Selamat membaca kakak
Bug Tubuh seorang wanita muda terpental setelah tak sengaja dia menabrak pria yang berada di depannya. "Ouw sakit," pekik wanita muda tersebut yang bernama Arini. Akibat ulahnya ini sepasang mata menatapnya dengan tatapan memangsa karena berkas-berkas yang dia bawa terjatuh dan berantakan semua. Pandangan Arini dan pria tersebut saling bertemu lalu Arini berdiri dan meminta maaf kepada pria tersebut. "Maaf, saya tidak sengaja," kata Arini. "Kalau minta maaf itu berguna tidak akan ada polisi di dunia ini," sahutnya dengan dingin. Arini segera menggambil berkas yang berceceran di lantai, meskipun pria yang berdiri di depannya kini tidak menerima permintaan maafnya tapi dia tetap beritikad baik untuk memperbaiki kekacauan yang dia buat. "Terserah maafku berguna apa tidak yang terpenting aku sudah meminta maaf dan aku mengaku salah," kata Arini dengan tegas. Pria tersebut mengepalkan tangannya dia tak terima dengan ucapan Arini namun pria lain yang bersamanya mencoba menenangkan d
Tak terasa dua puluh tahun telah berlalu, Aron dan Arion kini telah dewasa, setelah lulus kuliah S1, Aron menggantikan posisi papanya sebagai CEO sedangkan Arion juga menggantikan posisi papanya sebagai wakil CEO mendampingi Aron.Dion dan Andika memutuskan pensiun dan menyerahkan urusan kantor kepada anak-anak mereka, posisi mereka sama seperti posisi Dion dan Andika dulu sedangkan Jerry memilih resign dan hidup diluar negeri bersama keluarga barunya.Setelah adik Dion meninggal Renata benar-benar tidak ingin melahirkan lagi biarlah anaknya Dion seorang daripada dia harus kehilangan lagi.Aron dan Arion berbeda satu tahun, namun mereka satu angkatan. Mereka seperti saudara kembar karena dimana ada Aron pasti ada Arion.Mereka kuliah di kampus yang sama dan saat kuliah mereka kenal dengan wanita yang bernama Rebecca, awal melihat Rebecca Aron langsung jatuh hati namun Rebecca hanya mencintai Arion yang lebih dewasa dan hangat daripada Aron yang sedikit tempramen.Saat lulus kuliah, Aro
Jam makan siang telah tiba, Aron yang ingin mengajak Arion makan bersama pergi ke ruangan adik sepupunya, saat dia membuka pintu betapa kagetnya dia ternyata di dalam Arion dan Rebecca saling berpelukan tentu hal ini membuat Aron sakit hati dan marah. Aron kembali ke ruangannya dengan perasaan yang hancur, meskipun dia telah ditolak oleh Rebecca tapi rasa cinta terhadap sekertarisnya tersebut seolah tak pernah padam. "Kenapa, rasa ini terus menyiksaku," kata Aron. Hari Ini adalah akhir bulan dimana Arini terakhir magang di kantor Aron, oleh karena itu dia ingin menemui Aron untuk mengantar berkas-berkasnya sesuai petunjuk dari atasannya. "Permisi pak." Arini langsung masuk dan menghadap Aron yang duduk di kursi kebesarannya. "Ada apa?" tanya Aron. "Saya mau memberikan berkas saya pak," jawab Arini. "Taruh saja lalu keluarlah!" titah Aron. Arini perlahan membalikan badan namun dia kembali lagi dan memohon pada Aron untuk memaafkan kesalahannya waktu itu dan menerimanya kembali
Senyum Arion benar-benar membuat Arini meleleh, jantungnya tiba-tiba berdebar hebat seperti genderang yang ditabuh dengan cepat. Tak bisa dipungkiri wajah Arion tak kalah dengan Aron, bahkan wajah Aron bak oppa-oppa Korea. "Apa yang terjadi denganku?" gumam Arini dengan memegangi dadanya. Meski Arion telah pergi namun mata Arini terus memandang arah dimana Arion berjalan. Dengan hati yang riang Arini kembali ke meja kerjanya, pikirannya melayang memikirkan Arion. "Rin kamu kok senyum-senyum sendiri, habis kesambet ya?" tanya Vilia yang heran melihat temannya. "Hooh kesambet Pak Arion," jawab Arini tanpa sadar. Sontak Arini menutup mulutnya lalu dia meralat ucapannya. "Eh maksudnya Pak Aron," ucap Arini. Arini sengaja bilang Aron karena sebentar lagi Aron akan menjadi suaminya. "Kamu bahagia akan menikah dengan Pak Aron?" tanya Vilia. Raut wajah Arini kini berubah, tentu dia sangat bersedih menikah dengan Aron pasalnya setelah sakit hati Aron sembuh dia diceraikan yang otomat
Pernikahan Aron dan Arini yang serba dadakan membuat semua persiapannya juga dadakan dan semua dilakukan dengan sederhana pula. "Nggak papa lah Ma, yang penting sah dulu nanti baru resepsinya kita buat semeriah mungkin," kata Aron. "Kamu itu anak satu-satunya Aron, kami ingin merayakan pesta pernikahan kamu dengan meriah," sahut Renata. "Iya Ma, Aron paham. Tapi gimana lagi Aron ingin secepatnya menikah daripada Aron tidak kuat iman dan cicip dulu," timpal Aron beralasan. Renata menghela nafas memang benar apa yang dikatakan anaknya daripada sebelum menikah mereka melakukan hal-hal yang dilarang lebih baik mereka menikah lebih dahulu. "Baiklah tapi beberapa bulan ke depan kami akan merayakan pesta pernikahan kamu dengan meriah," tukas Renata. Aron mengangguk sambil tersenyum licik, beberapa bulan ke depan bukan pernikahan mewah yang akan terjadi melainkan perpisahannya dengan Arini. Keesokannya di kantor saat Arini berangkat tak sengaja dia melihat Arion baru turun dari mobilny
Untuk bulan madu Dion sudah membelikan tiket ke Selandia baru, menurut Dion Selandia Baru adalah negara yang cocok dijadikan tempat bulan madu. "Papa sudah membelikan tiket bulan madu untuk kalian berdua, semua sudah Papa persiapkan jadi lusa kalian tinggal berangkat saja," kata Dion. Aron yang tidak ingin pergi berbulan madu mengemukakan berbagai alasannya, harus bertemu klien lah, harus mengurusi kantor cabang lah, masih sibuk dengan urusan lah dan lain-lainnya. Dion merasa kesal dengan Aron yang lebih mementingkan pekerjaan daripada berbulan madu. "Papa sudah menyuruh Arion untuk menghandle semua urusan kantor," sahut Dion. "Tapi kasian Arion jika harus mengurus kantor sendiri," sahut Aron. Dion dan Renata menatap sikap tak wajar anaknya, padahal pasangan suami istri yang baru menikah sangat antusias untuk berbulan madu. "Kamu khawatir sekali, bukankah Arion dibantu oleh Rebecca. Sudahlah Aron kamu nggak usah khawatir jika Arion dan Rebecca tidak sanggup menangani pekerjaan d
Arini menghela nafas hatinya merasa sakit dengan ucapan Aaron, tak ingin debat lagi dia memutuskan untuk diam sembari berdoa agar pesawat bisa mendarat dengan selamat. Tak terasa waktu cepat berlalu pesawat mulai terbebas dari awan hitam yang sedari tadi membuat semua penumpang panik. Kini pesawat telah berhasil mendarat dengan selamat di Bandara Internasional kota Wellington. "Akhirnya mendarat juga," kata Arini. Aron turun terlebih dahulu meninggalkan Arini yang masih di tempat duduknya, saat akan beranjak Arini mengambil baju Aron, dia berniat untuk mencucinya karena sayang dengan baju Aron yang masih bagus. Cuaca di negara Selandia Baru cukup dingin setelah Aron mendapatkan travel bag-nya dia segera mengambil jaket dan memakainya begitu pula dengan Arini. Untung Renata mengingatkan Arini kalau di negara Selandia Baru tengah musim dingin sehingga Arini membawa jaket tebal dan sweater. Berapa jam di burung besi, membuat Arini sangat lelah dan setibanya di kamar hotel dia langs
Aron yang kelelahan tertidur tepat di samping Arini dengan tangan yang masih memegang kompres.Berkat perawatan yang baik dari Aron suhu tubuh Arini cepat kembali normal dan perlahan dia membuka matanya.Mata Arini berputar melihat sekelilingnya dan saat melihat ke samping dia melihat Aron yang tertidur."Kalau tidur manis sekali," gumam Arini.Bibir Arini menyunggingkan senyuman meskipun Aron sangat jahat terhadapnya tapi ketika dia sakit Aron tetap merawatnya dengan baik."Terima kasih Pak sudah merawat saya dengan baik," kata Arini dengan mata yang tak terlepas dari wajah Aron.Aron mulai menunjukkan pergerakan dan Arini menutup matanya kembali, lebih baik dia berpura-pura tidur sebelum Aron kembali ke mode iblis.Tiba-tiba Aron membuka matanya dengan tersentak dia melihat Arini, tangannya tergerak untuk mengecek suhu tubuh Arini."Sudah normal tapi dia belum bangun," gumam Aron.Aron meletakkan kompres yang dia bawa dan perlahan membuka selimut yang paling atas agar Arini tidak kep
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes