"Cantika, yuk bangun sebentar. Dinner is ready!" ucap Arsenio sembari mengecupi wajah istrinya yang terlelap."Mhh ... oke, aku bangun, Sen!" gumam Cantika yang masih mengantuk. Dia juga merasa perutnya lapar. Memang sejak tadi siang, dia belum makan apa pun lagi hingga petang.Dia pun bangun dari ranjang dan digandeng oleh Arsenio ke ruang makan. Mereka hanya makan malam berdua karena Suster Nina sudah makan terlebih dahulu sendirian dan sedang menjaga si kembar yang tertidur pulas di ruang anak."Wow, sepertinya bebek goreng kremesnya enak! Apa ini nasi uduk atau nasi putih biasa, Hubby?" ujar Cantika sambil mengambil nasi di bakul anyaman bambu ke piringnya.Arsenio menjawab sambil mengambil sepotong paha bebek yang digoreng kering dari piring saji, "Nasi uduk, kesukaan kamu 'kan? Biar semangat makannya, Cantik. Aku penginnya kamu tuh makan banyak biar sehat!""Pinter milih menunya deh. Sayur Trancamnya juga sedap nih, cocok buat teman makan lauk bebeknya," puji Cantika lalu menikm
Sesampainya di apartment, Arsenio sengaja mandi terlebih dahulu karena merasa badannya kotor usai berkelahi tadi dengan preman-preman pelabuhan yang jorok dan nampak jarang membersihkan diri. Dia tak ingin menularkan kuman ke tubuh istri kesayangannya.Bekas luka dan lebam di kulitnya yang menjadi merah, biru keunguan nampak jelas di wajah,dada, dan perutnya. Lengannya pun yang digunakan untuk menangkis serangan tadi masih terasa pegal dan membiru. Arsenio mengguyur dirinya di bawah shower dengan air dingin, dia ingin menyegarkan tubuhnya.Setelah yakin dirinya bersih, maka Arsenio mengeringkan badannya lalu mengenakan celana boxer. Dia menghampiri tempat tidur untuk bergabung dengan Cantika beristirahat di sisa waktu menjelang pagi.Tubuh lembut beraroma wangi bunga segar itu menghibur perasaan muram Arsenio hingga bisa tersenyum kembali. Dia tak dapat menahan diri untuk mencium bibir Cantika yang masih terlelap. Pagutan pemuda itu membuat hasratnya sendiri bangkit. Namun, dia menaha
"Wow, lahannya luas dan strategis lho, Sen! Mungkin dulu mendiang mama kamu belinya masih tahun lama banget jadi dapat murah. Coba kalau sekarang, rasanya nggak bakalan terbeli ya!" ujar Cantika menilai sebidang tanah di tengah kota Jakarta. Arsenio pun menyahut, "Sepertinya mamaku memiliki pemikiran yang sangat maju. Dia tahu kalau tanah itu nilainya akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Bagiku pribadi, beliau menitipkan keberuntungan dan harapan besar dengan memberi warisan yang luar biasa nilainya.""Jangan kecewakan beliau kalau begitu, Hubby. Kita harus mencari pembangun yang cocok untuk rancangan bangunan mall dan gedung bertingkat yang bagus. Mungkin Indrajaya Realty bisa coba untuk kita datangi, bagaimana?" usul Cantika karena memang setahunya perusahaan kontraktor swasta tersebut memiliki bukti nyata hasil bangunan mereka yang bagus dan kokoh.Akhirnya Arsenio menyetujui usulan istrinya lalu mereka sebelum kembali ke kantor mampir dulu ke kantor Indrajaya Realty. Untungn
"Selamat pagi. Happy birthday, Papa Arsen!" sorak Cantika sambil mengecupi wajah suaminya pagi itu di ranjang.Pemuda yang berulang tahun ke-27 itu membuka matanya dan tersenyum lebar. Sebuah hari istimewa baginya di tahun ini, dia selain memiliki istri yang luar biasa juga memiliki sepasang putera kembar berusia tujuh bulan.Lengan kekar Arsenio meliliti tubuh molek nan ramping yang selalu mengobarkan gairahnya itu. Bahkan, di ujung pagi saat matahari masih bersinar malu-malu di angkasa, ciuman Arsenio telah menggebu-gebu melumat ganas bibir Cantika."Ohh, aku ingin kado ulang tahun yang spesial dong kalau begitu, Cantik!" lirik Arsen bandel ke wajah istrinya."Ada kok kadonya, aku sudah siapin di kantor sekalian nanti bareng seluruh karyawan pesta kecil-kecilan di lantai 9," jawab Cantika sambil bergerak-gerak gelisah di bawah tindihan badan kekar suaminya. Kedua tangannya ditahan oleh Arsenio di kanan kiri kepala."Good, kamu istri yang baik seperti biasanya, Darling. Cuma bukan it
"Tiiinn ... tiiinn ... tinnn!" Suara klakson bersahut-sahutan pada jam macet lalu lintas Jakarta Pusat siang itu.Tanpa sengaja Pak Julianto Wiryawan yang akan memenuhi janji temu dengan kliennya di sebuah mall melihat spanduk besar yang digantung di lembaran seng penutup proyek pembangunan di tepi jalan bertuliskan PT. Cantika Gunadharma Jaya, Tbk."Ahh, sok-sokan banget sih! Kemarin aja gudang kebakaran, klien kocar-kacir. Masa sekarang mereka mau bikin mall. Cihh!" gerutu Pak Julianto sendirian di bangku belakang mobil sedannya.Sopirnya, Pak Endro pun menyahut, "Itu proyek Bu Cantika tho, Pak? Keren sekali pastinya ya kalau sudah jadi nanti mall beliau. Ini daerah pusat keramaian kota soalnya dijamin membludak pengunjungnya!""Ssshh ... DIAM KAMU, ENDRO! Dia bukan anakku, lebih baik perempuan tak tahu diuntung itu mati saja!" sembur Pak Julianto kesal sendiri karena merasa iri dengan pujian sopir pribadinya ke Cantika.Sontak Pak Endro menutup mulutnya rapat-rapat, dia tak menyang
Selepas tengah malam komplotan preman yang dipimpin Garwin menyelinap masuk ke lokasi pembangunan proyek komplek bisnis terpadu PT. Cantika Gunadharma Jaya. "Bang, cocok nih. Pos sekuritinya pas lagi kosong!" ujar Ucok sambil mengendap-endap melewati pos jaga petugas keamanan proyek."Kalian rusak apa aja yang penting bakal bikin kacau pembangunan ini, paham?!" titah Garwin yang ditanggapi positif oleh rekan-rekannya.Sepuluh preman itu berpencar ke berbagai penjuru komplek luas yang telah mulai berdiri beberapa bangunan dalam proses naik bata ringan dan juga beberapa mulai berbentuk bangunan utuh yang belum mengalami finishing."PYAAARR!" Suara kaca dipecah terdengar berisik. Beberapa menyemprot pilox ke dinding bangunan, ada juga yang memukul tembok dengan palu godam hingga retak dan juga hancur."Ayo cabut buruan!" komando Garwin sebelum ada orang yang memergoki aksi vandalisme mereka di situ.Dengan berlari-lari mereka meninggalkan lokasi proyek pembangunan Indrajaya Realty Tbk.
"Halo, Pak Arsen. Apa nanti bisa ketemuan di lokasi proyek pembangunan mall perusahaan Bapak?" ujar Leon di telepon saat dia sarapan pagi bersama Evita dan Diego."Halo, Pak Leon. Bisa, apa pukul 10.00 boleh? Saya masih ada keperluan sedikit di kantor," jawab Arsenio yang juga sedang sarapan pagi di restoran apartment dengan keluarga kecilnya.Leon pun mengiyakan sebelum mematikan sambungan telepon. Kemudian Evita pun bertanya, "Apa klienmu itu orangnya baik, Leon? Kuharap beliau bisa mengerti bahwa kejadian pengrusakan semalam di luar kendalimu juga.""Tenanglah, Eve. Pak Arsen itu usianya masih muda, belum ada tiga puluh. Dia baik kok, pasti akan fokus ke solusi bukannya menyalahkan perusahaanku. Nanti biar kujelaskan langsung ke Pak Arsen!" terang Leon lalu melanjutkan sarapannya.Kabar bahwa lokasi pembangunan proyek Cantika dan Arsenio telah diketahui dengan cepat oleh mereka berdua juga dari bawahan yang ikut menjadi supervisor proyek tersebut. Dia melapor via pesan WA ke Arseni
"ANGKAT TANGAN! TEMPAT INI SUDAH DIKEPUNG POLISI, JANGAN COBA-COBA KABUR!" teriak Kompol Dhani Kurniawan sambil mengokang pistolnya saat menyergap komplotan Garwin cs di markas mereka.Namun, Garwin nekad melawan dengan senjata api ilegal juga. Dia mengomando teman-temannya agar menembaki petugas polisi yang mengepung mereka di ruang tengah rumah kontrakan dalam Kampung Condet."Tembakin polisi sialan itu!" seru Garwin sambil menarik pelatuk pistolnya hingga melukai seorang petugas polisi."DOR DOR DOR!" Kompol Dhani berlindung di balik sofa dan membidik kaki dan perut Garwin agar preman bertubuh kekar dengan muka sangar seperti leak Bali itu terlumpuhkan perlawanannya. Ipda Purnomo Edi juga berhasil menembak lengan dan kaki beberapa preman di ruang tengah itu."Kalian kami tangkap dengan tuduhan merusak properti milik orang lain dan melawan petugas kepolisian saat ditangkap!" ujar Iptu Ronal Prawira saat menghampiri Garwin yang kesakitan terkena timah panas.Preman seram itu mengadu