"Pak Arsen, Anda sudah ditunggu tim managemen di ruang meeting!" ujar Bobby, General Manager PT. Cantika Gunadharma Jaya saat menjemput big bossnya yang masih melayani zoom meeting klien Jepang di layar laptopnya.Pemuda itu memberi kode agar Bobby menunggu lima menit lagi. Dia hampir menyelesaikan agreement dengan Mister Kenji Tsubota yang ingin mengekspor produk kosmetik buatan Jepang ke Indonesia sebanyak satu kontainer untuk pengiriman perdana dalam minggu ini."Baik, Sir. Kami akan kirimkan docusign perjanjian sewa jasa dari perusahaan kami. Sebelum pukul 16.00 waktu Tokyo akan bisa Anda periksa di inbox surel pribadi Anda. Terima kasih," ujar Arsenio sebelum mengakhiri meeting secara daring dengan kliennya. Jakarta lebih lambat dua jam dibanding Tokyo.Dia lalu bergegas menutup layar laptopnya dan bangkit dari kursi presdir untuk beranjak ke tempat rapat managemen di setiap hari Senin pagi. Memang itu sudah menjadi kebiasaan yang diajarkan oleh Cantika kepadanya. Setiap langkah
"Darling, I'm coming home!" seru Arsenio ketika dia memasuki apartment. Namun, Cantika tak nampak di mana pun. Maka Arsenio pun bergegas menuju ke kamar mereka karena menebak mungkin istrinya sedang tidur sore atau mandi. Ternyata ada suara gemericik berasal dari kamar mandi. Pemuda itu pun melepaskan pakaian kantornya dan menaruhnya di keranjang laundry. Ada banyak hal yang memenuhi kepala Arsenio termasuk kejadian tak biasa di kantornya tadi. Memang Veli bisa dibilang sangat menarik, usianya pun masih 23 tahun, fresh graduate jurusan akuntansi. Dadanya montok dan bokongnya juga membulat kencang nampak dari siluet setelan kantornya yang agak ketat. Hanya saja selama ini memang Arsenio tak pernah jelalatan dengan perempuan lain yang bisa saja lebih menarik dibanding Cantika.Dia pun membuka pintu shower box dan mendekap tubuh telanjang istrinya yang sedang keramas dari belakang. "Mmm ... wangi sekali istriku ini!" gumam Arsenio sambil meraba perlahan buah dada ranum milik Cantika ya
"Ehh ... Bu Tika!" Veli terkesiap hingga melangkah mundur ketika melihat wanita bergaun elegan yang menemani bosnya makan malam.Senyuman dingin yang tak sampai ke matanya ditarik oleh bibir Cantika. Wanita berparas rupawan dengan riasan natural itu menelengkan wajahnya lalu bertanya kalem, "Iya. Kamu pikir Arsen sedang makan malam dengan siapa, Veli?"Gadis itu mendadak salah tingkah menghadapi ketenangan istri pria yang tadi siang digoda olehnya. "Maksud saya, Bu Cantika 'kan sedang sibuk mengurus baby yang masih kecil. Jadi mungkin—""Mungkin apa? Mungkin suamiku jalan sama cewek lain begitu? Sayangnya suami berondongku itu orangnya setia ... pake banget. Sampai-sampai dia digodain buat tidur bareng kamu aja, dia lapor ke istrinya. Iya 'kan, Arsen?" tutur Cantika bersedekap sembari melemparkan senyum mempesonanya ke Arsenio."Kamu ratuku, aku menuruti setiap perkataanmu, Darling!" jawab Arsenio. Pemuda itu membalas senyuman istrinya seraya menghela napas dalam-dalam. Dia takluk sep
Ketika Arsenio keluar dari lift lalu melangkah cepat menuju ke ruangan presdir, asisten sekretarisnya melemparkan senyuman manis kepadanya di meja depan ruangan tersebut."Pagi, Vel!" sapa Arsenio sekilas saja sebelum masuk ke kantornya."Tunggu saya, Pak. Ada yang ingin saya bicarakan empat mata!" sergah Veli ketika bosnya membuka pintu.Arsenio tertegun sejenak lalu berkata, "Okay, masuk ke ruangan saya, Vel!"Maka dengan percaya diri Veli mengikuti bosnya masuk lalu dia mengunci pintu sebagai langkah keamanan agar tidak ada yang mengganggu pembicaraan mereka. Apa lagi dia trauma dengan kehadiran Cantika kemarin malam di restoran saat dia menyapa Arsenio.Pemuda itu membalik badan karena mendengar suara anak kunci diputar. "Lho ... kok dikunci sih, Vel?" tanya Arsenio curiga ada apa sebenarnya yang membuat pembicaraan mereka nampak rahasia."Biar nggak ada yang nyelonong masuk, Pak. Yuk mulai aja ngobrolnya, 'kan Bapak sibuk!" sahut Veli dengan cerdik lalu menggandeng lengan Arsenio
"Aahhh ... mmhh ... Seenn. Bawa aku ke kamar istirahat!" desahan penuh hasrat meluncur dari bibir Cantika yang bengkak dan kebas karena baru saja dilumat ganas oleh suaminya.Dia masih duduk di pangkuan Arsenio di ruangan presdir sambil didekap erat oleh kedua lengan kekar pemuda itu. Leher mulus Cantika menjadi sasaran empuk suaminya yang mulai bergairah."Sebaiknya begitu, celanaku terasa begitu sempit karena ulahmu, Darling!" balas Arsenio lalu meraup tubuh ramping nan sexy itu ke gendongannya. Tatap matanya tak lepas dari wajah istrinya."Kenapa aku gemetaran melihat tatapan matamu yang seperti ingin melahapku bulat-bulat begitu, Sen!" tukas Cantika terkikik. Dia tak berani membayangkan seperti apa suaminya yang selama 42 hari tak mendapat jatah sebagaimana mestinya.Kemudian Arsenio mendorong pintu kamar istirahat presdir lalu merebahkan Cantika di tengah ranjang. Dia meninggalkannya untuk menutup pintu kamar terlebih dahulu serta menguncinya. "Lebih baik kukunci agar mangsaku ti
Setelah menjalani berbagai meeting management yang hectic di Cantika Gunadharma Jaya Center demi mengatur langkah operasional yang lebih mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Cantika bersama Arsenio berpamitan dengan top management perusahaannya seraya berpesan menjaga kinerga agar tetap stabil selama ditinggal ke Eropa sekitar sebulan.Pelaporan keuangan mingguan dan meeting akan dilakukan secara online setiap hari Senin pagi di mana pun Cantika dan Arsenio singgah di Benua Biru itu. Hari berikutnya, dengan diantarkan oleh Pak Joko ke Bandara Soekarno-Hatta, keluarga kecil dengan tiga anak dan kedua baby sitter itu melakukan check in ulang tiket pesawat Singapore Airlines tujuan Paris. Kabin business class pesawat Singapore Airlines terkenal sangat nyaman bagi para penumpang yang bersedia merogoh kocek lumayan dalam. Namun, Arsenio tidak masalah membayar mahal yang terpenting berkualitas. Suster Nina menjaga Kenneth, Suster Henny menjaga Daniel, dan Zeus bersama daddy mommy-nya.
"Hai, Arsen, Cantika! Senang bertemu lagi dengan kalian di London. Masuklah!" sambut Duchess of Beaufort di teras depan kediamannya petang itu. Dia begitu antusias karena ketiga cicitnya ikut mengunjunginya juga. Ketiga putera Arsenio yang dilahirkan oleh Cantika berparas rupawan. Garis wajah mereka menuruni genetik keluarga Sloan, kakek Arsenio yang bergaris rahang tegas, hidung mancung, dan tulang pipi tinggi. "Halo, Nek. Senang melihat Nenek sehat seperti ini. Kami sebelumnya mengunjungi Paris. Setelah ini sepertinya kami akan ke Madrid lalu Amsterdam. Sebulan saja mengunjungi Eropa tak akan cukup!" balas Arsenio sembari duduk di sofa bersebelahan dengan istrinya."Ya, tentu saja. Terlalu banyak yang menarik untuk dikunjungi. Kau harus mengajak Cantika mengunjungi Italia, sangat indah terutama di Pantai Amalfi," sahut Nyonya Bernadete.Arsenio juga belum pernah berkunjung ke sana, dia mengiyakan saran neneknya dan menambahkannya di daftar tempat untuk dikunjungi selama berkunjung
Setelah singgah di London selama empat hari, Arsenio dan keluarga kecilnya berpamitan dengan Nyonya Bernadete Sloan. Mereka ingin meneruskan tour ke Amsterdam terlebih dahulu dengan kereta cepat Eurostar. Kereta api itu berhenti di Stasiun Amsterdam Centraal yang bangunannya indah karena merupakan peninggalan bersejarah abad ke-18 akhir dengan gaya bangunan Gothic, Renaissans revival. Arsenio membawa koper mereka semua dengan sebuah troli karena ketiga perempuan yang bersamanya masing-masing menggendong anak-anaknya. Dia nampak seperti seorang pria yang memiliki tiga istri di mata orang-orang awam yang berpapasan dengan rombongan itu. Sebuah taksi dari Stasiun Amsterdam Centraal mengantarkan mereka ke Hotel Royal Amsterdam yang terletak di pusat keramaian kota. Arsenio telah membuat rencana untuk menikmati obyek wisata menarik di sana."Aku ingin melihat taman bunga Tulip, Sen. Belanda terkenal karena bunga Tulip, kincir angin, dan bendungannya bukan?" ujar Cantika sambil mengamati