Selama perjalanan pulang ke hotel tempat Cantika dan Arsenio menginap, istrinya terlelap di pelukannya seperti orang pingsan saja. Arsenio maklum dengan hal itu karena memang perjalanan mendaki lereng Gunung Rinjani tadi cukup jauh. Nampaknya Cantika tidak terbiasa beraktivitas di luar ruangan seperti dirinya yang memang gemar hiking.Sesampainya mereka di depan pintu masuk lobi hotel, salah satu panitia tur bertanya kepada Arsenio, "Mas, sudah sampai lho. Istrinya nggak dibangunin?""Jangan, Pak. Bisa minta tolong aja buat dibukain pintu mobil biar saya gendong naik ke kamar!" jawab Arsenio.Akhirnya, pria dari panitia tur itu membukakan pintu mobil untuk Arsenio. Nampaknya Cantika sama sekali tak menyadari bahwa dirinya digendong oleh suaminya dan masih saja tertidur pulas. Sementara Arsenio meminta tolong bellboy untuk membantu membukakan pintu kamar sambil membawakan tas ranselnya.Setelah membaringkan Cantika di atas tempat tidur, Arsenio membantu melepaskan sepatu kets dan kaos
"Oke, semua alat selam udah terpasang ya, Cantika, Arsen?!" seru trainer diving yang menemani pengantin baru itu menyusuri dunia bawah laut di perairan Pulau Lombok."Siap, Bang Jodi. Apa kita masuk sekarang?" sahut Arsenio di balik masker oksigennya. Dia duduk di tepi motor boat bersebelahan dengan istrinya yang juga berpenampilan sama.Jodi, trainer sekaligus guide perjalanan bawah laut mereka pun berkata, "Oke, pada hitungan ketiga jatuhkan badan ke belakang untuk menyelam ya. Satu ... dua ... tiga ...go!" Mereka bertiga naik motor boat dengan seorang pengemudi yang berjaga di atas perahu sementara mereka terjun ke dalam air laut yang jernih biru muda. Posisi perahu itu menjorok agak ke tengah dari garis pesisir pantai. Di dalam air Arsenio tetap memerhatikan di mana Cantika berada. Memang pemandangan terumbu karang dengan ikan-ikan laut beraneka warna dan rupa itu sungguh memanjakan mata. Namun, dia tak ingin istrinya berada dalam bahaya saat menyelam bersamanya.Cantika memberi
"Mas Hans, kita sudah seminggu merid. Apa kamu nggak pengin belah duren gitu?" rengek Baby Alexandra saat melihat suaminya baru saja keluar dari kamar mandi dengan mengenakan piyama sutera warna merah maroon.Pria berkulit pucat dengan rambut cepak berbelah pinggir yang wajahnya mengesankan sebagai pria alim itu agak terkejut seolah tak siap dengan rengekan istrinya. Dia pun melangkah ke tempat tidur di mana Baby sedang duduk bersandar di kepala ranjang."Memang kamu mau diapain, Beib?" Hans duduk di tepi ranjang dengan perlahan sembari memandangi wajah istri moleknya yang belia dan jauh di bawah usianya tersebut."Yaelah, masa nggak paham sih, Mas?! ML ... kawin ... kita ini 'kan suami istri!" seru Baby tak sanggup menahan batas kesabarannya yang mulai ambyar. Seharusnya dia sedang dalam masa subur yang haus belaian kasih sayang, tetapi suaminya seperti tak ada minat sama sekali untuk menjamahnya secara intim.Hans pun ber-oh panjang sambil tersenyum menyembunyikan kegugupannya. Satu
"Denger ya, nanti di ruang praktik dokter kamu nggak usah ngomong apa pun!" Suara tegas Hans berbisik di tepi telinga Baby Alexandra saat mereka duduk berdua di bangku belakang mobil sedan Maybach hitam berharga selangit itu.Sopir pribadi Hans hanya melirik melalui kaca spion tengah, dia tak begitu paham kenapa tuan mudanya bersikap penuh rahasia saat dia antarkan menuju ke rumah sakit langganan keluarga Gozhali. Siapa pula yang sakit?"Iya, aku paham. Nggak usah berisik!" sahut Baby dengan wajah mencebik menatap Hans.Akhirnya setelah berjibaku dengan kemacetan lalu lintas ibu kota siang itu, Hans turun dari mobil dengan menggandeng istri belianya yang cantik bak boneka Barbie. Sebetulnya kalau dia tak punya trauma masa lalu, mungkin Hans akan dengan senang hati mengawini istrinya yang tak bercacat celah secara fisik tersebut. Namun, fakta berkata lain.Reservasi spesial untuk konsultasi yang cukup sensitif bersama dokter spesialis kandungan itu membuat Hans dan Baby segera dipanggi
Bulan madu selama empat malam lima hari di Pulau Lombok menambah erat hubungan Cantika dan Arsenio. Tak ada satu orang pun yang mempertanyakan status hubungan mereka ketika bertemu pertama kali di saat tour maupun di hotel dan tempat umum. Semuanya dikarenakan body language keduanya yang sangat mesra. Di dalam pesawat pulang menuju ke Jakarta Cantika menceletuk, "Sen, menurutmu penampilanku kelihatan tua nggak sih?"Arsenio yang sedang membaca-baca majalah pesawat pun sontak mengalihkan pandangan matanya ke istrinya. "Kenapa kok tiba-tiba nanya begitu? Apa ada yang ngebully kamu pas di Lombok kemarin?" tanya Arsen menyelidik, tentunya dengan hati kesal karena dia tak suka istrinya dihina oleh sebab usia yang memang tak muda lagi."Nggak dibully kok, kamu tenang aja. Cuma orang iseng nanya aja pas spa di hotel kemarin tuh!" jawab Cantika karena memang ada sesama tamu hotel yang bertanya ketika Arsenio mengantarkannya ke tempat spa."Hmm ... nanya apa dia?" tukas Arsenio mulai panas.C
Pagi sebelum keberangkatannya ke London bersama papanya, Arsenio merasa berat sekali meninggalkan istrinya. Cantika turut merasakan hal itu, dia tidak mengeluh saat pemuda 25 tahun tersebut terus-menerus menempel kepada dirinya sejak tadi malam."Sen, udah jam 5 lho. Kamu jemput Papa Sandiaga jam berapa?" tegur Cantika sementara Arsenio masih saja sibuk mencumbunya di atas ranjang.Suaminya seperti terkena pelet pengasihan sakti mandraguna, Cantika sampai sulit menolak hasrat Arsenio yang seakan tanpa batas untuk menyentuhnya. Kulit putihnya pun kini seperti macan tutul akibat banyaknya tanda kepemilikan yang dibuat oleh suaminya di sekujur tubuhnya."Hmm ... sebentar lagi kelar kok, Cintaku. Kasi bonus perpanjangan waktu ya, kayak tanding bola gitu?" Arsenio terkekeh memandangi wajah istrinya yang terbersimbah peluh di bawah bodi kekarnya."Ohh Gosh, ini sih bukan perpanjangan waktu tapi pertandingan ulang saking lamanya, Sen!" Cantika menghela napas pasrah. "Habisnya ntar aku nggak
Sepasang mata beriris biru terang bertemu pandang dengan mata beriris hitam bak arang dan mendadak keduanya memalingkan tatapan mereka yang terlalu intense."Are you okay, Miss?" Pria bule itu bertanya sekali lagi kepada Cantika, berharap bahwa wanita tang dia tubruk dan juga ditolongnya baru saja bisa berbahasa Inggris."I'm fine, Sir. Excuse me, I have to go!" jawab Cantika yang membuat pria bule itu menghela napas lega sekalipun menyisakan raut kekecewaan.Ketika Cantika berjalan dalam langkah cepat menjauhinya, pria bule tadi berseru, "Sorry!" Dia tersenyum seraya menggaruk-garuk kepalanya yang berambut tebal berwarna cokelat gelap.Eric Palmer menatap bagian belakang tubuh wanita yang ditabraknya itu dan terkesan. "So sexy!" gumamnya pelan.Asistennya mendekat seraya mengikuti arah pandangan big bossnya. "Apa Anda mengenal wanita itu, Master Eric? Sepertinya warga negara Indonesia—""Tidak. Aku bersalah karena tak memperhatikan jalan dan menabraknya hingga nyaris terjatuh tadi, E
"Papa jangan salah paham tentang Arsen, dia bukan model cowok mokondo ya. Suamiku itu pria yang bertanggung jawab dan selalu menjagaku saat kami bersama. Sering banget justru Arsen yang bayarin setiap kami jalan bareng," bela Cantika di depan semua orang yang ada di ruangan presdir.Merry yang tadinya ingin mencari bahan gosip tentang suami bosnya pun kecewa. Dia salah sangka terhadap Arsenio. Diam-diam Merry menjadi semakin penasaran dengan suami berondong Cantika itu. Pasti ada sesuatu yang membuat bosnya sedemikian menghargai Arsenio dan membelanya mati-matian di hadapan papanya.Namun, Pak Julianto Wiryawan yang hanya melihat Arsenio sekadar sekretaris yang digaji oleh puterinya, jelas tak mampu melihat kualitas menantunya itu. Dia berdecih lalu mengalihkan perhatian ke Eric Palmer dan asistennya. "Mister Eric, apa ada waktu untuk dinner di rumah saya nanti malam?" tawarnya ramah."Hmm ... saya tak ada rencana apa pun malam ini. Dengan senang hati, saya akan datang ke rumah Anda,
Dua puluh tahun kemudian. "Jessica, tolong taruh buket bunga dalam vas ini di meja depan panggung ya!" pinta Baby Alexandra kepada keponakannya yang telah berusia 19 tahun.Puteri bungsu Cantika dan Arsenio itu baru saja lulus SMA dua hari yang lalu. Sedangkan, hari ini adalah hari jadi pernikahan mama papanya yang ke-25. Dia bersama keluarga Gunadharma dan Gozhali menjadi panitia acara meriah yang diadakan di resort Pulau Mutiara Permai."Sudah, Tante Baby. Apa ada lagi yang belum kelar persiapan pestanya?" tanya Jessica sambil celingukan mencari saudara-saudaranya. Putera Baby; Justin dan Aaron juga ikut ke pulau pribadi itu. Mereka justru asik bermain selancar dengan ombak sedang cenderung tinggi bersama ketiga putera bibi mereka; Kenneth, Daniel, dan Zeus."OMG, cowok-cowok ini ya! Memang minta dijewer, para tamu sudah pada berdatangan kok masih ngelaut aja mereka!" omel Jessica dengan gemas menatap ke arah lautan. Tenda besar dengan tirai kain putih dan pink yang dibuat di tep
Setelah Zeus genap berusia dua setengah tahun, Arsenio memeriksakan kehamilan mommy tiga putera itu yang telah menginjak usia kehamilan 18 minggu. Pasangan suami istri itu begitu bersemangat untuk mengetahui jenis kelamin janin di rahim Cantika."Kuharap kali ini perempuan, kita sudah punya tiga anak laki-laki, Darling. Kau memiliki empat jagoan untuk mengawalmu; aku, Ken, Danny, dan Zeus!" ujar Arsenio yang mengemudikan sendiri mobil Lexus LS500 menuju ke rumah sakit.Cantika yang duduk di sebelah bangku pengemudi menghela napas pasrah. Dia pun bertanya, "Bagaimana kalau ternyata jagoan keempat? Bukankah bagus seperti film drakor Boys Before Flower, empat serangkai cowok-cowok kece, Daddy Arsen?""Ohh ... tidak! Aku pengin anak cewek untuk kumanjakan di rumah, Cantika!" protes Arsenio menolak keras. Dia memarkir mobil di lantai basement Rumah Sakit Siloam.Internasional lalu membantu Cantika turun dari mobil lalu naik lift ke poli obsgyn.Ternyata antrean mereka masih kurang dua pasie
Tepat seperti janji Leon kepada Arsenio, istana untuk keluarga kecil dan ratu hatinya itu selesai dalam tempo tiga bulan semenjak mereka pulang berbulan madu ke Eropa. Sebuah pesta meriah digelar untuk acara syukuran ditempatinya rumah baru tersebut.Sekitar pukul 18.00 WIB, para tamu kolega Cantika dan Arsenio mulai berdatangan hingga halaman di depan serta samping kanan kiri kediaman Cantika Gunadharma itu dipenuhi kendaraan mewah berbagai merk.Cantika malam itu mengenakan gaun berkerah Sabrina berbahan satin warna merah mawar yang berekor panjang. Di sampingnya, Arsenio berdiri dalam balutan tuxedo warna hitam yang membuatnya nampak gagah serta tampan. Mereka berdua menyambut tamu dengan wajah berhiaskan senyum bangga."Selamat untuk rumah baru kalian yang sangat megah, Cantika, Arsen! Om turut berbahagia dengan kesuksesan bisnis kalian yang nampaknya berkembang pesat!" ujar Pak Revano Gozhali yang hadir dalam pesta meriah itu bersama keluarganya termasuk Baby Alexandra, adik tiri
Negara spagetti menjadi tujuan terakhir perjalanan bulan madu Arsenio dan Cantika. Keindahan negara Italia yang terletak di jantung Laut Mediterania itu memang memukau dengan banyak bangunan peninggalan sejarah seperti colloseum dan kuil Pantheon. Selain itu Italia juga terkenal dengan sepak bola sama seperti kebanyakan negara besar di Benua Eropa. "Pantai Amalfi yang disarankan oleh nenek untuk dikunjungi berada di Positano. Aku sudah memesan kamar di Hotel Marina Riviera, lokasinya strategis tak jauh dari pantai, sekitar 200 meter saja dan ada outdoor swimming pool. Sangat nyaman dan indah, kamu pasti suka sekali, Darling!" ujar Arsenio saat mereka naik taksi dari Stasiun Milan Central untuk tinggal sehari di kota Milan sebelum berpindah ke kota Positano."Aku ikut saja apa yang kamu pikir itu bagus, Arsen. Kamu sangat bisa diandalkan, Hubby!" jawab Cantika lalu mengecup bibir Arsenio di bangku belakang taksi sekalipun Suster Nina duduk di sebelahnya bersama Daniel.Rombongan itu s
Dari Amsterdam, rombongan asal Indonesia itu bertolak ke Spanyol dengan kereta Eurostar yang melintasi antar negara di benua Eropa. Negeri Matador itu memang sangat menarik sebagai salah satu tujuan wisata. Kereta api itu berhenti di Estacion de Atocha, Madrid. Arsenio seperti biasa mengajak rombongannya untuk menaruh barang di hotel serta beristirahat sejenak sebelum berkeliling kota. Rencananya dia akan singgah tiga hari di Spanyol untuk berkeliling kota Madrid dan Barcelona sebelum pindah ke negara tetangga yaitu Italia yang tak boleh terlewatkan untuk dikunjungi selama melancong ke Benua Eropa."Tidurlah sebentar bersamaku, Darling. Hari masih cukup pagi, satu atau dua jam lagi barulah kita berangkat ke museum," bujuk Arsenio sambil merengkuh tubuh Cantika hingga tenggelam di pelukannya di bawah selimut.AC kamar memang membuat Cantika mengantuk, dia menguap lalu bertanya," Kita mau ke mana saja hari ini, Sen?""Sebenarnya ada banyak museum di Madrid, tapi aku memilih satu saja y
Setelah singgah di London selama empat hari, Arsenio dan keluarga kecilnya berpamitan dengan Nyonya Bernadete Sloan. Mereka ingin meneruskan tour ke Amsterdam terlebih dahulu dengan kereta cepat Eurostar. Kereta api itu berhenti di Stasiun Amsterdam Centraal yang bangunannya indah karena merupakan peninggalan bersejarah abad ke-18 akhir dengan gaya bangunan Gothic, Renaissans revival. Arsenio membawa koper mereka semua dengan sebuah troli karena ketiga perempuan yang bersamanya masing-masing menggendong anak-anaknya. Dia nampak seperti seorang pria yang memiliki tiga istri di mata orang-orang awam yang berpapasan dengan rombongan itu. Sebuah taksi dari Stasiun Amsterdam Centraal mengantarkan mereka ke Hotel Royal Amsterdam yang terletak di pusat keramaian kota. Arsenio telah membuat rencana untuk menikmati obyek wisata menarik di sana."Aku ingin melihat taman bunga Tulip, Sen. Belanda terkenal karena bunga Tulip, kincir angin, dan bendungannya bukan?" ujar Cantika sambil mengamati
"Hai, Arsen, Cantika! Senang bertemu lagi dengan kalian di London. Masuklah!" sambut Duchess of Beaufort di teras depan kediamannya petang itu. Dia begitu antusias karena ketiga cicitnya ikut mengunjunginya juga. Ketiga putera Arsenio yang dilahirkan oleh Cantika berparas rupawan. Garis wajah mereka menuruni genetik keluarga Sloan, kakek Arsenio yang bergaris rahang tegas, hidung mancung, dan tulang pipi tinggi. "Halo, Nek. Senang melihat Nenek sehat seperti ini. Kami sebelumnya mengunjungi Paris. Setelah ini sepertinya kami akan ke Madrid lalu Amsterdam. Sebulan saja mengunjungi Eropa tak akan cukup!" balas Arsenio sembari duduk di sofa bersebelahan dengan istrinya."Ya, tentu saja. Terlalu banyak yang menarik untuk dikunjungi. Kau harus mengajak Cantika mengunjungi Italia, sangat indah terutama di Pantai Amalfi," sahut Nyonya Bernadete.Arsenio juga belum pernah berkunjung ke sana, dia mengiyakan saran neneknya dan menambahkannya di daftar tempat untuk dikunjungi selama berkunjung
Setelah menjalani berbagai meeting management yang hectic di Cantika Gunadharma Jaya Center demi mengatur langkah operasional yang lebih mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Cantika bersama Arsenio berpamitan dengan top management perusahaannya seraya berpesan menjaga kinerga agar tetap stabil selama ditinggal ke Eropa sekitar sebulan.Pelaporan keuangan mingguan dan meeting akan dilakukan secara online setiap hari Senin pagi di mana pun Cantika dan Arsenio singgah di Benua Biru itu. Hari berikutnya, dengan diantarkan oleh Pak Joko ke Bandara Soekarno-Hatta, keluarga kecil dengan tiga anak dan kedua baby sitter itu melakukan check in ulang tiket pesawat Singapore Airlines tujuan Paris. Kabin business class pesawat Singapore Airlines terkenal sangat nyaman bagi para penumpang yang bersedia merogoh kocek lumayan dalam. Namun, Arsenio tidak masalah membayar mahal yang terpenting berkualitas. Suster Nina menjaga Kenneth, Suster Henny menjaga Daniel, dan Zeus bersama daddy mommy-nya.
"Aahhh ... mmhh ... Seenn. Bawa aku ke kamar istirahat!" desahan penuh hasrat meluncur dari bibir Cantika yang bengkak dan kebas karena baru saja dilumat ganas oleh suaminya.Dia masih duduk di pangkuan Arsenio di ruangan presdir sambil didekap erat oleh kedua lengan kekar pemuda itu. Leher mulus Cantika menjadi sasaran empuk suaminya yang mulai bergairah."Sebaiknya begitu, celanaku terasa begitu sempit karena ulahmu, Darling!" balas Arsenio lalu meraup tubuh ramping nan sexy itu ke gendongannya. Tatap matanya tak lepas dari wajah istrinya."Kenapa aku gemetaran melihat tatapan matamu yang seperti ingin melahapku bulat-bulat begitu, Sen!" tukas Cantika terkikik. Dia tak berani membayangkan seperti apa suaminya yang selama 42 hari tak mendapat jatah sebagaimana mestinya.Kemudian Arsenio mendorong pintu kamar istirahat presdir lalu merebahkan Cantika di tengah ranjang. Dia meninggalkannya untuk menutup pintu kamar terlebih dahulu serta menguncinya. "Lebih baik kukunci agar mangsaku ti