Selamat malam kak Selamat membaca, makasih Kak
Ucapan Papanya sempat melayang di pikiran Arion, namun sebisa mungkin Arion menghilangkannya, menurut Arion menikah bukanlah perkara mudah mengingat banyaknya cobaan yang akan datang setelah pernikahan. Keesokan paginya seperti biasa Ratih membangunkan Dania, tidur hanya beberapa jam lagi-lagi membuat Dania masih mengantuk. "Kamu masih mengantuk, semalam pulang jam berapa?" tanya Ratih. "Kami pulang sangat larut," jawab Dania. "Memangnya dari mana saja?" tanya Ratih lagi. "Kami menonton lalu pergi ke pantai," jawab Dania. Hati Ratih benar-benar memanas dia tidak menyangka kalau Dania begitu dekat dengan Arion. "Jangan diulangi lagi Dania karena kamu akan rugi sendiri bila kurang tidur," sahut Ratih. Dania mengangguk meski dia tidak yakin bisa menolak kemauan Arion, karena bisa saja Arion malah memerintahnya. Saat menyiapkan sarapan, Rea dapat melihat jika Dania kurang tidur namun meskipun begitu dia tetep melaksanakan pekerjaannya dengan sangat baik. "Lain kali jika diajak ke
Dania memejamkan matanya, merasakan pelukan Arion yang begitu erat. Entah mengapa tubuhnya merespon dan mengijinkan Arion memelukanya tanpa melakukan penolakan."Aku merasa nyaman dalam pelukannya, apa artinya ini," batin Dania.Kedua insan ini hanyut dalam perasaan masing-masing, suasana hening membuat mereka betah berpelukan di tengah danau yang cukup dingin."Tuan sudah," kata Dania memecah keheningan diantara mereka."Sebentar lagi, aku nyaman dalam posisi seperti ini," sahut Arion.Dania kembali memberikan Aron waktu, dia membiarkan tangan Arion melingkar erat di perutnya.Beberapa saat kemudian Arion melepaskan pelukannya lalu dia memutar tubuh Dania dan menatapnya."Maafkan aku karena berani memelukmu Dania," kata Arion.Dania hanya diam, dia tidak tau harus senang atau marah atas sikap berani Arion."Apa kamu marah Dania?" tanya Arion."Saya tidak tau Tuan, apa yang saya rasakan ini masuk ke dalam rasa marah atau rasa senang," jawab Dania.Dania memang berbeda dengan perempuan
Waktu berjalan dengan cepat, tak terasa sudah seminggu Aron dan Arini berada di Amerika. Pengobatan Arini kali ini dibilang membuahkan hasil karena menurut pemeriksaan Dokter rahim Arini sudah normal kembali yang kemungkinan dakam waktu dekat mereka bisa punya anak. Tangis bahagia keluar dari mata Arini, akhirnya Tuhan menjawab doanya, keinginan untuk melihat Mama mertuanya menimang cucu akan segera terkabul. "Akhirnya Mama sebentar lagi akan menimang cucu Mas," kata Arini. "Iya sayang, dan aku akan menjadi seorang ayah," sahut Aron. "Aku benar-benar ingin melihat Mama bahagia Mas, beliau sangat mendambakan seorang cucu," timpal Arini. Aron sangat bersyukur memiliki istri yang amat sayang menyayangi mamanya, Arini berusaha keras agar bisa hamil karena ingin melihat kebahagian mamanya. "Terima kasih Sayang, sudah menyayangi mamaku seperti ini, bahkan untuk menyenangkan hatinya kamu rela berjuang keras," ucap Aron. Semua bukan tanpa sebab, hukum tebar tuai berlaku. Renata juga ama
Saat bersamaan Dania datang untuk memberitahukan jika makan malam telah siap, entah mengapa melihat Arion dan Indira membuatnya sedikit tidak nyaman. "Nyonya, Tuan, makan malam sudah siap," kata Indira. Tau ada Indira perlahan Arion agak menjauh dari Indira, meskipun dia dan Dania tidak ada hubungan apa-apa namun Arion merasa tidak enak dengan Dania. "Iya Dania," sahut Rea lalu mengajak Indira untuk masuk ke dalam. Sebelum Dania kembali, Rea memerintahnya untuk meletakkan koper Indira ke kamar tamu. Setelah melaksanakan perintah Rea, Dania segera kembali ke dapur dan saat itulah Ratih mendekatinya. "Kata ibu dia adalah anak asisten Papa Tuan Andika, kelihatannya dia sangat dekat dengan Tuan Muda Arion," kata Ratih yang mencoba memanas-manasi Dania. Meskipun ada rasa tidak nyaman di hatinya namun Dania mencoba tersenyum, dia tidak ingin termakan omongan Ratih toh dia dan Arion juga tidak ada hubungan apa-apa. "Ya syukurlah kalau Tuan Arion dekat dengan wanita, kan Nyonya Rea jug
Dania terperangah dengan pengakuan Arion, dia sungguh tidak menyangka jika Arion memikirkan dirinya. "Apa itu benar Tuan?" tanya Dania. "Benar, untuk apa aku berbohong Dania," jawab Arion. Dania melemparkan tatapannya, di sisi lain dia senang karena Arion juga memikirkannya namun disisi lain dia juga bingung, pasalnya Arion dan Indira juga sangat dekat. "Bagaimana dengan kamu Dania? apa kamu juga merasakan hal yang sama?" tanya Arion. Tanpa menatap Arion Dania mengangguk, dia juga merasakan hal yang sama. Setiap saat Arion juga mengganggu pikirannya bahkan saat tidur Arion juga hadir dalam alam mimpinya. Mendapatkan kode dari Dania membuat Arion sangat senang, tanpa aba-aba dia memeluk Dania dengan erat. "Aku sangat senang karena kamu memiliki perasaan yang sama," bisik Arion. "I love you," sambungnya. Perlahan Dania melepas pelukan Arion, dia sangat senang mendengar tiga kata ajaib dari Arion namun bagaimana dengan Indira? "Kenapa?" tanya Arion. "Saya sangat senang karena a
Dania menghela nafas, Arion benar-benar membuatnya kesal. Untuk kedua kalinya Dania mencium beberapa bagian wajah Arion kekasihnya. "Terima kasih sayang, baiklah aku akan segera masuk," kata Arion dengan tertawa bahagia. Selepas kepergian Arion, Ratih datang untuk membantu Dania membersihkan halaman depan setelah dia membersihkan halaman belakang. Setelah membersihkan halaman, mereka berdua pergi ke dapur untuk membantu para pelayan yang lain, Ratih terus mmperhatikan Dania karena pagi ini Dania terlihat sangat sumringah berbeda dengan sebelumnya. "Aku perhatikan kamu sumringah, ada apa?" tanya Ratih. "Sumringah gimana sih Ratih," tanya Dania balik. "Ya kamu sangat bahagia," jawab Ratih. Dania tersenyum sambil menggelengkan kepala, Ratih sangat kepo sekali dengan dirinya padahal dia tidak kepo dengan urusan Ratih. Seusai memasak, Dania menyajikan makanan di meja makan saat bersamaan Arion, Rea, Andika dan Indira datang untuk sarapan. "Pagi Dania," sapa Rea. "Pagi Nyonya," bal
"Arion batas waktunya sampai pukul sepuluh jangan lebih," teriak Rea. "Baiklah Ma pukul sebelas kan?" balas Arion dari ambang pintu kamar mamanya. Rea hanya bisa menghela nafas akan sikap Arion tapi dia juga tidak bisa mengekang Arion mengingat Arion kini sudah dewasa. Setelah mendapatkan ijin dari mamanya Arion segera mengajak Dania berangkat karena nanti mereka harus mampir ke butik untuk beli baju. "Ayo turun," titah Arion. "Ngapain ke butik Tuan?" tanya Dania. "Bercinta," jawab Arion asal. Dania sontak melirik Arion, mana ada ke butik untuk bercinta bahkan sebelum mulai bercinta mereka bisa diusir. Tau Dania meliriknya dengan tajam membuat Arion terkekeh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Lirikan maut kamu membuat aku deg-degan," kata Arion. "Lagian saya bertanya baik-baik jawabnya seperti itu," sahut Dania. "Yang aneh itu ya kamu, kita ke butik ya jelas untuk beli baju ngapain bertanya," timpal Arion. Tak ingin membuang waktu lagi, Arion segera mengajak Dani
"Tuan apa anda sadar dengan apa yang anda ucapkan?" tanya Dania. "Aku sadar Dania," jawab Arion. Dania meminta Arion untuk memikirkan kembali apa yang diucapkannya, menikah tidak semudah membalikan telapak tangan apalagi status mereka yang sangat berbeda jauh. Bagi Arion kaya dan miskin bukan menjadi sebuah ukuran dalam menentukan seorang pasangan, karena yang dibutuhkan adalah cinta bukan derajat yang tinggi. "Entahlah Tuan," sahut Dania lalu melemparkan tatapannya keluar jendela. Keputusan menikah dirasa terlalu cepat mengingat mereka baru saja menjalin kasih bahkan kedua orang tua Arion pun belum tahu hubungan mereka. Karena waktu masih menunjukkan pukul sembilan, Arion mengajak Dania ke sebuah taman yang terletak di pinggiran kota, dia masih ingin menghabiskan waktunya bersama Dania sejenak. "Kenapa kita nggak pulang saja sih Tuan, kenapa harus mampir ke taman?" protes Dania. "Kamu tuh kenapa sih sayang, aku itu ingin bersama kamu, menghabiskan waktu bersama kekasihku, kam
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes