda periksa di inbox surel pribadi Anda. Terima kasih," ujar Arsenio sebelum mengakhiri meeting secara daring dengan kliennya. Jakarta lebih lambat dua jam dibanding Tokyo.Dia lalu bergegas menutup layar laptopnya dan bangkit dari kursi presdir untuk beranjak ke tempat rapat managemen di setiap hari Senin pagi. Memang itu sudah menjadi kebiasaan yang diajarkan oleh Cantika kepadanya. Setiap langkah
"Darling, I'm coming home!" seru Arsenio ketika dia memasuki apartment. Namun, Cantika tak nampak di mana pun. Maka Arsenio pun bergegas menuju ke kamar mereka karena menebak mungkin istrinya sedang tidur sore atau mandi. Ternyata ada suara gemericik berasal dari kamar mandi. Pemuda itu pun melepaskan pakaian kantornya dan menaruhnya di keranjang laundry. Ada banyak hal yang memenuhi kepala Arsenio termasuk kejadian tak biasa di kantornya tadi. Memang Veli bisa dibilang sangat menarik, usianya pun masih 23 tahun, fresh graduate jurusan akuntansi. Dadanya montok dan bokongnya juga membulat kencang nampak dari siluet setelan kantornya yang agak ketat. Hanya saja selama ini memang Arsenio tak pernah jelalatan dengan perempuan lain yang bisa saja lebih menarik dibanding Cantika.Dia pun membuka pintu shower box dan mendekap tubuh telanjang istrinya yang sedang keramas dari belakang. "Mmm ... wangi sekali istriku ini!" gumam Arsenio sambil meraba perlahan buah dada ranum milik Cantika ya
"Ehh ... Bu Tika!" Veli terkesiap hingga melangkah mundur ketika melihat wanita bergaun elegan yang menemani bosnya makan malam.Senyuman dingin yang tak sampai ke matanya ditarik oleh bibir Cantika. Wanita berparas rupawan dengan riasan natural itu menelengkan wajahnya lalu bertanya kalem, "Iya. Kamu pikir Arsen sedang makan malam dengan siapa, Veli?"Gadis itu mendadak salah tingkah menghadapi ketenangan istri pria yang tadi siang digoda olehnya. "Maksud saya, Bu Cantika 'kan sedang sibuk mengurus baby yang masih kecil. Jadi mungkin—""Mungkin apa? Mungkin suamiku jalan sama cewek lain begitu? Sayangnya suami berondongku itu orangnya setia ... pake banget. Sampai-sampai dia digodain buat tidur bareng kamu aja, dia lapor ke istrinya. Iya 'kan, Arsen?" tutur Cantika bersedekap sembari melemparkan senyum mempesonanya ke Arsenio."Kamu ratuku, aku menuruti setiap perkataanmu, Darling!" jawab Arsenio. Pemuda itu membalas senyuman istrinya seraya menghela napas dalam-dalam. Dia takluk sep
Ketika Arsenio keluar dari lift lalu melangkah cepat menuju ke ruangan presdir, asisten sekretarisnya melemparkan senyuman manis kepadanya di meja depan ruangan tersebut."Pagi, Vel!" sapa Arsenio sekilas saja sebelum masuk ke kantornya."Tunggu saya, Pak. Ada yang ingin saya bicarakan empat mata!" sergah Veli ketika bosnya membuka pintu.Arsenio tertegun sejenak lalu berkata, "Okay, masuk ke ruangan saya, Vel!"Maka dengan percaya diri Veli mengikuti bosnya masuk lalu dia mengunci pintu sebagai langkah keamanan agar tidak ada yang mengganggu pembicaraan mereka. Apa lagi dia trauma dengan kehadiran Cantika kemarin malam di restoran saat dia menyapa Arsenio.Pemuda itu membalik badan karena mendengar suara anak kunci diputar. "Lho ... kok dikunci sih, Vel?" tanya Arsenio curiga ada apa sebenarnya yang membuat pembicaraan mereka nampak rahasia."Biar nggak ada yang nyelonong masuk, Pak. Yuk mulai aja ngobrolnya, 'kan Bapak sibuk!" sahut Veli dengan cerdik lalu menggandeng lengan Arsenio
Dua puluh tahun kemudian. "Jessica, tolong taruh buket bunga dalam vas ini di meja depan panggung ya!" pinta Baby Alexandra kepada keponakannya yang telah berusia 19 tahun.Puteri bungsu Cantika dan Arsenio itu baru saja lulus SMA dua hari yang lalu. Sedangkan, hari ini adalah hari jadi pernikahan mama papanya yang ke-25. Dia bersama keluarga Gunadharma dan Gozhali menjadi panitia acara meriah yang diadakan di resort Pulau Mutiara Permai."Sudah, Tante Baby. Apa ada lagi yang belum kelar persiapan pestanya?" tanya Jessica sambil celingukan mencari saudara-saudaranya. Putera Baby; Justin dan Aaron juga ikut ke pulau pribadi itu. Mereka justru asik bermain selancar dengan ombak sedang cenderung tinggi bersama ketiga putera bibi mereka; Kenneth, Daniel, dan Zeus."OMG, cowok-cowok ini ya! Memang minta dijewer, para tamu sudah pada berdatangan kok masih ngelaut aja mereka!" omel Jessica dengan gemas menatap ke arah lautan. Tenda besar dengan tirai kain putih dan pink yang dibuat di tep
Setelah Zeus genap berusia dua setengah tahun, Arsenio memeriksakan kehamilan mommy tiga putera itu yang telah menginjak usia kehamilan 18 minggu. Pasangan suami istri itu begitu bersemangat untuk mengetahui jenis kelamin janin di rahim Cantika."Kuharap kali ini perempuan, kita sudah punya tiga anak laki-laki, Darling. Kau memiliki empat jagoan untuk mengawalmu; aku, Ken, Danny, dan Zeus!" ujar Arsenio yang mengemudikan sendiri mobil Lexus LS500 menuju ke rumah sakit.Cantika yang duduk di sebelah bangku pengemudi menghela napas pasrah. Dia pun bertanya, "Bagaimana kalau ternyata jagoan keempat? Bukankah bagus seperti film drakor Boys Before Flower, empat serangkai cowok-cowok kece, Daddy Arsen?""Ohh ... tidak! Aku pengin anak cewek untuk kumanjakan di rumah, Cantika!" protes Arsenio menolak keras. Dia memarkir mobil di lantai basement Rumah Sakit Siloam.Internasional lalu membantu Cantika turun dari mobil lalu naik lift ke poli obsgyn.Ternyata antrean mereka masih kurang dua pasie
Tepat seperti janji Leon kepada Arsenio, istana untuk keluarga kecil dan ratu hatinya itu selesai dalam tempo tiga bulan semenjak mereka pulang berbulan madu ke Eropa. Sebuah pesta meriah digelar untuk acara syukuran ditempatinya rumah baru tersebut.Sekitar pukul 18.00 WIB, para tamu kolega Cantika dan Arsenio mulai berdatangan hingga halaman di depan serta samping kanan kiri kediaman Cantika Gunadharma itu dipenuhi kendaraan mewah berbagai merk.Cantika malam itu mengenakan gaun berkerah Sabrina berbahan satin warna merah mawar yang berekor panjang. Di sampingnya, Arsenio berdiri dalam balutan tuxedo warna hitam yang membuatnya nampak gagah serta tampan. Mereka berdua menyambut tamu dengan wajah berhiaskan senyum bangga."Selamat untuk rumah baru kalian yang sangat megah, Cantika, Arsen! Om turut berbahagia dengan kesuksesan bisnis kalian yang nampaknya berkembang pesat!" ujar Pak Revano Gozhali yang hadir dalam pesta meriah itu bersama keluarganya termasuk Baby Alexandra, adik tiri
Negara spagetti menjadi tujuan terakhir perjalanan bulan madu Arsenio dan Cantika. Keindahan negara Italia yang terletak di jantung Laut Mediterania itu memang memukau dengan banyak bangunan peninggalan sejarah seperti colloseum dan kuil Pantheon. Selain itu Italia juga terkenal dengan sepak bola sama seperti kebanyakan negara besar di Benua Eropa. "Pantai Amalfi yang disarankan oleh nenek untuk dikunjungi berada di Positano. Aku sudah memesan kamar di Hotel Marina Riviera, lokasinya strategis tak jauh dari pantai, sekitar 200 meter saja dan ada outdoor swimming pool. Sangat nyaman dan indah, kamu pasti suka sekali, Darling!" ujar Arsenio saat mereka naik taksi dari Stasiun Milan Central untuk tinggal sehari di kota Milan sebelum berpindah ke kota Positano."Aku ikut saja apa yang kamu pikir itu bagus, Arsen. Kamu sangat bisa diandalkan, Hubby!" jawab Cantika lalu mengecup bibir Arsenio di bangku belakang taksi sekalipun Suster Nina duduk di sebelahnya bersama Daniel.Rombongan itu s
Dari Amsterdam, rombongan asal Indonesia itu bertolak ke Spanyol dengan kereta Eurostar yang melintasi antar negara di benua Eropa. Negeri Matador itu memang sangat menarik sebagai salah satu tujuan wisata. Kereta api itu berhenti di Estacion de Atocha, Madrid. Arsenio seperti biasa mengajak rombongannya untuk menaruh barang di hotel serta beristirahat sejenak sebelum berkeliling kota. Rencananya dia akan singgah tiga hari di Spanyol untuk berkeliling kota Madrid dan Barcelona sebelum pindah ke negara tetangga yaitu Italia yang tak boleh terlewatkan untuk dikunjungi selama melancong ke Benua Eropa."Tidurlah sebentar bersamaku, Darling. Hari masih cukup pagi, satu atau dua jam lagi barulah kita berangkat ke museum," bujuk Arsenio sambil merengkuh tubuh Cantika hingga tenggelam di pelukannya di bawah selimut.AC kamar memang membuat Cantika mengantuk, dia menguap lalu bertanya," Kita mau ke mana saja hari ini, Sen?""Sebenarnya ada banyak museum di Madrid, tapi aku memilih satu saja y
Setelah singgah di London selama empat hari, Arsenio dan keluarga kecilnya berpamitan dengan Nyonya Bernadete Sloan. Mereka ingin meneruskan tour ke Amsterdam terlebih dahulu dengan kereta cepat Eurostar. Kereta api itu berhenti di Stasiun Amsterdam Centraal yang bangunannya indah karena merupakan peninggalan bersejarah abad ke-18 akhir dengan gaya bangunan Gothic, Renaissans revival. Arsenio membawa koper mereka semua dengan sebuah troli karena ketiga perempuan yang bersamanya masing-masing menggendong anak-anaknya. Dia nampak seperti seorang pria yang memiliki tiga istri di mata orang-orang awam yang berpapasan dengan rombongan itu. Sebuah taksi dari Stasiun Amsterdam Centraal mengantarkan mereka ke Hotel Royal Amsterdam yang terletak di pusat keramaian kota. Arsenio telah membuat rencana untuk menikmati obyek wisata menarik di sana."Aku ingin melihat taman bunga Tulip, Sen. Belanda terkenal karena bunga Tulip, kincir angin, dan bendungannya bukan?" ujar Cantika sambil mengamati
"Hai, Arsen, Cantika! Senang bertemu lagi dengan kalian di London. Masuklah!" sambut Duchess of Beaufort di teras depan kediamannya petang itu. Dia begitu antusias karena ketiga cicitnya ikut mengunjunginya juga. Ketiga putera Arsenio yang dilahirkan oleh Cantika berparas rupawan. Garis wajah mereka menuruni genetik keluarga Sloan, kakek Arsenio yang bergaris rahang tegas, hidung mancung, dan tulang pipi tinggi. "Halo, Nek. Senang melihat Nenek sehat seperti ini. Kami sebelumnya mengunjungi Paris. Setelah ini sepertinya kami akan ke Madrid lalu Amsterdam. Sebulan saja mengunjungi Eropa tak akan cukup!" balas Arsenio sembari duduk di sofa bersebelahan dengan istrinya."Ya, tentu saja. Terlalu banyak yang menarik untuk dikunjungi. Kau harus mengajak Cantika mengunjungi Italia, sangat indah terutama di Pantai Amalfi," sahut Nyonya Bernadete.Arsenio juga belum pernah berkunjung ke sana, dia mengiyakan saran neneknya dan menambahkannya di daftar tempat untuk dikunjungi selama berkunjung
Setelah menjalani berbagai meeting management yang hectic di Cantika Gunadharma Jaya Center demi mengatur langkah operasional yang lebih mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Cantika bersama Arsenio berpamitan dengan top management perusahaannya seraya berpesan menjaga kinerga agar tetap stabil selama ditinggal ke Eropa sekitar sebulan.Pelaporan keuangan mingguan dan meeting akan dilakukan secara online setiap hari Senin pagi di mana pun Cantika dan Arsenio singgah di Benua Biru itu. Hari berikutnya, dengan diantarkan oleh Pak Joko ke Bandara Soekarno-Hatta, keluarga kecil dengan tiga anak dan kedua baby sitter itu melakukan check in ulang tiket pesawat Singapore Airlines tujuan Paris. Kabin business class pesawat Singapore Airlines terkenal sangat nyaman bagi para penumpang yang bersedia merogoh kocek lumayan dalam. Namun, Arsenio tidak masalah membayar mahal yang terpenting berkualitas. Suster Nina menjaga Kenneth, Suster Henny menjaga Daniel, dan Zeus bersama daddy mommy-nya.
"Aahhh ... mmhh ... Seenn. Bawa aku ke kamar istirahat!" desahan penuh hasrat meluncur dari bibir Cantika yang bengkak dan kebas karena baru saja dilumat ganas oleh suaminya.Dia masih duduk di pangkuan Arsenio di ruangan presdir sambil didekap erat oleh kedua lengan kekar pemuda itu. Leher mulus Cantika menjadi sasaran empuk suaminya yang mulai bergairah."Sebaiknya begitu, celanaku terasa begitu sempit karena ulahmu, Darling!" balas Arsenio lalu meraup tubuh ramping nan sexy itu ke gendongannya. Tatap matanya tak lepas dari wajah istrinya."Kenapa aku gemetaran melihat tatapan matamu yang seperti ingin melahapku bulat-bulat begitu, Sen!" tukas Cantika terkikik. Dia tak berani membayangkan seperti apa suaminya yang selama 42 hari tak mendapat jatah sebagaimana mestinya.Kemudian Arsenio mendorong pintu kamar istirahat presdir lalu merebahkan Cantika di tengah ranjang. Dia meninggalkannya untuk menutup pintu kamar terlebih dahulu serta menguncinya. "Lebih baik kukunci agar mangsaku ti