Share

Mati Kau, Jampang!

Penulis: LastCurse
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

***

Seharian itu acara Chandrakanta sangat padat. Ia harus menghadiri pertemuan dengan beberapa golongan masyarakat. Pun harus memeriksa perkebunan. nelayan-nelayan orang-orang pasar yang sudah membuat janji temu.

Dari sekian banyak kepadatannya itu tentulah bayangan Malini tak bisa lepas dari benaknya. Apalagi terlihat hubungannya dengan Malini akhir-akhir ini memang sedikit mengalami kemajuan.

"Lamarlah wanita baik itu," ucap Yuvati ketika Chandrakanta meminta pendapatnya mengenai wanita malang yang juga dikenal oleh istri pertamanya itu.

"Tapi saat ini ia masih berstatus sebagai istri seseorang dan sepertinya hal itu amat sangat dimanfaatkan oleh Prabawa Suhita dan Walimah."

"Ya, aku tahu mereka memang keluarga yang jahat. Aku merasa bersyukur dan bahagia walau belum terwujud. Entah esok atau lusa mungkin Malini akan bisa terlepas dari jeratan keluarganya dan kehidupan rumah tangganya yang seperti neraka. Aku sangat kasihan kepadanya."

"Apakah kau tidak cemburu?" tanya Chandrakanta
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Tini Wartini
Juragan bucin sm Malini
goodnovel comment avatar
Woro Arkandini
kereeeen abis bos
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Leher Taruhannya!

    Untungnya pria bernama Leman meminta Chandrakanta pergi ke pasar. Sepertinya pria tua itu sudah menduga akan terjadi sesuatu. Dan benar saja.Terjangan demi terjangan Chandrakanta berikan kepada pria yang kerap dipanggil Si Jampang. Tak mudah mengalahkan pria besar tinggi dengan tubuh kekar dengan kulit legam dan mata seperti elang. Namun, Chandrakanta seolah memiliki sesuatu di dalam dirinya itu sangat berkobar amarahnya.Selain memang rasa cintanya yang sedang membuncah-buncah, tapi karena memang sesuatu dalam dirinya itu tak menyukai jika ada wanita yang tengah teraniaya.Malini yang menyaksikan adegan demi adegan tak kuasa menahan air matanya. Mungkin ia tak paham karakter juragan yang pernah disebutnya sebagai juragan cabul itu. Mungkin saja ia tidak akan menolak lagi jika mengetahui bahwa pria yang tengah bertarung dengan orang yang ditakuti hampir di seluruh desa ini menyerahkan nyawanya untuk membelanya mati-matian.Beberapa orang nampak melerai. Namun, tetap saja pemilik pasa

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Di sebuah Petakan Nomor Enam Belas

    Malini memandangi Yuvati dan Leon yang semakin menjauh. Ia masih merasa tak enak hati atas keberadaan dirinya di dalam mobil Chandrakanta."Maafkan saya, juragan. Sungguh ...." ucapnya."Mengapa harus minta maaf?""Tadi putra juragan .....""Tak usah dipermasalahkan. Yuvati pasti bisa menghibur Leon. Apa kamu ingin pulang atau ada sebuah tempat yang ingin kamu singgahi terlebih dahulu?""Tempat? Tempat apa, juragan?" tanya Malini masih dengan suara yang bergetar karena takut."Tidak bisakah kamu menyingkirkan pikiran buruk tentangku?" Chandrakanta mulai memutar kunci mobil dan menyalakan mesin."Maaf juragan, maksud saya bukan seperti itu ....""Aku hanya ingin mengajakmu ke sebuah tempat. Kamu tidak perlu turun dari mobil. Aku bisa mengambilkan beberapa potong kain, kebaya dan selendang baru. Kamu tidak mungkin pulang dalam keadaan seperti itu. Pucat, berdarah dengan kebaya dan selendang robek. Lihat robekan kain itu! Tidak kah kamu membayangkan bagaimana perasaan anak-anakmu? Apa p

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Suaminya Berkeringat Bersama Wanita Lain

    "Kau mau apa?" suara Candrakanta mengurungkan niatan Malini untuk mengetuk pintu petakan nomor enam belas itu. "Ada Mas Prabawa di dalam sana," ucapnya sambil menahan derai air mata yang akan tumpah ruah."Lalu?" tanya Chandrakanta. Matanya sedikit membeliak. Mungkin menyayangkan perbuatan itu. Jika benar memang hampir terjadi."Saya ingin menanyakan kepadanya. Apakah ia akan memilih atau wanita itu?""Malini bodoh! Jelas saja ia akan memilih wanita yang lebih cantik dan menggairahkan itu. Suamimu itu sudah berubah menjadi setan. Kau masih membelanya!" Berang Chandrakanta mengangkat Malini pada pundaknya membiarkan mata indah itu menyaksikan adegan demi adegan dengan mata cantiknya tanpa ada yang ditutup-tutupi.Malini hampir saja terpekik. Namun, ia menggigit bibirnya sambil menahan gemuruh di dalam dada. Dalam penglihatannya ia menyaksikan Prabawa tengah tidur terlentang tanpa busana.Di atasnya ada seorang wanita dengan kulit kuning langsat, rambut tergerai, begitu cantik dan gem

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Meminta Persetujuan Untuk Menikah Lagi

    Tak pernah terbayangkan oleh Chandrakanta sebelumnya, bahwa wanita yang dipanggil ibu oleh Moko, Prabawa, Walimah dan Malini itu amat sangat menyukai harta benda. Terutama barang-barang mewah, mahal dan berharga. Harusnya seorang ibu itu adalah menjadi Madrasah, pengayom, tempat belajar dan berlindung anak-anaknya dari jalan berkelok dan kesesatan. Chandrakanta hanya menyunggingkan senyum kecil ketika tau watak Suhita terkuat satu persatu di hadapannya."Kini aku menyaksikan di hadapanku sendiri bagaimana perangai anda sebenarnya, Bu!" ucapnya. mencoba untuk santun."Seperti yang anda tahu apapun itu yang kalian minta, sebesar apapun, semewah apapun, semahal apapun, aku tidak akan pernah merasa keberatan," ucapnya lalu mulai mengeluarkan selembar catatan yang terlihat sudah dipersiapkannya sedemikian rupa."Silakan anda catat, apa-apa saja yang anda inginkan. Aku akan menyelesaikannya dua atau tiga hari lagi. Jangan lupa surat perceraian Prabawa dan Malini, ku tunggu juga. Jangan ad

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Rapal Mantra Kematian

    ***"Beginilah kalau membuat janji dengan seseorang yang licik, tamak, yang tidak ingin mau kalah. Mengapa Jampang mengutusmu, wahai pria berkostum hitam?" tanyaChandrakanta.Jari jemarinya menjentik di atas kepala. Urat-urat ungu kebiruan yang menyembul dengan paksa seolah mereda dan kulit wajah si pria kembali seperti semula."Ampun juragan!" ucapnya lalu menundukkan kepalanya di atas lantai keramik dingin."Haruskah aku kirim Rapalan Mantra Pencabut Nyawa untuk junjunganmu itu?"Chandrakanta bertanya dalam."Hanya ingin memastikan juragan menepati janji atau tidak? Ampun juragan!" ucap pria itu masih belum bisa mengangkat wajahnya."Oh begitu kah? Kau boleh berkeliling kampung. Menanyakan kepada orang-orang, bagaimana diriku? Betapa diriku menepati janji. Apalagi jika merupakan hal-hal sebagai bentuk pertanggungjawaban dari seorang pria untuk wanitanya. Aku bukan Prabawa aku Chandrakanta. Ingat itu!"Yuvati menyerahkan telepon genggam Chandrakanta. Pria dengan wajah yang berang it

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Apakah Aku Cemburu ?

    Walimah, Suhita, Prabawa tertunduk lemas karena sesuatu seolah terkirim dalam hitungan detik saja setelah Jampang memberitahukan keadaan Malini yang tersiksa dan sekarat karena ulah ketiga orang itu.Tentu saja Chandrakanta tidak akan pernah rela jika calon istri kelimanya, wanita yang amat ia sayangi dan ia gandrungi, terluka atau lecet sedikitpun.Berulang kali ia mewanti-wanti agar tidak boleh seorangpun menyakitinya. Tapi seolah ingin bermain-main dengan murka. Baik Prabawa, Suhita dan Walimah seolah tak mengindahkan larangan itu.Salah siapa jika ketiganya saat ini tergantung di dinding seperti laba-laba yang menempel erat dengan jari jemari yang terbalik, leher yang setengah tercekik dan bola mata yang hampir membelalak keluar. Wajah ketiganya pun sudah berubah menjadi keunguan. Bibir pucatnya hanya lamat-lamat meminta maaf memanggil-manggil nama Chandrakanta dan Malini.Jampang bergidik ngeri, seolah menyaksikan drama ulang adegan ketika dirinya sekarat beberapa jam lalu. "Beg

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Kembali Menabuh Genderang Perang

    ***Perawat bertubuh mungil itu mengganti baju seragamnya. Mengenakan celana bahan dan kaos berwarna terang. Tak lupa mengenakan jaket berbahan dasar jeans yang tebal, mengenakan helm lalu berpamitan kepada beberapa orang teman sejawatnya yang juga berada di parkiran belakang rumah sakit Istimewa itu.Tak lama setelah menstarter motor tua yang didapat dari peninggalan ayahnya, ia menyusuri jalan dengan sebuah perasaan yang gamang."Beruntung ... sekali wanita itu!" ucapnya lirih. Entah siapa yang dibicarakannya.Tiga puluh menit kemudian. Perempuan berambut panjang lurus itu, tiba di sebuah rumah sederhana yang disewanya bersama seorang kakak perempuannya.Mematikan motor, membuka helm lalu membawa motor tua itu pada sebuah ruangan yang lusuh. Selusuh wajahnya. Kemenakan perempuannya mengulurkan tangan, meminta oleh-oleh. Namun, wanita muda itu seolah lupa."Maaf sayang, bibi lupa membeli oleh-oleh buat kamu. Biarkan bibi istirahat, ya. Tasya main saja dulu sama teman-teman. Nanti sor

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Cinta Yang Selamanya Akan Terpendam

    ***Rapal mantra kematian yang dilafazkan oleh Chandrakanta masih terasa menusuk-nusuk. Seperti duri-duri tajam yang melekat erat dari kulit menembus hingga tulang. Membuat ketiganya hampir saja kehilangan nyawa.Masih amat terasa, walau sedikit demi sedikit mulai berkurang. Dan tentu saja ada sebuah tanda yang membekas seolah menjadi pengingat, bahwa segala sesuatu yang dilontarkan oleh juragan misterius itu harus diindahkan."Apa kalian baik-baik saja?" tanya Suhita masih dalam posisi tertelungkup dengan wajah menempel erat pada lantai yang dingin."Ibu ... ibu ... ibu ... tolong aku ibu ...." ucap pria bungsu keluarga Suhita yang amat sangat disayangnya."Oh ... anak kesayangan ibu. Apakah kau baik-baik saja, Nak? "Tentu aku tidak baik-baik saja, Bu. Aku rasanya ingin mati!" teriak Prabawo tak kalah tersiksanya dari Suhita dan Prabawa.Walimah pun mendapati sekujur tubuhnya masih terasa panas seolah terpanggang dalam kobaran api yang sangat hebat."Ah, beginilah kalau kita bermain

Bab terbaru

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Bertahun-tahun Setelahnya

    Bertahun-tahun setelahnya***Peluh mengucur deras. Pria berbadan tegap yang mengenakan kemeja rapi dengan parfum aroma maskulin mendadak masam wajahnya ketika petugas bandara menjelaskan kepadanya bahwa ia terlambat beberapa jam untuk tiba di bandara setelah pesawatnya transit."Jangan khawatir, Pak. Beberapa jam selanjutnya akan ada penerbangan ke kota bapak. Silakan meminta bantuan pada beberapa orang petugas yang ada di sana," ucap wanita muda itu tersenyum ramah Si pria yang mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna merah muda itu tersenyum. Tak mengapa pikirnya terlambat beberapa jam asal ia bisa pulang ke rumahnya hari itu juga.Beberapa orang petugas mengenakan seragam yang sama dengan wanita sebelumnya nampak memberikan penjelasan yang lebih terperinci. Pemuda itu mengucap hamdalah di dalam hati.Tepat ketika jam menunjukkan pukul 11.00 siang pria muda berkemeja itu bersiap ketika announcement mengenai keberangkatan ke sebuah kota mengudara.Sementara di bandara dari kota lainny

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Anak-anak Yang Membanggakan

    ***Subuh itu adalah subuh yang paling sibuk saat suara kokok ayam belum membangunkan seisi penjuru rumah. Beberapa orang wanita dewasa tengah bersiap di dapur. Walaupun mereka terlihat lelah, tetapi wajah bahagia terpancar jelas. Di antara satu sama lain memberikan semangat penghiburan yang sesekali diiringi guyonan. "Ada berapa banyak tumpeng yang kita buat hari ini?" tanya Malini. Wanita itu mengikat selendang di pinggangnya yang ramping. "Mungkin hampir 100, Nyonya.""Wah, luar biasa. Kalau begini kita bisa membuka catering. Betul, 'kan, Nek Bayan?" tanya Malini pada Nek Bayan yang sibuk dengan kering tempe kesukaan beberapa anak-anak Malini dan Chandrakanta.Beberapa wadah besar sudah tertata di atas amben kayu. Sunyoto dan beberapa sopir Chandrakanta yang lain dengan sigap memasukkan tumpeng-tumpeng untuk dibagikan kepada warga."Apakah bisa selesai tepat waktu, Nyonya?" tanya Gendis dan yang lain. "Tentu saja. Anak-anak setelah selesai salat Subuh mungkin akan bersiap. Saya

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Cintanya Anak-anak Muda

    ***Di sebuah sekolah menengah atas terbaik di kota itu, Leon sibuk dengan buku-buku tebal di tangannya. Sepertinya ia sedang menunggu Kanaya keluar dari kelasnya. Sesekali Leon melambaikan tangan saat beberapa orang temannya memanggil."Belum dijemput, ya?" tanya salah seorang murid perempuan berkepang dua.Leon mengangguk santai. Lalu, gadis berkepang dua itu berdiri di sebelah Leon. "Kamu belum pulang?" "Belum, lagi nunggu jemputan.""Oh," jawab Leon singkat. Ia tak tertarik dengan gadis cantik yang konon katanya adalah gadis populer di sekolahnya. Mungkin karena tidak berminat atau mungkin hati Leon sudah ditempati oleh seseorang yang lainnya, hanya Leon dan Tuhan saja yang tahu.Leon tersenyum senang saat gemerincing gelang kaki mulai menyapa gendang telinganya. Ia tak sabar menanti sosok itu, lalu menoleh dengan wajah yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata."Sudah selesai?" tanya Leon. Gadis berkulit sawo matang dengan rambut legam berkilau itu mengangguk. "Temanmu?" tan

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Ibu dan Istri Yang Baik

    ***Malini terpekur di kamarnya, sementara Chandrakanta sepertinya masih menyiapkan paviliun kecil untuk Rohani dan Nek Bayan tinggal. Tepat pukul 01.00 malam, suara pintu kamar berderit. Malini pura-pura tidur. Membawa tubuhnya menghadap dinding, bahkan bernapas pun ia lakukan secara perlahan."Mas sudah menikahimu belasan tahun lebih, Sayang. Mas tahu kalau kau belum tidur. Jika ingin marah dan mengatakan sesuatu, katakan saja. Jangan menyimpannya di dalam hati. Mas rela jika kau ingin menampar atau memukul Mas," ucap Chandrakanta dengan lemah lembut.Bulir-bulir bening mulai menetes di kulit sawo matang Malini. Ia menghela napas. Sebenarnya tak ada yang ingin ia bicarakan bersama suaminya. Namun, kehadiran Nek Bayan dan Rohani yang tiba-tiba saja entah mengapa membuat hati Malini sedikit merasa kecewa."Saya ingin istirahat, Mas. Nanti saja saya bicara jika memang saya ingin bicara," ucap Malini pelan. Kini balik giliran juragan Candrakanta yang menghela napas. Ia paham betul mungk

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Maafkan Saya, Nyonya

    ***Nek bayan berusaha sekuat tenaga agar air matanya tak keluar. Bagaimana tidak, Camelia berusaha menyembunyikan Mentari karena pamor dan rumor mengenai Chandrankanta. Ia tak ingin putrinya merasa tersiksa karena menikahi pria yang memiliki istri yang banyak.Namun, sosok Camelia yang berada di tengah hutan perbatasan tentu saja membuat Nek Bayan bertanya-tanya. Ada apa gerangan mengapa Camelia berusaha untuk terlihat."Ada apa, Mas? Apakah Mas baik-baik saja? Jika Mas memang tak enak badan, biarkan Sunyoto yang membawa jeepnya," ucap Malini merasa khawatir akan keadaan suaminya."Ah, tidak. Hanya saja Mas terkejut," sahut Chandarakanta berusaha kembali melajukan mobilnya perlahan."Nek, apakah Nenek lihat tadi? Sepertinya Ibu tadi yang sedang melintas," ucap Rohani. Buru-buru Nek Bayan membungkam mulut Rohani. Tentu saja pernyataan itu malah membuat Chandrakanta terkejut. "Apa apa yang kau katakan tadi? Ibu? Maksudmu wanita yang melintas tadi itu ibumu?""Ah, sudahlah, Juragan. T

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Anak Dari Cinta Pertamanya

    ***"Nek Bayan, kau mau ke mana?""Pulang. Aku mencemaskan Rohani.""Kenapa?""Aah, pokoknya aku mau pulang."Wanita tua yang dipanggil Nek Bayan itu berjalan cepat. Ia tak menghiraukan cuaca yang dingin. Ia tinggal di hutan di sekitar gunung yang memang selalu mendapatkan hawa sejuk. Bahkan, cuaca yang benar-benar dingin terkadang membuat tulang terasa ngilu dan gigi bergemeletuk. "Aku yakin sekali kalau Rohani keluar dari gubuk. Entah mengapa aku benar-benar tak tenang. Apakah ia menemui ayahnya? Tidak, tidak. Aku tak bisa membayangkan bagaimana jika Juragan Chandrakanta dan Malini mengetahui bahwa Rohani adalah anak juragan. Ah, bodohnya aku. Mengapa aku tak membawanya pergi saja. Gadis muda dengan penglihatan- penglihatan itu pasti akan berusaha untuk menyelamatkan ayah dan ibu sambungnya. Padahal ...," ucap Nek Bayan tak menyelesaikan kalimatnya."Ah, aku harus meminjam salah satu kuda dari beberapa orang pengelana yang lewat," kata Nek Bayan lagi.Nek Bayan bercakap-cakap menaw

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Kebusukan Yang Terbongkar

    ***Philips datang dengan setelan jas warna hitam. Keadaannya benar-benar sangat mengkhawatirkan. Pitaloka seolah melihat sosok hantu Philips dengan wajah pucat dan senyum menyeringai."Tidak, tidak! Philips sudah mati! Aku sudah membunuhnya," ucap Pitaloka tak sengaja.Astungkara tersenyum menyeringai."Lihatlah, betapa ajaibnya hati wanita ini. Dia benar-benar mengakui bahwa Philips sudah dibuat mati. Kau dengar itu, Philips? Aku tak habis pikir mengapa dulu kau kerap membantu wanita yang tak memiliki hati ini. Ah, sudahlah. Dari pada berlama-lama, lebih baik aku telepon polisi saja," ucap Astungkara geram.Philips menunggu di pojok ruangan sambil memandangi Pitaloka dengan tatapan mata tajam. Jika diizinkan oleh Astungkara, tentu Philips akan lebih menyukai untuk membunuh Pitaloka detik itu juga."Tidak, tidak. Jangan, jangan tangkap aku. Jangan, jangan serahkan aku. Aku mohon ... semua ini aku lakukan karena aku benar-benar ingin memilikimu." Pitaloka benar-benar ketakutan. "Memi

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Pitaloka dan Astungkara

    ***"Aah .... Ahhh ... Aaah ...."Astungkara mengintip Pitaloka dari sebuah celah. Senyum seringai mewarnai wajahnya yang tegas. Bukannya marah, Astungkara malah tersenyum melihat istri keduanya itu dan apa yang dilakukannya di dalam kamar.Bukannya marah, Astungkara malah mengusap jambang tebalnya dan teringat akan sebuah hal."Hmmm ... Bagus, Pitaloka," gumamnya pelan."Uhhhhhhmmm ... Ahhh ... Ahhh."Erangan itu membawa sebuah senyum di wajah Astungkara. Ia memang sudah lama tak bercinta dengan Pitaloka. Akan tetapi, Astungkara seolah sedang menyiapkan sesuatu bagi istri keduanya. Astungkara berjalan pelan meninggalkan kamarnya. Ia ingin memberikan sebuah jeda bagi Pitaloka menuntaskan apa yang tengah dilakukan di kamar pribadinya dan Astungkara.Gayatri, ibu Astungkara sedang berada di ruang tamu megah dengan ornamen keemasan saat putranya turun. Kudapannya dilempar ke sembarang arah membuat Astungkara menghela napas."Istrimu ke mana, tidur lagi?" "Lagi ada kerjaan di kamar, Bu.

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Gadis Misterius

    ***Juragan menembakkan senapannya ke arah langit, cahaya itu berpendar sangat indah. Malini dan putrinya terkejut. Gadis kecil itu menangis dalam pelukan ibunya padahal ia baru saja akan memejamkan mata."Oh, ada apa itu?" tanya Malini menggendong putrinya yang menangis.Keduanya menuruni anak tangga kayu. Pintu ruang tamu terbuka, angin malam yang dingin dan serpihan hujan nampak masuk."Mas membuat keributan di tengah malam. Tidak tahukah kalau keponakanmu baru saja akan tertidur.""Maaf sayang tapi ada sesuatu di sana," tunjuk Juragan."Sesuatu? Maksudmu apa Mas? Serigala, beruang, atau Yeti? Dia tidak akan mengganggu selama kau menutup pintunya. Sudahlah, Mas!""Tapi aku pikir itu manusia." "Ayolah, Mas ! Manusia mana yang rela mengendap-ngendap ke villa tengah hutan, tengah malam seperti ini!""Tapi, aku benar-benar melihat jubahnya yang berwarna merah.""Sudahlah, Mas? Kita sedang berlibur. Jadi jangan bertingkah yang aneh-aneh. Lusa kita pulang ke kota dan Mas bisa kembali be

DMCA.com Protection Status