"Oke, semua alat selam udah terpasang ya, Cantika, Arsen?!" seru trainer diving yang menemani pengantin baru itu menyusuri dunia bawah laut di perairan Pulau Lombok."Siap, Bang Jodi. Apa kita masuk sekarang?" sahut Arsenio di balik masker oksigennya. Dia duduk di tepi motor boat bersebelahan dengan istrinya yang juga berpenampilan sama.Jodi, trainer sekaligus guide perjalanan bawah laut mereka pun berkata, "Oke, pada hitungan ketiga jatuhkan badan ke belakang untuk menyelam ya. Satu ... dua ... tiga ...go!" Mereka bertiga naik motor boat dengan seorang pengemudi yang berjaga di atas perahu sementara mereka terjun ke dalam air laut yang jernih biru muda. Posisi perahu itu menjorok agak ke tengah dari garis pesisir pantai. Di dalam air Arsenio tetap memerhatikan di mana Cantika berada. Memang pemandangan terumbu karang dengan ikan-ikan laut beraneka warna dan rupa itu sungguh memanjakan mata. Namun, dia tak ingin istrinya berada dalam bahaya saat menyelam bersamanya.Cantika memberi
"Mas Hans, kita sudah seminggu merid. Apa kamu nggak pengin belah duren gitu?" rengek Baby Alexandra saat melihat suaminya baru saja keluar dari kamar mandi dengan mengenakan piyama sutera warna merah maroon.Pria berkulit pucat dengan rambut cepak berbelah pinggir yang wajahnya mengesankan sebagai pria alim itu agak terkejut seolah tak siap dengan rengekan istrinya. Dia pun melangkah ke tempat tidur di mana Baby sedang duduk bersandar di kepala ranjang."Memang kamu mau diapain, Beib?" Hans duduk di tepi ranjang dengan perlahan sembari memandangi wajah istri moleknya yang belia dan jauh di bawah usianya tersebut."Yaelah, masa nggak paham sih, Mas?! ML ... kawin ... kita ini 'kan suami istri!" seru Baby tak sanggup menahan batas kesabarannya yang mulai ambyar. Seharusnya dia sedang dalam masa subur yang haus belaian kasih sayang, tetapi suaminya seperti tak ada minat sama sekali untuk menjamahnya secara intim.Hans pun ber-oh panjang sambil tersenyum menyembunyikan kegugupannya. Satu
"Denger ya, nanti di ruang praktik dokter kamu nggak usah ngomong apa pun!" Suara tegas Hans berbisik di tepi telinga Baby Alexandra saat mereka duduk berdua di bangku belakang mobil sedan Maybach hitam berharga selangit itu.Sopir pribadi Hans hanya melirik melalui kaca spion tengah, dia tak begitu paham kenapa tuan mudanya bersikap penuh rahasia saat dia antarkan menuju ke rumah sakit langganan keluarga Gozhali. Siapa pula yang sakit?"Iya, aku paham. Nggak usah berisik!" sahut Baby dengan wajah mencebik menatap Hans.Akhirnya setelah berjibaku dengan kemacetan lalu lintas ibu kota siang itu, Hans turun dari mobil dengan menggandeng istri belianya yang cantik bak boneka Barbie. Sebetulnya kalau dia tak punya trauma masa lalu, mungkin Hans akan dengan senang hati mengawini istrinya yang tak bercacat celah secara fisik tersebut. Namun, fakta berkata lain.Reservasi spesial untuk konsultasi yang cukup sensitif bersama dokter spesialis kandungan itu membuat Hans dan Baby segera dipanggi
Bulan madu selama empat malam lima hari di Pulau Lombok menambah erat hubungan Cantika dan Arsenio. Tak ada satu orang pun yang mempertanyakan status hubungan mereka ketika bertemu pertama kali di saat tour maupun di hotel dan tempat umum. Semuanya dikarenakan body language keduanya yang sangat mesra. Di dalam pesawat pulang menuju ke Jakarta Cantika menceletuk, "Sen, menurutmu penampilanku kelihatan tua nggak sih?"Arsenio yang sedang membaca-baca majalah pesawat pun sontak mengalihkan pandangan matanya ke istrinya. "Kenapa kok tiba-tiba nanya begitu? Apa ada yang ngebully kamu pas di Lombok kemarin?" tanya Arsen menyelidik, tentunya dengan hati kesal karena dia tak suka istrinya dihina oleh sebab usia yang memang tak muda lagi."Nggak dibully kok, kamu tenang aja. Cuma orang iseng nanya aja pas spa di hotel kemarin tuh!" jawab Cantika karena memang ada sesama tamu hotel yang bertanya ketika Arsenio mengantarkannya ke tempat spa."Hmm ... nanya apa dia?" tukas Arsenio mulai panas.C
