"Hans, mertua kamu sekarang jadi buronan interpol karena kasus pembunuhan mendiang mamanya Cantika!" seru Pak Revano Gozhali dengan lantang di hadapan putera dan menantunya ketika mereka duduk di ruang keluarga.Baby Alexandra yang tak mengetahui perkembangan kabar terkini papa mamanya pun terbelalak mendengarnya. Dia bingung harus bagaimana bersikap, akankah dia diusir dari kediaman mertuanya karena status buronan orang tuanya?"Ohh, lantas gimana tuh, Pa? Belum ketangkap ya?" tanya Hans tenang sembari merangkul bahu Baby di sofa. Dia tak ingin membuat istrinya panik. "Belumlah, namanya kriminil pasti licik 'kan. Coba suruh istrimu buat hubungi mereka berdua. Julian dan Ribka pasti akan jawab kalau yang nanya puteri kesayangan mereka!" jawab Pak Revano sengaja ingin menekan Baby. Interpol sudah dua bulan ini mencari suami istri asal Jakarta itu di Australia, tetapi kemungkinan besar mereka menyamar dan juga bersembunyi sehingga sulit untuk ditangkap."Beb, tuh dengerin kata papaku!
"Letnan George, benar itu dua orang buronan dari Indonesia. Warna rambut mereka berbeda, tapi wajahnya mirip. Mari kita ringkus perlahan!" ujar Sersan Billy Hawkins yang mengintai Pak Julianto dan Nyonya Ribka di sebuah coffeshop.Kedua petugas Perth Police Department itu berpakaian preman dan tidak nampak mencolok bahwa mereka sebenarnya polisi bertugas di tempat publik. Dengan tanpa melakukan keributan, Letnan George dan Sersan Billy memasang borgol di pergelangan tangan pasangan suami istri tersebut di balik punggung mereka."Kalian ditangkap atas tuduhan buron. Interpol mencari kalian atas laporan polisi Indonesia. Mari ikut kami!" ujar Letnan George Hamilton disusul pembacaan hak Miranda sesuai peraturan penangkapan tersangka.Setelah paspor dan identitas Pak Julianto dan Nyonya Ribka diperiksa dan sesuai dengan data pribadi buronan, maka proses deportasi dari Australia pun dilakukan dengan rapi sesuai prosedur. Mereka diterbangkan bersama pesawat khusus interpol menuju Jakarta.
"Kami sangat welcome bila Bu Cantika ingin kembali memimpin perusahaan Golden Wings. Terus terang semenjak kepergian Anda, perusahaan ini seolah kehilangan separuh nyawanya," ujar Pak Alvian Hendrata mewakili jajaran direksi Golden Wings dalam rapat luar biasa pagi itu di Wiryawan Building.Rekan-rekan top management Pak Alvian pun mendukung perkataan pria tersebut. Mereka sudah putus asa dengan perkembangan kasus kriminalitas yang menyeret nama presdir Golden Wings dan menjadi head line berita di berbagai media."Baiklah, kalau memang saya dipercaya mengemban tugas sebagai eksekutif lagi di sini maka segera akan saya mulai pekerjaan dalam waktu dekat. Kita sudah tak bisa menunda-nunda untuk menyelamatkan perusahaan Golden Wings dari kebangkrutan. Kondisi kas yang menipis dan neraca income-outcome yang defisit membahayakan bagi kelangsungan nyawa perusahaan, Bapak Ibu sekalian!" tutur Cantika dengan profesional usai tadi menyimak presentasi laporan keuangan dari akuntan publik yang di
Khusus hari ini, seluruh karyawan dan karyawati perusahaan milik Cantika dan Arsenio diliburkan. Mereka semua diundang untuk merayakan pesta grand opening komplek bisnis terpadu milik PT. Cantika Gunadharma Jaya. Semua mengenakan kaos seragam perusahaan yang berwarna ungu agar terlihat kompak.Arsenio berjaga-jaga di dekat istrinya yang perutnya membuncit. Dia tidak mengizinkan Cantika mengenakan sepatu berhak tinggi demi alasan keamanan ibu dan janinnya. Ada tempat duduk khusus di tribun VIP untuk melihat penampilan artis papan atas ibu kota di panggung yang didirikan di halaman depan mall baru mereka; Grand Plaza Cantika Gunadharma. Kedatangan Leon bersama Evita dan putera mereka yang berusia tiga tahun, Diego segera disambut hangat oleh tuan dan nyonya rumah acara megah di tengah kota Jakarta sore itu. "Welcome, Pak Leon, Bu Evita, Diego! Mari duduk bersama kami di sini, pemandangan ke panggung hiburannya jelas," ujar Arsenio sambil mempersilakan tamu-tamunya duduk berjajar bersa
"Sampai jumpa di kantor besok pagi!" ujar Arsenio kepada semua kru PT. Cantika Gunadharma Jaya sebelum membubarkan mereka pulang ke rumah masing-masing.Cantika yang berdiri di samping suaminya bertanya, "Apa kamu mau menemaniku melihat-lihat mall sebelum tutup?" "Ayo, Darling! Kita hanya berdua malam ini," sahut Arsenio lalu merangkul bahu Cantika sembari melangkah memasuki mall yang mulai sepi jelang tutup.Kebetulan mereka bertemu dengan GM mall Grand Plaza Cantika Gunadharma di pintu masuk atrium utama. "Selamat malam, Pak Arsen dan Bu Cantika. Apa ada yang bisa saya bantu?" sapa Pak William Santosa."Selamat malam, Pak William. Saya dan istri ingin berkeliling melihat-lihat isi mall sebelum tutup. Tolong bilang ke petugas sekuriti mall ya. Nggak lama kok mungkin setengah jam saja!" jawab Arsenio yang ditanggapi dengan anggukan paham oleh GM mall tersebut.Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan berkeliling mall dari lantai ground hingga ke lantai berikutnya dengan eskalator. "
"Kemarilah, Cinta!" sahut Arsenio seraya meraih pinggang istrinya yang berdiri telanjang di hadapan dia.Perut buncit Cantika tidak membuat tatapan penuh gairah itu redup. Dia pemuja setia sugar mommy nan sexy yang membuat hasrat dalam dirinya bergejolak. Kecupan-kecupan bibir tipis merah muda itu mulai menyusuri wajah lalu turun ke leher jenjang Cantika hingga ke belahan dada penuhnya. "Aarrhh ... Sen!" desah Cantika bergelanyut di leher suaminya. "Kita main di sini sekali ya, Darling?" pinta Arsenio penuh semangat hingga Cantika tak tega menolaknya. Wanita hamil itu pun menjawab, "Touch my body, Hubby!" Dan dia menyerahkan nasib selanjutnya di tangan suaminya yang perkasa. Badan kekar berotot Arsenio menyangga tubuh molek berlekuk dengan bulatan-bulatan menakjubkan itu. Dia menyisipkan batang beruratnya yang sangat keras karena bergairah ke lipatan hangat nan sempit milik Cantika. Suara percintaan yang khas disertai desahan birahi keduanya bergema di dalam kamar mandi jelang te
Baby Alexandra mendatangi Rutan Sawah Besar siang itu dengan membawa beberapa wadah berisi masakan koki rumah keluarga suaminya. Dia bermaksud menjenguk papa dan mamanya yang masih menunggu panggilan sidang dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Sebenarnya ini pertama kalinya dia bertemu kembali dengan papa mamanya pasca kehebohan kabar buron ke Australia lalu deportasi dari negeri Kangguru itu juga tempo hari."Waktu besuk lima belas menit saja ya, Mbak!" ujar sipir penjara yang mengantar Pak Julianto Wiryawan terlebih dahulu menemui Baby di ruang khusus pengunjung tahanan rutan."Iya, Pak. Makasih!" sahut Baby lalu menunggu papanya duduk di kursi seberang meja. Dia lalu menyapa ramah, "Halo, Pa. Gimana kabarnya?""Hmm ... Papa kira kamu sudah lupa sama orang tua kamu!" sahut Pak Julianto ketus. Dia kesal karena lama sekali nyaris setengah bulan baru puteri kesayangannya membesuk di rutan.Baby tersenyum kecut, dia lalu membuka tas pembungkus makanan lezat di meja. Dia mengeluarkan ko
"Kamu dari mana, Baby?" tanya Pak Revano ketika bertemu menantunya di ruang tengah siang jelang sore itu. Dia melihat ada bungkusan tas agak besar seperti tas bekal makanan di tangan Baby yang segera diserahkan ke pelayan rumah."Ehh ... Papa Vano sudah pulang. Baby ... Baby habis jengukin papa mama di rutan tadi," jawab perempuan itu apa adanya, dia bingung harus berbohong dengan alasan apa lagi.Pak Revano mengerutkan keningnya jijik, dia paham siapa menantunya dan dari mana asal Baby. Benar-benar menyebalkan karena dahulu Cantika yang ingin dia jadikan menantu, tetapi malah adik tirinya yang tak berguna dan hanya bisa berfoya-foya."Ohh, lantas apa kata mereka? Apa Julianto dan Ribka minta bantuan ke kamu?" pancing Pak Revano sambil berdiri bersedekap di hadapan menantunya.Baby hanya menundukkan kepalanya tak nyaman dicecar pertanyaan oleh papa mertuanya. Rasanya dia ingin berlari kabur ke kamar saja. Namun, itu jelas tak sopan. Maka dia pun menjawab, "Di rutan serba nggak enak, m
Dua puluh tahun kemudian. "Jessica, tolong taruh buket bunga dalam vas ini di meja depan panggung ya!" pinta Baby Alexandra kepada keponakannya yang telah berusia 19 tahun.Puteri bungsu Cantika dan Arsenio itu baru saja lulus SMA dua hari yang lalu. Sedangkan, hari ini adalah hari jadi pernikahan mama papanya yang ke-25. Dia bersama keluarga Gunadharma dan Gozhali menjadi panitia acara meriah yang diadakan di resort Pulau Mutiara Permai."Sudah, Tante Baby. Apa ada lagi yang belum kelar persiapan pestanya?" tanya Jessica sambil celingukan mencari saudara-saudaranya. Putera Baby; Justin dan Aaron juga ikut ke pulau pribadi itu. Mereka justru asik bermain selancar dengan ombak sedang cenderung tinggi bersama ketiga putera bibi mereka; Kenneth, Daniel, dan Zeus."OMG, cowok-cowok ini ya! Memang minta dijewer, para tamu sudah pada berdatangan kok masih ngelaut aja mereka!" omel Jessica dengan gemas menatap ke arah lautan. Tenda besar dengan tirai kain putih dan pink yang dibuat di tep
Setelah Zeus genap berusia dua setengah tahun, Arsenio memeriksakan kehamilan mommy tiga putera itu yang telah menginjak usia kehamilan 18 minggu. Pasangan suami istri itu begitu bersemangat untuk mengetahui jenis kelamin janin di rahim Cantika."Kuharap kali ini perempuan, kita sudah punya tiga anak laki-laki, Darling. Kau memiliki empat jagoan untuk mengawalmu; aku, Ken, Danny, dan Zeus!" ujar Arsenio yang mengemudikan sendiri mobil Lexus LS500 menuju ke rumah sakit.Cantika yang duduk di sebelah bangku pengemudi menghela napas pasrah. Dia pun bertanya, "Bagaimana kalau ternyata jagoan keempat? Bukankah bagus seperti film drakor Boys Before Flower, empat serangkai cowok-cowok kece, Daddy Arsen?""Ohh ... tidak! Aku pengin anak cewek untuk kumanjakan di rumah, Cantika!" protes Arsenio menolak keras. Dia memarkir mobil di lantai basement Rumah Sakit Siloam.Internasional lalu membantu Cantika turun dari mobil lalu naik lift ke poli obsgyn.Ternyata antrean mereka masih kurang dua pasie
Tepat seperti janji Leon kepada Arsenio, istana untuk keluarga kecil dan ratu hatinya itu selesai dalam tempo tiga bulan semenjak mereka pulang berbulan madu ke Eropa. Sebuah pesta meriah digelar untuk acara syukuran ditempatinya rumah baru tersebut.Sekitar pukul 18.00 WIB, para tamu kolega Cantika dan Arsenio mulai berdatangan hingga halaman di depan serta samping kanan kiri kediaman Cantika Gunadharma itu dipenuhi kendaraan mewah berbagai merk.Cantika malam itu mengenakan gaun berkerah Sabrina berbahan satin warna merah mawar yang berekor panjang. Di sampingnya, Arsenio berdiri dalam balutan tuxedo warna hitam yang membuatnya nampak gagah serta tampan. Mereka berdua menyambut tamu dengan wajah berhiaskan senyum bangga."Selamat untuk rumah baru kalian yang sangat megah, Cantika, Arsen! Om turut berbahagia dengan kesuksesan bisnis kalian yang nampaknya berkembang pesat!" ujar Pak Revano Gozhali yang hadir dalam pesta meriah itu bersama keluarganya termasuk Baby Alexandra, adik tiri
Negara spagetti menjadi tujuan terakhir perjalanan bulan madu Arsenio dan Cantika. Keindahan negara Italia yang terletak di jantung Laut Mediterania itu memang memukau dengan banyak bangunan peninggalan sejarah seperti colloseum dan kuil Pantheon. Selain itu Italia juga terkenal dengan sepak bola sama seperti kebanyakan negara besar di Benua Eropa. "Pantai Amalfi yang disarankan oleh nenek untuk dikunjungi berada di Positano. Aku sudah memesan kamar di Hotel Marina Riviera, lokasinya strategis tak jauh dari pantai, sekitar 200 meter saja dan ada outdoor swimming pool. Sangat nyaman dan indah, kamu pasti suka sekali, Darling!" ujar Arsenio saat mereka naik taksi dari Stasiun Milan Central untuk tinggal sehari di kota Milan sebelum berpindah ke kota Positano."Aku ikut saja apa yang kamu pikir itu bagus, Arsen. Kamu sangat bisa diandalkan, Hubby!" jawab Cantika lalu mengecup bibir Arsenio di bangku belakang taksi sekalipun Suster Nina duduk di sebelahnya bersama Daniel.Rombongan itu s
Dari Amsterdam, rombongan asal Indonesia itu bertolak ke Spanyol dengan kereta Eurostar yang melintasi antar negara di benua Eropa. Negeri Matador itu memang sangat menarik sebagai salah satu tujuan wisata. Kereta api itu berhenti di Estacion de Atocha, Madrid. Arsenio seperti biasa mengajak rombongannya untuk menaruh barang di hotel serta beristirahat sejenak sebelum berkeliling kota. Rencananya dia akan singgah tiga hari di Spanyol untuk berkeliling kota Madrid dan Barcelona sebelum pindah ke negara tetangga yaitu Italia yang tak boleh terlewatkan untuk dikunjungi selama melancong ke Benua Eropa."Tidurlah sebentar bersamaku, Darling. Hari masih cukup pagi, satu atau dua jam lagi barulah kita berangkat ke museum," bujuk Arsenio sambil merengkuh tubuh Cantika hingga tenggelam di pelukannya di bawah selimut.AC kamar memang membuat Cantika mengantuk, dia menguap lalu bertanya," Kita mau ke mana saja hari ini, Sen?""Sebenarnya ada banyak museum di Madrid, tapi aku memilih satu saja y
Setelah singgah di London selama empat hari, Arsenio dan keluarga kecilnya berpamitan dengan Nyonya Bernadete Sloan. Mereka ingin meneruskan tour ke Amsterdam terlebih dahulu dengan kereta cepat Eurostar. Kereta api itu berhenti di Stasiun Amsterdam Centraal yang bangunannya indah karena merupakan peninggalan bersejarah abad ke-18 akhir dengan gaya bangunan Gothic, Renaissans revival. Arsenio membawa koper mereka semua dengan sebuah troli karena ketiga perempuan yang bersamanya masing-masing menggendong anak-anaknya. Dia nampak seperti seorang pria yang memiliki tiga istri di mata orang-orang awam yang berpapasan dengan rombongan itu. Sebuah taksi dari Stasiun Amsterdam Centraal mengantarkan mereka ke Hotel Royal Amsterdam yang terletak di pusat keramaian kota. Arsenio telah membuat rencana untuk menikmati obyek wisata menarik di sana."Aku ingin melihat taman bunga Tulip, Sen. Belanda terkenal karena bunga Tulip, kincir angin, dan bendungannya bukan?" ujar Cantika sambil mengamati
