Selamat membaca Kakak
Seringnya kegiatan di sekolah membuat Renata harus turun tangan sendiri mengantar Aron, Bik Asih yang sudah tua tentu tidak paham dengan acara-acara di sekolah.Sebenarnya dokter sudah melarang Renata untuk tidak melakukan banyak aktivitas dan juga tidak boleh capek tapi bagaimana lagi dia ingin sekali mengetahui perkembangan anaknya di sekolah sehingga dia mengabaikan kehamilan yang sudah membesar.Hingga suatu ketika, Renata merasa sakit di bagian perutnya, dia yang takut dimarahin Dion mencoba menahan rasa sakitnya dengan meminum obat pereda nyeri.Ya begitulah yang sering Renata lakukan, meminum obat pereda nyeri ketika perutnya sakit tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter."Mas waktunya aku periksa," kata Renata."Iya sayang nanti sepulang kantor kita periksa ya," sahut Dion.Awalnya Renata ingin memeriksakan kandungannya bersama Dion namun tak tahu kenapa perutnya kembali sakit dia mencoba meminum obat pereda nyeri namun sakitnya tak kunjung reda lalu dia meminta sopi
Dion hanya terdiam sembari menatap nanar sang istri, dia sungguh tak tahu harus berkata apa keduanya begitu berarti jadi dia tidak bisa memilih antara istri atau calon bayinya. "Mas, aku mohon," pinta Renata sekali lagi. Dengan langkah pelan dan hati yang tak karu-karuan Dion meninggalkan Renata yang terus memintanya untuk menyelamatkan calon bayi mereka, dia yang tidak kuat lagi memutuskan keluar untuk menenangkan diri karena hatinya sangat perih mendengar permintaan sang istri. "Bagaimana bisa aku kehilangan dirimu sayang," ucap Dion. Di depan poli kandungannDion menangis, dia seperti anak kecil yang kehilangan ibunya bahkan Dion sampai terisak sehingga membuat orang yang melihatnya merasa iba. Dokter yang belum mendapatkan jawaban berusaha bertanya kembali mengingat operasi harus segera dilaksanakan. "Jadi mana yang harus kami selamatkan?" tanya Dokter. Dion hanya bisa menggelengkan kepala dia tidak tahu mana yang seharusnya diselamatkan, dirinya jelas tidak bisa hidup tanpa
"Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya Tuan, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, berusaha menyelamatkan keduanya namun Tuhan berkehendak lain, bayi anda tidak bisa kami selamatkan karena memang keadaannya sudah lemah saat masih di dalam perut," jawab Dokter.Dion mundur selangkah,kakinya begitu lemas sehingga tidak mampu menopang tubuhnya. Andika segera berdiri di belakang kakaknya agar kakanya tidak terjatuh.Tak hanya Dion, Andika juga bersedih karena calon keponakannya telah meninggal padahal semua telah menantikan kehadirannya di dunia ini."Bagaimana dengan mamanya Dok?" tanya Andika.Lagi-lagi raut wajah dokter menunjukan hal yang buruk. Sehingga Dion langsung histeris dan memaki serta mengancam semua Dokter."Beraninya kalian! kalian tidak bisa menyelamatkan anakku dan jangan bilang kalau istriku juga tidak bisa kalian selamatkan!" teriak Dion."Lihatlah apa yang akan aku lakukan jika sampai terjadi apa-apa dengan istriku!" ancam Dion.Andika mengelus punggung kakaknya, dia
Dion dan Andika tak kuasa mendengar ucapan Aron, hati mereka perih meminta permintaan sederhana Aron kepada mamanya yang terus memejamkan matanya. Andika melarang Dion yang ingin membawa anaknya keluar. "Biarlah Kak, siapa tahu dengan ucapan Aron membuat Renata bangun," cegah Andika. "Aku takut Aron akan membuat keadaan mamanya semakin memburuk Andika," sahut Dion. "Nggak Kak biarin saja," timpal Andika. Sebenarnya keluar masuk ruang ICU tidak diperbolehkan namun karena Dion orang berkuasa di rumah sakit tentu pihak rumah sakit tidak bisa melarang apa yang dilakukan Dion dan keluarganya. Aron terus menangis di samping mamanya dia juga terus mengoceh berbicara mengenai adiknya yang sudah tiada, Aron berkata kepada mamanya kalau dia sangat sedih karena belum sempat mengajak adiknya bermain. "Adik kini telah bersama Tuhan Ma dan Mama sekarang bangun ya ikut Aron pulang. Aron sangat sedih kehilangan adik dan hanya mama yang bisa membuat Aron tidak sedih lagi karena Papa dari tadi ha
Andika yang mendengarkan Renatan perlahan membuka matanya dia nampak senang karena Renata sudah sadar. "Syukurlah Renata kamu sudah sadar," kata Andika dengan senang. Andika mencoba membangunkan Dion tapi oleh Renata dilarang, dia tidak ingin mengganggu Dion istirahat. "Jangan dibangunkan Mas, biarlah mas Dion istirahat," kata Renata. Andika menurut, dia membiarkan Dion tidur biar Renata dia yang menemani. "Mas aku haus," ucap Renata. Andika segera mengambil air, dia meminta Renata untuk minum beberapa teguk saja mengingat dia baru saja menjalani operasi. "Mas aku masih haus." "Kamu nggak boleh banyak minum dulu, untuk sementara itu dulu ya," sahut Andika. Andika memencet tombol agar dokter datang untuk memeriksa keadaan Renata dan saat Dokter datang untuk memeriksa keadaan Renata Dion baru terbangun. "Sayang, kamu sudah bangun?" Dion sangat senang karena Renata sudah sadar, setelah diperiksa Dion langsung memeluk istrinya, dia sangat bahagia karena Renata telah melewati mas
Bug Tubuh seorang wanita muda terpental setelah tak sengaja dia menabrak pria yang berada di depannya. "Ouw sakit," pekik wanita muda tersebut yang bernama Arini. Akibat ulahnya ini sepasang mata menatapnya dengan tatapan memangsa karena berkas-berkas yang dia bawa terjatuh dan berantakan semua. Pandangan Arini dan pria tersebut saling bertemu lalu Arini berdiri dan meminta maaf kepada pria tersebut. "Maaf, saya tidak sengaja," kata Arini. "Kalau minta maaf itu berguna tidak akan ada polisi di dunia ini," sahutnya dengan dingin. Arini segera menggambil berkas yang berceceran di lantai, meskipun pria yang berdiri di depannya kini tidak menerima permintaan maafnya tapi dia tetap beritikad baik untuk memperbaiki kekacauan yang dia buat. "Terserah maafku berguna apa tidak yang terpenting aku sudah meminta maaf dan aku mengaku salah," kata Arini dengan tegas. Pria tersebut mengepalkan tangannya dia tak terima dengan ucapan Arini namun pria lain yang bersamanya mencoba menenangkan d
Tak terasa dua puluh tahun telah berlalu, Aron dan Arion kini telah dewasa, setelah lulus kuliah S1, Aron menggantikan posisi papanya sebagai CEO sedangkan Arion juga menggantikan posisi papanya sebagai wakil CEO mendampingi Aron.Dion dan Andika memutuskan pensiun dan menyerahkan urusan kantor kepada anak-anak mereka, posisi mereka sama seperti posisi Dion dan Andika dulu sedangkan Jerry memilih resign dan hidup diluar negeri bersama keluarga barunya.Setelah adik Dion meninggal Renata benar-benar tidak ingin melahirkan lagi biarlah anaknya Dion seorang daripada dia harus kehilangan lagi.Aron dan Arion berbeda satu tahun, namun mereka satu angkatan. Mereka seperti saudara kembar karena dimana ada Aron pasti ada Arion.Mereka kuliah di kampus yang sama dan saat kuliah mereka kenal dengan wanita yang bernama Rebecca, awal melihat Rebecca Aron langsung jatuh hati namun Rebecca hanya mencintai Arion yang lebih dewasa dan hangat daripada Aron yang sedikit tempramen.Saat lulus kuliah, Aro
Jam makan siang telah tiba, Aron yang ingin mengajak Arion makan bersama pergi ke ruangan adik sepupunya, saat dia membuka pintu betapa kagetnya dia ternyata di dalam Arion dan Rebecca saling berpelukan tentu hal ini membuat Aron sakit hati dan marah. Aron kembali ke ruangannya dengan perasaan yang hancur, meskipun dia telah ditolak oleh Rebecca tapi rasa cinta terhadap sekertarisnya tersebut seolah tak pernah padam. "Kenapa, rasa ini terus menyiksaku," kata Aron. Hari Ini adalah akhir bulan dimana Arini terakhir magang di kantor Aron, oleh karena itu dia ingin menemui Aron untuk mengantar berkas-berkasnya sesuai petunjuk dari atasannya. "Permisi pak." Arini langsung masuk dan menghadap Aron yang duduk di kursi kebesarannya. "Ada apa?" tanya Aron. "Saya mau memberikan berkas saya pak," jawab Arini. "Taruh saja lalu keluarlah!" titah Aron. Arini perlahan membalikan badan namun dia kembali lagi dan memohon pada Aron untuk memaafkan kesalahannya waktu itu dan menerimanya kembali
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes