Up tiga bab ya kak. Gini kak aku mau mengumumkan pengisian koin, untuk pembaca setia Dion dan Renata bagi id kalian dong, nanti komen di kolom komentar ya kak, beserta id kak semua nanti akan diisi koin , lumayan buat buka bab berikutnya. Jangan lupa ya kak, komen dan bagi aku id kalian. Makasih kak
Meskipun mendapatkan tatapan yang tak mengenakan dari para mama tak membuat Renata kesal, dia malah menyapa semuanya dan mengangguk sebelum meninggalkan sekolahan. Dion memarkirkan mobilnya di tempat teduh yang berada di samping sekolah sehingga para mama melihat Renata berjalan kaki meninggalkan sekolahan. Karena tengah hamil Dion melarang Renata untuk mengantar Aaron ke sekolah biarlah pengasuh Aron yang menunggui Aron di sekolah dan sopir yang menjemput mereka. "Besok biar pengasuh Aron yang mengantar sekolah," titah Dion. Saat Aron berusia dua tahun pengasuhnya yang terdahulu resign sehingga Aron kini diasuh oleh pengasuh yang usianya sudah cukup tua namun meskipun begitu beliau masih bisa menjalankan pekerjannya dengan baik. "Baiklah Mas tapi nanti saat awal Aron masuk biar aku yang mengantarnya karena aku harus menyelesaikan administrasi," sahut Renata. "Kenapa nggak diselesaikan tadi sekalian?" tanya Dion. "Tadi lupa Mas nggak bawa dompet mas," jawab Renata dengan terkek
Sore harinya saat mereka sudah di rumah, Dion bertanya kepada Renata bagaimana hari pertama di sekolah, Renata tentu tidak bercerita obrolan para mama karena kalau sampai Dion tau pasti akan kesal. "Baik Mas, para mama di sana juga baik-baik kok," jawab Renata. "Oh ya Sayang besok aku harus keluar kota, aku dan Andika akan melakukan presentasi di sana mungkin pulangku agak malam," lapor Dion. "Yah, bobok sendiri dong," sahut aku Renata dengan sedikit manja. "Ya nggak dong sayang nanti kalau aku pulang langsung menyusul kamu bobok," sahut Dion. "Kan kamu tahu aku nggak bisa bobok kalau kamu nggak ngelus perutku," timpal Renata. "Nanti ngelusnya by video call ya." Dion terus membujuk istrinya sampai Renata tidak keberatan dengan kepergiannya ke luar kota besok. Keesokan paginya setelah Dion berangkat kerja, kini gantian Aron yang akan berangkat ke sekolah kali ini Aaron diantar oleh pengasuhnya yang bernama Bik Asih, sebelum berangkat Renata berpasangan kepada Bik Asih tidak us
Dion yang mendapatkan kabar Renata masuk rumah sakit menjadi sangat khawatir untung saja pekerjaannya telah selesai sehingga dia bisa langsung kembali ke ibukota. Sesampainya di rumah sakit Dion segera menuju ruang perawatan sang istri dan saat dia masuk Dion melihat Andika menunggui Renata tertidur di sisi sang istri tentu hal ini membuat Dion sedikit cemburu. Andika." Dion menggoyang tubuh Andika dan perlahan Andika membuka matanya, dirinya sungguh kaget melihat Dion apalagi dengan posisi dia tertidur di samping kakak iparnya. "Maaf Kak aku ketiduran," kata Andika. "Terima kasih telah menjaga istriku, sekarang pulang lah Andika Rea pasti menantimu di rumah," pinta Dion. "Iya kak aku tadi juga sudah bilang kok kalau aku di rumah sakit menunggui Renata," sahut Andika. Andika cukup tahu kalau Dion agak cemburu sehingga dia memutuskan untuk segera pulang daripada kecemburuan Dion semakin membesar terhadapnya, lepas dari Dion masalah baru menanti di rumah. Kali ini gantian Rea ya
Setiap hari Dion harus tersiksa karena harus puasa, entah berapa lama lagi dia harus menahan hasratnya yang setiap hari terus membara. Sehari tak bercinta membuatnya lemas, apalagi ini harus berhari-hari. "Kapan ya sayang boleh berbuka puasa," kata Dion. Renata benar-benar tidak tega melihat suaminya tapi bagaimana lagi dia juga tidak mau ambil resiko jika nekat memberikan jatahnya. "Sabarlah mas, tunggu seminggu lagi," bujuk Renata. "Matilah aku," sahut Dion. "Mati ya dikubur," timpal Renata. Dion yang lama tidak mendapatkan jatah dari sang istri pagi ini datang ke kantor dengan wajah letih, lesu dan tak bergairah. Semangatnya hilang sudah, bahkan dia meminta Andika untuk mengerjakan pekerjannya. Melihat kakaknya seperti ini membuat Andika hanya bisa menggelengkan kepala, dia cukup tahu kalau kakaknya pasti kurang jatah dari Renata. "Jatahnya belum turun kak?" tanya Andika dengan tertawa. Dion melirik Andika dengan tatapan setajam silet ini semua juga gara-gara adiknya sehing
Aron nampak senang diajak ke acara pernikahan, beberapa staf perempuan Dion nampak mengajak Aron mengobrol, malah sepanjang acara justru mereka yang mengasuh Aron bukan Dion maupun Andika."Enak ya Kak jadi atasan, anak ada yang ngasuh gratis pula," bisik Andika."Iya, aku juga heran entah mengapa mereka mau gitu ngajak Aron," sahut Dion.Memang begitulah anak buah ada rasa bangga tersendiri bisa dekat dengan atasan maupun keluarga atasan.Waktu terus berlalu setelah acara pernikahan selesai Dion dan Andika pamit pulang sedangkan Aron malah tertidur karena kekenyangan.Seusai mengantar kakaknya, Andika langsung pulang karena Arion telah menunggunya di rumah."Salam untuk keponakanku tercinta ya Andika," kata Dion."Salam juga untuk kakak ipar tercinta."Lagi-lagi Andika menggoda kakaknya, entah mengapa dia senang sekali membuat Dion kesal."Jangan kurang ajar kamu, sana pulang," sahut Dion lalu turun dari mobil Andika.Dion segera masuk ke dalam karena Aron masih tidur, saat di acara t
"Kenapa nggak langsung ke dalam saja sih Mas?" tanya Renata. "Aku ingin masuknya bersama kamu sayang," jawab Dion dengan terkekeh. Dion menggandeng tangan Renata, sebenarnya Renata merasa tak nyaman saat Dion menggandengnya karena sudah pasti dia akan menjadi pusat perhatian para mama nantinya apalagi Dion berpakaian formal seperti ini. Benar saja saat mereka masuk ke dalam Aula semua mata tertuju kepada Dion dan Renata bahkan ada beberapa suami dari Mama yang mengenal Dion. Renata kembali duduk ke tempatnya semula dan tiba-tiba salah satu mama berceloteh. "Bekerja di pasar saja pakaiannya seperti orang kaya." "Iya sok sok an seperti Bos," sahut lainnya. Bola mata Dion rasanya mau keluar, bagaimana bisa mama-mama tersebut menyebutnya bekerja di pasar dan sok sok an seperti Bos padahal memang dia adalah Bos besar. "Sembarangan kalau ngomong! memangnya saya terlihat seperti bekerja di pasar," maki Dion. Renata mencoba menenangkan suaminya dia tidak ingin membuat keributan di saa
Seringnya kegiatan di sekolah membuat Renata harus turun tangan sendiri mengantar Aron, Bik Asih yang sudah tua tentu tidak paham dengan acara-acara di sekolah.Sebenarnya dokter sudah melarang Renata untuk tidak melakukan banyak aktivitas dan juga tidak boleh capek tapi bagaimana lagi dia ingin sekali mengetahui perkembangan anaknya di sekolah sehingga dia mengabaikan kehamilan yang sudah membesar.Hingga suatu ketika, Renata merasa sakit di bagian perutnya, dia yang takut dimarahin Dion mencoba menahan rasa sakitnya dengan meminum obat pereda nyeri.Ya begitulah yang sering Renata lakukan, meminum obat pereda nyeri ketika perutnya sakit tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter."Mas waktunya aku periksa," kata Renata."Iya sayang nanti sepulang kantor kita periksa ya," sahut Dion.Awalnya Renata ingin memeriksakan kandungannya bersama Dion namun tak tahu kenapa perutnya kembali sakit dia mencoba meminum obat pereda nyeri namun sakitnya tak kunjung reda lalu dia meminta sopi
Dion hanya terdiam sembari menatap nanar sang istri, dia sungguh tak tahu harus berkata apa keduanya begitu berarti jadi dia tidak bisa memilih antara istri atau calon bayinya. "Mas, aku mohon," pinta Renata sekali lagi. Dengan langkah pelan dan hati yang tak karu-karuan Dion meninggalkan Renata yang terus memintanya untuk menyelamatkan calon bayi mereka, dia yang tidak kuat lagi memutuskan keluar untuk menenangkan diri karena hatinya sangat perih mendengar permintaan sang istri. "Bagaimana bisa aku kehilangan dirimu sayang," ucap Dion. Di depan poli kandungannDion menangis, dia seperti anak kecil yang kehilangan ibunya bahkan Dion sampai terisak sehingga membuat orang yang melihatnya merasa iba. Dokter yang belum mendapatkan jawaban berusaha bertanya kembali mengingat operasi harus segera dilaksanakan. "Jadi mana yang harus kami selamatkan?" tanya Dokter. Dion hanya bisa menggelengkan kepala dia tidak tahu mana yang seharusnya diselamatkan, dirinya jelas tidak bisa hidup tanpa
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes