Calvin O'neil memanggil mobil ambulans untuk membawa bosnya ke rumah sakit New York Presbyterian-Columbia and Cornell. Itu adalah rumah sakit terbaik di New York yang sangat lengkap fasilitasnya. Dia berharap Matthew dapat tertolong. Para medis memindahkan tubuh Matthew ke dalam ambulans dan memperbolehkan Alice untuk ikut mendampingi pasien ke rumah sakit. Nyonya Alberta Crawford meminjami Alice baju ganti berupa blouse dan celana panjang kain karena gaun pengantin Alice begitu menyusahkan pergerakan gadis itu.Selama dalam perjalanan ke rumah sakit, Matthew hanya dapat memanggil pelan nama Alice sesekali yang membuat gadis itu berurai air mata menggenggam tangan suaminya yang baru ia nikahi beberapa jam yang lalu."Alice ... Baby," panggil Matthew lemah. Dia merasa bersalah karena telah membuat istrinya bersedih."Don't talk now, Matt! Please, hold on for me!" ujar Alice. Matthew berusaha untuk bertahan demi istrinya sekalipun rasa terbakar di paru-parunya yang tertembus peluru it
Hati Leon sebenarnya tak tega menanyai istrinya mengenai kehamilannya, tapi harga dirinya sebagai seorang pria tergelitik. Di atas ranjangnya sembari membelai perut Evita yang tengah membuncit itu ia berkata, "Eve, apa boleh aku bertanya anak siapa yang berada di dalam sini?"Mendengar perkataan Leon, tangis Evita tak terbendung lagi. Dia begitu sedih hingga tak mampu berkata-kata. Sebenarnya Evita sendiri tak tahu anak siapa yang dia kandung saat ini. Joe Allen memaksakan hasratnya terus menerus sejak dia menginjakkan kakinya di tempat tinggal pria itu.Leon pun segera meraih tubuh Evita ke dalam dekapannya lalu membelai kepala istrinya dengan lembut. "Sshhh ... jangan menangis lagi, Eve. Kau kembali ke pelukanku itu yang terpenting. Aku tak akan menghakimi kesalahan yang tidak kau perbuat," hibur Leon menekan segala egonya."Kita bisa melakukan test DNA bayi ini setelah dia dilahirkan. Bila dilakukan saat masih ada di rahimku akan menimbulkan risiko keguguran, aku tak sanggup menang
Kali ini Leon berangkat ke kantor dengan mobil sedan BMW miliknya yang dikemudikan oleh sopir pribadi. Dia memilih untuk duduk menemani Evita di bangku belakang. Pria itu begitu protektif pada istrinya yang sedang hamil muda."Eve, nanti sore kita ke dokter obsgyn ya untuk periksa kehamilanmu. Seharusnya sudah bisa dilihat jenis kelamin bayinya," ujar Leon sembari mengelus-elus perut Evita yang terbungkus long dress chiffon longgar warna salem yang membuat Evita tampak begitu manis."Tentu saja aku mau, Leon. Apa sepulang kerja saja?" balas Evita antusias sembari tersenyum menatap wajah suaminya."Oke, akan kusuruh Adrian membuatkan janji periksa ke dokter obsgyn di Rumah Sakit Siloam International. Oya, kalau kamu lelah, nanti naiklah ke ruanganku dan beristirahatlah di kamar istirahat CEO," pesan Leon."Hmm ... baiklah," sahut Evita lalu menatap pemandangan kota Jakarta dari kaca jendela mobi. Dia sangat lama meninggalkan kota metropolitan ini. Rasanya kerinduannya mulai terobati.S
Joe Allen merasa kesal karena rencananya membawa Evita kembali ke New York gagal total. Sekarang malah ia berada di penjara sementara untuk tahanan yang baru datang di Polsek Jakarta Pusat. Dia duduk bersila di lantai bersama para pengawalnya yang sebagian ditempatkan di sel yang sama dengannya. Sungguh menggelikan baginya ketika berada di negara dunia ketiga ini justru diperlakukan seperti pelaku tindak kriminal. Tak lama setelah dia meringkuk di sel tahanan sementara, namanya dipanggil oleh petugas penjaga penjara untuk keluar. Pengacara pribadi keluarga Young menemuinya."Maaf atas ketidaknyamanan Anda, Mr. Leigh. Semuanya sudah beres, Anda bisa keluar dari penjara. Saya hanya ingin memberitahukan kabar yang agak buruk, sepertinya izin tinggal Anda tidak bisa diperpanjang di Indonesia khususnya Jakarta, Sir! Ada perintah deportasi WNA yang bermasalah dengan kepemilikan senjata api dan ancaman keselamatan WNI," tutur pengacara keluarga Young itu.Joe mendengkus sinis mendengar cer
Tak terasa sudah setengah bulan berlalu sejak operasi paru-paru Matthew. Pria bule Amerika itu semakin dekat dengan Michael dan juga Rayden yang bergantian menjaganya dengan Alice, istrinya. Baru kali ini dia merasakan pertemanan atau persaudaraan sekalipun itu papa mertua serta adik iparnya, tetapi terasa begitu akrab dan tulus.Rayden itu sekalipun mulutnya terkadang pedas seperti cabe Jalapeno, menurut Matthew bocah tengil itu sangat menyenangkan kepribadiannya dan tidak pernah berpura-pura. Michael Indrajaya juga sangat kocak sekalipun sudah berusia lebih dari 50 tahun masih senang bermain games seperti bocah remaja. Selama di rumah sakit, Matthew menjadi partner main Free Fire papa mertua serta adik iparnya. Mereka bertiga satu tim yang solid saat bermain game tembak-tembakan online itu."Papa, betah banget di New York ya? Apa karena Matthew yang nemenin ngegame?" tanya Alice mencebik melirik ke arah papanya yang heboh sehabis menang main Free Fire bertiga."Hahaha ... kurang le
Seusai membuat suaminya menyembur puas di mulutnya, Alice ingin beranjak dari ranjang untuk membersihkan mulutnya. Namun, tangan Matthew segera menangkap lengannya lalu membantingnya hingga telentang di ranjang. Mata Alice membulat, mulutnya terperangah usai memekik kecil. Bibir Matthew menyusuri lehernya dan turun hingga gundukan lembut payudaranya yang membulat penuh di balik kain sutra tipis. Gigi pria itu menurunkan tali lingerie yang dikenakan Alice perlahan hingga ia menahan napasnya dengan jantung berdebar-debar. Lingerie itu meninggalkan tubuh moleknya dan melayang jatuh entah kemana dilemparkan oleh Matthew ke arah belakang."Matt, are you sure?" tanyanya mencicit menatap wajah tampan yang mirip pemeran THOR Marvel Universe itu."Pretty sure, Baby Girl. Apa benar istilahnya di Indonesia ... belah duren?" balas Matthew terkekeh melirik wajah Alice lalu mengerlingkan sebelah matanya.Alice pun cekikikan mendengar pertanyaan suaminya. "Iya. Kalau nggak sanggup jangan dipaksain
"Terima kasih untuk kontrak baru perusahaan kami, Pak Leon. Semoga kerja sama kita bisa langgeng," ujar Rony Hidayat, CEO PT. Inti Mulia Keramik."Sama-sama, Pak Rony. Produksi keramik perusahaan Anda bagus dan harganya bersaing, jadi saya mencoba memakainya untuk salah satu proyek Indrajaya Realty," jawab Leon dengan sopan dan profesional.Mereka sedang membicarakan proyek kerjasama perusahaan di lobi Hotel Mandarin Oriental dekat Bundaran HI. Kemudian sebelum mereka berdua berpisah ..."Pak Leon, kami memiliki sedikit ucapan terima kasih. Semoga Bapak berkenan menerimanya ...," pesan Pak Rony menyodorkan kartu akses kamar nomor 711 di meja hadapan Leon."Ehh ... apa ini, Pak?" sahut Leon bingung dan sedikit curiga."Ayam, Pak!" jawab Pak Rony terkekeh."Hah! Ayam?! Memang boleh ya di hotel ini kemasukan hewan?" tanya Leon tak yakin karena itu hotel five stars."Ayam kampus, Pak. Cakep banget, mulus, dijamin Bapak suka ... kami sajikan gratis spesial hanya untuk Pak Leon," bujuk Pak
Seusai melakukan kenakalannya bersama 'ayam' sajian Pak Rony Hidayat, CEO PT. Inti Mulia Keramik, Leon diantar oleh sopirnya kembali ke Gedung Pusat Indrajaya Realty. Ketika naik ke lantai 30 di mana kantor CEO berada, dia menerima pesan dari Evita."Hubby, kamu ke mana saja kok lama meeting dengan klien?" Bunyi pesan Evita di layar ponselnya.Hatinya tergelitik karena baru saja melakukan suatu hal yang mungkin akan membuat istrinya marah. Dia pun menjawab, "Aku sedang berada di lift untuk naik ke kantorku, Eve. Ada apa?"Lift itu hampir sampai ke lantai 30. Pesan balasan Evita masuk ke ponselnya. "Deasy datang ke Jakarta, dia mencarimu!" Leon pun tertawa gembira, kakak ipar favoritnya datang berkunjung ke Jakarta."TING!"Pria tampan itu melangkah keluar dari lift dan disapa oleh kedua anak buah kepercayaannya, Adrian dan Giorgio."Ada tamu di ruangan Anda, Pak Leon," ujar Adrian yang berdiri bersebelahan dengan Giorgio di balik meja sekretaris depan ruang kantor Leon."Oke," sahut
Kini Leon sudah ahli mengganti popok bayi, serta merawat bayi dengan minyak telon, bedak bayi, serta losion bayi. "Diego ... jagoan Papi! Ututu cayaaangg ...," ucap Leon menimang-nimang puteranya sambil menggoda bayi yang terkekeh-kekeh itu sehabis memandikannya pagi ini.Sementara Evita sedang membuat makanan pendamping ASI karena putera pertamanya semakin bertambah usianya. Dia membuat bubur kentang dan daging salmon yang lembut dicampur wortel dan brokoli. Setelah selesai Evita mendekati ayah dan anak itu di balkon sambil membawa semangkuk bubur bayi."Eve, kurasa kali ini genetikku yang kuat mendominasi tampilan fisik Diego. Rambutnya semakin hitam dan iris matanya juga hitam. Aku bisa berbangga di depan abang-abangku, Leeray dan James yang selalu kalah genetiknya dari istri mereka," ujar Leon tertawa girang saat Evita menyuapi Diego di baby stroller.Sepertinya bayi laki-laki itu menyukai makanan pendamping ASI buatan maminya. Diego seolah menikmati buburnya dan menelannya begitu
"Hai, Matt. Tumben kau mencariku?" sapa Michael Benedict Indrajaya berjabat tangan dan merangkul menantunya.Mereka berdua pun duduk di sofa kantor CEO Tanurie Grup. Matthew pun mulai berbicara, "Mike, aku ingin melebarkan sayap ke bisnis di Indonesia. Kurasa di Jakarta belum ada kasino yang besar seperti di Singapore atau Macau atau sejenis di Las Vegas atau Atlantic City. Aku berpikir itu sebuah ide bisnis yang menarik untuk digarap. Bagaimana menurutmu?" Michael terpekur sejenak memikirkan ide itu lalu dia pun menjawab, "Bisnis yang menarik, tapi kau butuh uang banyak untuk setoran keamanan ke banyak pihak, Matt. Ini Indonesia, hanya yang memiliki sumber daya kuat yang mampu bertahan. Selama ini grup Tanurie dan grup Indrajaya berfokus di sarana prasarana bidang jasa niaga. Entertainment belum kami sentuh.""Papa Mertua, aku butuh bantuanmu untuk lebih mengenal negara ini dengan baik. Belum ada, tapi bisa dicoba. Oya, cucumu laki-laki dan aku ingin nanti dia yang meneruskan legacy
Leon memeluk Evita yang merasa cemas pasca kedatangan Joe Allen Leigh yang ingin membawa Diego. "Tenanglah, Eve! Pria itu sudah pergi dari rumah sakit," hibur Leon seraya membelai punggung Evita dengan lembut."Bagaimana bila hasil test DNA Diego mengatakan bahwa Joe adalah ayahnya, Hubby?" ucap Evita dengan jantung berdebar-debar.Helaan napas meluncur dari mulut Leon. Dia sendiri pun agak bingung dengan penampilan bayinya setelah lahir. Rambut Diego tidak merah seperti maminya, tidak hitam seperti Leon, melainkan kecoklatan gelap. Kemudian warna iris matanya juga biru begitu, tidak hijau, tidak pula hitam seperti dirinya.Genetik itu permainan kode DNA yang dominan dan resesif bisa teracak sempurna. Itu yang Leon tahu dari ilmu IPA yang pernah ia pelajari saat sekolah dulu. Sebetulnya kalau puteranya seperti maminya, Leon juga tidak keberatan. Ini malah bikin bingung karena tidak ada ciri khas papi maminya. Pusing!"Eve, kalau ternyata ayah kandung Diego adalah Joe. Apa yang harus k
"Hello, Eve!"Suara bass husky pria itu mengirimkan teror ke sekujur tubuh Evita. Dia mendadak gemetaran dan menatap nanar ke arah pria itu berjalan mendekatinya di bed pasien ruang ibu dan anak.Joe Allen menyeringai melihat Evita yang tampak ketakutan melihatnya. "Ckckckck ... kenapa harus takut kepadaku? Aku ingin melihat puteraku juga. Coba biarkan aku menggendongnya, Eve!" ujar Joe Allen mendekat ke samping ranjang."Jangan mendekat!" teriak Evita lalu menekan tombol panggilan untuk perawat.Diego ada di dekapannya dan sedang menyusu dengan tenang tanpa tahu bahwa maminya sedang tegang berhadapan dengan monster predator wanita."Bayi yang tampan dan sehat. Aku ingin menggendongnya!" Joe Allen mengangkat Diego dari dekapan Evita lalu menimang-nimang bayi berusia beberapa hari itu sambil berdiri.Perawat jaga bergegas masuk ke ruangan itu dan bertanya, "Apa Anda membutuhkan sesuatu, Nyonya?""Suster, pria ini berbahaya, dia mengambil puteraku!" teriak Evita histeris.Namun, Joe All
"Eve, kurasa HPL kelahiranmu sudah lewat. Kenapa anak ini tak kunjung lahir?" tanya Leon penasaran.Evita pun terpekur sejenak lalu dia berbisik di telinga suaminya, "Mungkin kau bisa membantuku kontraksi kali ini?"Dengan wajah berseri-seri Leon menjawab, "Itu keahlianku, Hot Mommy! Siap melayani dengan sepenuh hati."Perasaan bergetar saat menatap tubuh molek istrinya yang polos masih sama bagi Leon, little mermaid itu memiliki sejuta pesona yang membuatnya tak mampu berpaling. Perlahan telapak tangannya menekan perlahan bulatan indah di dada Evita. Bibirnya mencecap puncaknya yang mengalirkan susu dengan deras.Bagi Leon bercinta dengan wanita hamil memiliki sensasi istimewa tersendiri, dia sangat menyukainya. ASI dari Evita membuatnya bernostalgia dengan masa batitanya dulu yang hanya teringat samar-samar. Namun, satu yang pasti rasanya manis dan membuatnya ketagihan."Leon ... aku seperti merasa punya bayi besar," goda Evita yang membelai-belai bagian belakang kepala suaminya yan
Lisbon, Portugal.Kali ini Matthew mengajak Alice mengunjungi Lisbon Oceanarium yang terletak di perairan biru Estuary Tagus. Bangunan itu dari kejauhan tampak seperti kapal yang tinggi menjulang di atas laut yang terbuat dari kaca.Konsep tempat wisata ini mirip dengan sea world yang menampilkan kehidupan laut, ada banyak jenis ikan laut yang bisa dilihat seperti ikan hiu, ikan Puffer warna-warni, anemon laut, dan pinguin lucu yang senang berinteraksi dengan pengunjung."Matt, pinguinnya melambai kepadaku," ujar Alice terkikik geli melambai-lambaikan tangannya dengan beberapa ekor pingiun di balik kaca oceanarium.Pria itu pun tertawa geli melihat Alice dan pinguin-pinguin itu. "Wah, sepertinya kalian cocok bersahabat satu sama lain."Mereka bergandengan tangan berkeliling melihat-lihat isi oceanarium yang menarik. Ikan pari lebar melewati kaca di atas kepala mereka. Tiba-tiba ponsel Matthew berdering tanda panggilan telepon masuk. Dia segera menerimanya. "Halo?" "Halo, Boss. Saya
Sudah tiga bulan terakhir ini pria itu tak bisa menikmati hobinya berhubungan seks dengan wanita. Penyebabnya adalah alat kelaminnya mengalami radang dan bernanah bercampur darah. Ingin melakukannya, tetapi saat bergesekan atau hanya bersentuhan saja bagian yang dulu sempat jadi kebanggaannya untuk menaklukkan wanita itu tak bisa lagi digunakan karena sangat sakit.Akhirnya Belvin hanya bisa mengalihkan hasrat seksualnya dengan berhalusinasi menggunakan obat-obatan terlarang. Angel dust telah menjadi sahabatnya berfantasi. Angannya dapat terbuai melayang jauh sekalipun jiwanya sakit.Dari hari ke hari tubuhnya semakin kurus karena dia kehilangan napsu makannya dan hanya ingin berbaring dan berfantasi dalam dunia maya. Dosis obat-obatan yang dia konsumsi dari hari ke hari semakin meningkat. Awalnya hanya jenis serbuk yang dihirup melalui lubang hidung. Lama kelamaan dia menggantinya dengan jenis obat injeksi yang efeknya lebih kuat.Pergaulan yang buruk merusak tubuh, pepatah itu sung
Petang itu sebelum makan malam bersama awak kapal yacht Lady Marine, Matthew sengaja mengajak Alice ke Pastel de Belem. Bakery itu menjual Patel de Nata yang terkenal di Lisbon. Mereka memesan dua lusin makanan ringan bercita rasa manis itu untuk menjamu awak kapal.Bentuk pastel berisi krim putih bertabur bubuk kayu manis itu lebih mirip pie yang buah sebenarnya, hanya tidak menggunakan buah sebagai isiannya dan bentuknya memang seperti pastel tutup yang dipanggang.Alice menggigit sebuah Patel de Nata lalu menyuapi suaminya juga. "Aaa ... apa manis?""Manis seperti istriku!" sahut Matthew terkekeh sambil melingkarkan lengannya di sekitar pinggang Alice yang sedang duduk di high chair menunggu pesanannya.Bibir Alice mendekati bibir suaminya dan langsung disambar dengan ganas. "Aahh ... I got a strike, Boy!" seru Alice terengah menata napasnya.Matthew tertawa dan bertanya, "Why?!" "I got a monster bit my lips like a Giant Traveley fish!" ("Aku mendapat monster yang menggigit bibirk
Perlahan kapal yacht Lady Marine merapat ke dermaga Lisbon. Kapten Eugene Dunn mengarahkan kapal pesiar mewah berukuran sedang itu dengan roda kemudi kapal. "Mister Leigh, tujuan Anda dan Nyonya telah tercapai. Welcome to Lisbon!" ujarnya di depan alat pengeras suara yang terhubung ke semua ruangan di kapal yacht itu.Alice bersorak gembira dan melompat ke pelukan Matthew. "Ahh ... tak sabar rasanya untuk turun ke daratan, Hubby!" seru Alice penuh semangat.Pria tampan itu tersenyum miring menatap istrinya yang imut dan membalas, "Mungkin Lisbon tak seterkenal Paris, Rome, London, atau Amsterdam, tapi aku yakin kau pasti tidak akan melupakan petualangan romantis kita di Lisbon!"Akhirnya sauh dibuang ke dalam laut dan tali tambang kapal diikat ke tonggak dermaga. Matthew membantu Alice turun dari kapal, sedangkan Calvin membawakan koper kedua majikannya."Capt. Eugene, aku akan berjalan-jalan seminggu di Lisbon. Bersenang-senanglah juga, turun dari yacht!" seru Matthew yang mendapat