"Hai, Arsen, Cantika! Senang bertemu lagi dengan kalian di London. Masuklah!" sambut Duchess of Beaufort di teras depan kediamannya petang itu. Dia begitu antusias karena ketiga cicitnya ikut mengunjunginya juga. Ketiga putera Arsenio yang dilahirkan oleh Cantika berparas rupawan. Garis wajah mereka menuruni genetik keluarga Sloan, kakek Arsenio yang bergaris rahang tegas, hidung mancung, dan tulang pipi tinggi. "Halo, Nek. Senang melihat Nenek sehat seperti ini. Kami sebelumnya mengunjungi Paris. Setelah ini sepertinya kami akan ke Madrid lalu Amsterdam. Sebulan saja mengunjungi Eropa tak akan cukup!" balas Arsenio sembari duduk di sofa bersebelahan dengan istrinya."Ya, tentu saja. Terlalu banyak yang menarik untuk dikunjungi. Kau harus mengajak Cantika mengunjungi Italia, sangat indah terutama di Pantai Amalfi," sahut Nyonya Bernadete.Arsenio juga belum pernah berkunjung ke sana, dia mengiyakan saran neneknya dan menambahkannya di daftar tempat untuk dikunjungi selama berkunjung
Setelah menjalani berbagai meeting management yang hectic di Cantika Gunadharma Jaya Center demi mengatur langkah operasional yang lebih mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Cantika bersama Arsenio berpamitan dengan top management perusahaannya seraya berpesan menjaga kinerga agar tetap stabil selama ditinggal ke Eropa sekitar sebulan.Pelaporan keuangan mingguan dan meeting akan dilakukan secara online setiap hari Senin pagi di mana pun Cantika dan Arsenio singgah di Benua Biru itu. Hari berikutnya, dengan diantarkan oleh Pak Joko ke Bandara Soekarno-Hatta, keluarga kecil dengan tiga anak dan kedua baby sitter itu melakukan check in ulang tiket pesawat Singapore Airlines tujuan Paris. Kabin business class pesawat Singapore Airlines terkenal sangat nyaman bagi para penumpang yang bersedia merogoh kocek lumayan dalam. Namun, Arsenio tidak masalah membayar mahal yang terpenting berkualitas. Suster Nina menjaga Kenneth, Suster Henny menjaga Daniel, dan Zeus bersama daddy mommy-nya.
"Aahhh ... mmhh ... Seenn. Bawa aku ke kamar istirahat!" desahan penuh hasrat meluncur dari bibir Cantika yang bengkak dan kebas karena baru saja dilumat ganas oleh suaminya.Dia masih duduk di pangkuan Arsenio di ruangan presdir sambil didekap erat oleh kedua lengan kekar pemuda itu. Leher mulus Cantika menjadi sasaran empuk suaminya yang mulai bergairah."Sebaiknya begitu, celanaku terasa begitu sempit karena ulahmu, Darling!" balas Arsenio lalu meraup tubuh ramping nan sexy itu ke gendongannya. Tatap matanya tak lepas dari wajah istrinya."Kenapa aku gemetaran melihat tatapan matamu yang seperti ingin melahapku bulat-bulat begitu, Sen!" tukas Cantika terkikik. Dia tak berani membayangkan seperti apa suaminya yang selama 42 hari tak mendapat jatah sebagaimana mestinya.Kemudian Arsenio mendorong pintu kamar istirahat presdir lalu merebahkan Cantika di tengah ranjang. Dia meninggalkannya untuk menutup pintu kamar terlebih dahulu serta menguncinya. "Lebih baik kukunci agar mangsaku ti