Pagi sebelum keberangkatannya ke London bersama papanya, Arsenio merasa berat sekali meninggalkan istrinya. Cantika turut merasakan hal itu, dia tidak mengeluh saat pemuda 25 tahun tersebut terus-menerus menempel kepada dirinya sejak tadi malam."Sen, udah jam 5 lho. Kamu jemput Papa Sandiaga jam berapa?" tegur Cantika sementara Arsenio masih saja sibuk mencumbunya di atas ranjang.Suaminya seperti terkena pelet pengasihan sakti mandraguna, Cantika sampai sulit menolak hasrat Arsenio yang seakan tanpa batas untuk menyentuhnya. Kulit putihnya pun kini seperti macan tutul akibat banyaknya tanda kepemilikan yang dibuat oleh suaminya di sekujur tubuhnya."Hmm ... sebentar lagi kelar kok, Cintaku. Kasi bonus perpanjangan waktu ya, kayak tanding bola gitu?" Arsenio terkekeh memandangi wajah istrinya yang terbersimbah peluh di bawah bodi kekarnya."Ohh Gosh, ini sih bukan perpanjangan waktu tapi pertandingan ulang saking lamanya, Sen!" Cantika menghela napas pasrah. "Habisnya ntar aku nggak
Sepasang mata beriris biru terang bertemu pandang dengan mata beriris hitam bak arang dan mendadak keduanya memalingkan tatapan mereka yang terlalu intense."Are you okay, Miss?" Pria bule itu bertanya sekali lagi kepada Cantika, berharap bahwa wanita tang dia tubruk dan juga ditolongnya baru saja bisa berbahasa Inggris."I'm fine, Sir. Excuse me, I have to go!" jawab Cantika yang membuat pria bule itu menghela napas lega sekalipun menyisakan raut kekecewaan.Ketika Cantika berjalan dalam langkah cepat menjauhinya, pria bule tadi berseru, "Sorry!" Dia tersenyum seraya menggaruk-garuk kepalanya yang berambut tebal berwarna cokelat gelap.Eric Palmer menatap bagian belakang tubuh wanita yang ditabraknya itu dan terkesan. "So sexy!" gumamnya pelan.Asistennya mendekat seraya mengikuti arah pandangan big bossnya. "Apa Anda mengenal wanita itu, Master Eric? Sepertinya warga negara Indonesia—""Tidak. Aku bersalah karena tak memperhatikan jalan dan menabraknya hingga nyaris terjatuh tadi, E
"Papa jangan salah paham tentang Arsen, dia bukan model cowok mokondo ya. Suamiku itu pria yang bertanggung jawab dan selalu menjagaku saat kami bersama. Sering banget justru Arsen yang bayarin setiap kami jalan bareng," bela Cantika di depan semua orang yang ada di ruangan presdir.Merry yang tadinya ingin mencari bahan gosip tentang suami bosnya pun kecewa. Dia salah sangka terhadap Arsenio. Diam-diam Merry menjadi semakin penasaran dengan suami berondong Cantika itu. Pasti ada sesuatu yang membuat bosnya sedemikian menghargai Arsenio dan membelanya mati-matian di hadapan papanya.Namun, Pak Julianto Wiryawan yang hanya melihat Arsenio sekadar sekretaris yang digaji oleh puterinya, jelas tak mampu melihat kualitas menantunya itu. Dia berdecih lalu mengalihkan perhatian ke Eric Palmer dan asistennya. "Mister Eric, apa ada waktu untuk dinner di rumah saya nanti malam?" tawarnya ramah."Hmm ... saya tak ada rencana apa pun malam ini. Dengan senang hati, saya akan datang ke rumah Anda,
"Selamat datang di London, Master Sandiaga Gunadharma dan Young Master Arsenio!" sambut seorang pria berpenampilan necis dengan rambut kelabu perak di kepalanya yang tercukur rapi.Dia adalah Winston Kremlin, tangan kanan Duchess of Beaufort yang ditugaskan untuk menjemput kedua pria asal Indonesia tersebut. Memang ada urusan penting yang harus dibicarakan oleh kedua belah pihak setelah puluhan tahun hubungan itu terputus pasca kematian mama kandung Arsenio, Lady Amethys Violetta Sloan."Terima kasih sudah menjemput kami, Mister Winston. Silakan duluan, kami akan mengikuti Anda!" jawab Pak Sandiaga usai berjabat tangan formal dengan Mister Winston Kremlin.Mereka diantarkan ke kediaman Duchess of Beaufort di London dengan sebuah limousine hitam. Selama dalam perjalanan Arsenio lebih banyak terdiam menyimak penuturan tangan kanan nenek dari pihak mamanya itu tentang kabar kesehatan beliau dan aktivitasnya. Sedangkan, Pak Sandiaga menanggapi dengan sopan.Akhirnya mereka sampai di halam