Home / Romansa / Gairah Cinta Tak Memandang Usia / Hari Pertama Yang Menyebalkan

Share

Hari Pertama Yang Menyebalkan

Author: Sanskerta
last update Last Updated: 2022-02-02 10:44:22

Pukul lima pas, Pram keluar dari kamarnya sembari melakukan streaching agar peredaran darahnya lancar. Kakinya dengan langkah ringan berjalan ke arah sakelar lampu  berada. Mematikan satu persatu lampu yang semalam tak sempat dia matikan karena dia terlelap tanpa direncanakan. Setelah itu dia berbalik ke arah dapur untuk menyeduh kopi instan. Pagi yang hambar jika tanpa sebuah minuman pekat menyegarkan mata.

Selesai melarutkan bubuk itu, Pram berjalan lagi ke arah ruang santai. Berdiri di depan ruangan dengan pemandangan yang langsung disajikan hamparan gedung-gedung di sekitar gedung apartemen Pram berhalangkan smart glass. Sembari meminum sedikit demi sedikit kafeinnya, Pram menata hal-hal yang akan dia lakukan seharian itu dalam pikirannya.

Seketika Pram ingat bahwa dia tak tinggal sendirian. Ada Rachel juga yang harus Pram ajak untuk melakukan aktivitas harian bersamanya.

Pria itu meletakkan cangkir kopinya di meja ruang santai, lalu kakinya melangkah ke arah kamar yang berada tepat di samping kamarnya.

Awalnya Pram berlaku sopan dalam membangunkan wanita itu. Dia mengetuk beberapa kali sebelum memanggil namanya.

"Rachel, wake up."

Pram menunggu tiga detik untuk mendengar sahutan dari dalam. Namun tak kunjung dia dengar.

"Rachel!" panggil Pram lagi. Kali ini dengan gedoran dan intonasi yang semakin keras.

Masih tak ada sahutan. Pram menggedornya lebih keras. Pria itu membatinkan bagaimana bisa panggilan disertai gedoran keras di pintu itu tak mengusik tidur wanita itu. Padahal dirinya jika mendengar barang jatuh meski di luar kamarnya, Pram terkejut dan membuka mata. Telinganya memang sensitif dengan suara.

"Rachel!" teriak Pram yang masih tak digubris wanita itu.

Mau tak mau Pram mencoba membuka pintu itu, dan berhasil. Kamarnya tak dikunci.

Pram mendecak dan menggeleng kecil. Bisa-bisanya wanita itu tak mengunci kamarnya di saat dia tinggal dengan pria dewasa apalagi dengan orang yang tak dia kenal. Untung yang tinggal dengan wanita itu, Pram. Jika pria lain entahlah bagaimana nasib wanita itu semalam.

Pertama masuk, kamar itu terang benderang. Lampu kamar tak dimatikan dan lampu tidur dihidupkan. Ternyata wanita itu golongan manusia yang tak bisa tidur tanpa lampu. Berbeda dengan dirinya yang sangat suka gelap.

Setelah sampai di sisi ranjang wanita itu, Pram menarik selimut yang membungkus tubuh kecil itu.

"Rachel, wake up," ujarnya yang masih tak mendapat jawaban meski dia sudah sedekat itu membangunkan Rachel.

Pram berkacak pinggang, dia tak mungkin menyentuh wanita itu karena kesepakatan dari wanita itu sendiri tak memperbolehkannya untuk menyentuh Rachel.

Dengan senyum miring yang terlihat jahat, Pram keluar untuk mengambil gelas kosong di dapur. Setelah mengisinya dengan air, Pram kembali ke kamar wanita itu.

"Maafkan saya Rachel, itu salah kamu karena kamu tidur seperti orang mati. "

Setelah mengatakan itu, Pram menyipratkan air dari gelas itu ke wajah Rachel.

"Wake up, girl."

Rachel terusik, tetapi dia hanya bergerak sedikit. Membuat Pram meneruskan aksinya sampai wanita itu benar-benar terganggu dan membuka matanya.

"Good morning," sapa Pram dengan senyum yang dibuat-buat, padahal hatinya dongkol setengah mati karena wanita itu sangat susah dibangunkan.

Melihat sosok Pram di kamarnya membuat Rachel segera masuk ke dalam selimut untuk menutupi tubuhnya.

"Bapak apaan, sih?! Ngapain di sini?! Mesum banget!" hardik wanita itu dengan berteriak memekakkan telinga Pram.

Pram melipat tangannya. "Sudah dramanya? Kalo begitu cepat keluar, kita olahraga sekarang."

Rachel yang belum sadar sepenuhnya langsung menggeleng cepat. "Apaan. Saya masih ngantuk. Kalo mau olahraga, ya, sana," ujar Rachel sembari merebahkan lagi tubuhnya.

"Oke, berarti kamu memilih untuk terus diberi uang saku tiga ratus ribu. Padahal saya berniat mau menambah uang jajan kamu hari ini," ujar Pram santai sembari berjalan keluar kamar Rachel.

Mendengar itu, Rachel segera meloncat dari tempat tidur.

"Ini saya udah bangun!"

***

Rachel mengikuti langkah Pram dari belakang dengan wajah ditekuk. Dia lari dengan ogah-ogahan. Sedangkan pria di depannya berlari dengan sungguh-sungguh.

Rachel masih tak tahu mengapa dia mau-mau saja mengikuti perintah pria itu hanya dengan ancaman uang sakunya yang akan dipotong. Mereka tak saling kenal. Kenal sebatas dosen dan mahasiswi, tak lebih dari itu. Namun pria di depannya itu sok-sokan dan berlagak mempunyai andil dalam hidup Rachel.

Wanita itu menghentikan langkahnya ketika nafasnya sudah engap sekali. Setelah berbulan-bulan, baru hari ini dia berlari dan Pram menyuruhnya untuk mengimbangi langkah pria itu yang tak sedikit pun bisa dia imbangi.

Rachel menjatuhkan dirinya pada beton jalan sekaligus menselonjorkan kakinya. "Pak, saya K.O. Engap. Enggak bisa jalan lagi," ujar Rachel dengan terjeda helaan napas beberapa kali.

Pram menoleh ke arah wanita yang sudah ketinggalan jauh darinya. Pria itu pun berlari kecil menghampiri Rachel.

"Ini bahkan belum setengah perjalanan. Katanya tadi kecil cuma ngelilingin ini gedung," ujar Pran dengan nada dan wajah mengejek.

Rachel menggeleng kecil. Dia menyesal menantang pria itu sebelum memulai lari pagi itu.

"Yah, enggak jadi sangu satu juta dong." Pram menampilkan wajah kasihan yang dibuat-buat, membuat Rachel menggertakkan giginya.

Rachel pun bangun dari duduknya. "Jadi, ini saya lanjut lari lagi," ujarnya sembari berlari kecil mendahului Pram.

"Gosong udah."

Rachel menggeleng. "Delapan ratus ribu, please? Ini saya lari lagi, loh, Pak."

Pram mengedikkan bahunya, lalu tanpa berkata dia segera berlari lagi mendahului Rachel.

Wanita itu mengikuti langkah Pram dengan hati benar-benar dongkol. Dari belakang pria itu, Rachel mengabsen banyak nama hewan untuk Pram. Tak jarang dia meninju angin sebagai saluran kekesalannya pada dosennya itu.

Pram merasakan ada yang aneh di belakangnya. Dia pun memelankan langkahnya.

Melihat langkah di depannya berhenti, membuat Rachel ikut berhenti. Wanita itu menaikkan satu alisnya ketika melihat pria itu menatapnya dengan jengah.

"Apa?" tanya Rachel.

"Kamu di depan. Kalo saya di depan, kamu oga-ogahan larinya," ujar Pram yang membuat Rachel menggeleng.

"No, thanks. Anda saja duluan. Saya takutnya pantulan belakang saya membuat Anda lagi-lagi turn on."

Pram memutar bola matanya mendengar ocehan tak masuk akal dari mahasiswanya. "Bisa enggak usah dibahas lagi? Saya sudah minta maaf tentang itu."

Rachel mengedikkan bahunya. Dia pun segera berlari lebih dulu, meninggalkan Pram dengan wajah jengkelnya.

Keduanya pun berlari mengitari gedung apartemen Pram dengan Rachel di depan. Setelah selesai, mereka kembali lagi ke lantai 28 untuk membersihkan diri.

"Baju kotornya siniin," ujar Pram ketika melihat Rachel keluar dari kamarnya dengan wajah segar.

Wanita itu berseru, "Huu, baik banget, sih, ternyata Pak Pram." Setelahnya dia berbalik untuk mengambil keranjang tempat baju kotornya ditumpuk sejak kemarin.

Setelah berdiri di hadapan pria itu, Rachel mengulurkan keranjangnya. "Pak Pram baik banget, makasih, ya."

Pram mengerutkan keningnya. "Ngapain dikasih ke saya? Masukin ke mesin cuci sana. Punya saya sudah selesai. Sekarang giliran kamu."

Senyum Rachel luntur. "Sudah saya duga, Anda tak mungkin sebaik itu," gerutu wanita itu sembari berjalan ke arah mesim cuci berada. Tentunya dengan langkah yang dihentak-hentakkan.

Pram mengikuti langkah wanita itu dari belakang. "Makanya jangan ngarep, kecewa gitu saya yang disalahin."

Brakk!

Rachel menurunkan keranjang ke lantai dengan keras, membuat Pram terperanjat.

"Jadi cewek, tuh, kalem dikit, Chel. Mana ada cowok yang suka kamu kalo kelakukan kamu enggak ada anggun-anggunnya," ujar Pram sembsri bersandar di samping mesin cuci.

Rachel melirik dosennya itu dengan sinis. "Saya yang kayak gini aja banyak yang naksir, apalagi saya yang anggun. Lagian sok tahu banget, sih."

Pram hanya mengangguk-angguk mendengar ucapan Rachel, membuat wanita itu lagi-lagi kesal melihat keberadaan Pram di sana. Dia pun memasukkan bajunya dengan kasar.

"Satu-satu. Jangan langsung gitu. Dipisah. Enggak bersih nanti, juga bikin mesin cuci cepet rusak."

"Bawel. Saya masukin sekaligus karena itu daleman saya. Bapak mau lihat? Mesum amat."

Pram mengalihkan pandangannya. "Saya enggak lihat lagi. Cepet keluarin dan masukin satu-satu. Besok-besok daleman jangan di cuci pake mesin, kurang bersih juga cepet rusak. Kamu cuci pake tangan aja."

Rachel mendecak. "Bawel amat, sih," gerutunya, tapi anehnya Rachel mengikuti instruksi pram. Dia mengeluarkan lagi pakaiannya yang dia masukkan dengan serentak dan memasukkannya kembali setelah dipisah satu-satu.

Setelah itu, Pram mengajarkan cara bagaimana menggunakan mesin itu.

"Gampangkan?"

Rachel mengedikkan bahunya. Sedangkan Pram menatap wanita itu dengan tak percaya. "Kamu cuma hidupin mesinnya, terus pencet start. Masih enggak ngerti juga?"

Rachel tetap mengedikkan bahunya. "Banyak tombolnya, mana saya tahu."

"Itu udah saya setting. Kamu tinggal nyalain aja, terus start. Udah, gitu aja. Masa masih enggak paham juga??"

Rachel sebenarnya paham. Namun dia lebih suka membuat pria itu memendam emosi padanya. Rasanya kejengkelan saat lari pagi tadi terbayarkan.

Rachel menatap Pram dengan polos. Membuat pria itu menghela napas berat. "Otak anak kuliahan masa selemot itu," gerutu Pram sembari berjalan meninggalkan Rachel yang terkekeh puas melihat pria itu menggerutu.

Hari pertamanya dengan Pram menjengkelkan, maka hari pertama Pram dengannya harus menjengkelkan juga.

Seimbang kalo begitu, bukan?

***

Related chapters

  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Hari Pertama Yang Menyebalkan 2

    Setelah dari mesin cuci tadi, Rachel memilih untuk mengambil ponselnya untuk menghubungi teman-temannya."Mau kemana kita hari ini, yaaaa?"Rachel bermonolog sembari menunggu panggilan videonya tersambung dengan para sahabatnya.Adit, Sopo dan Jarwo namanya. Tiga lelaki dengan tingkah laku bikin tepok jidat yang sayangnya merupakan sahabat Rachel. "Widih, apartemen baru, nih? Pesta kagak?" Satu suara yang sangat dikenal menyambut ketika video tersambung. Lelaki gendut dengan rambut keriting dan kaca mata minus di batang hidung merupakan pelakunya. Namanya Sopo.

    Last Updated : 2022-02-02
  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Ke-gep Nggak Tuh

    Setelah kepergian Pram, Rachel bernapas lega. Dia pun bersiap-siap karena memiliki janji dengan para sahabatnya. Siapa lagi kalo bukan Adit, Sopo, dan Jarwo.Sebenarnya itu bukan nama mereka. Itu panggilan kesayangan Rachel pada tiga orang itu. Namun meski begitu, Rachel mengambilnya dari potongan nama mereka, bukan sembarangan ambil nama tokoh kartun, dan kebetulan semuanya tepat. Sehingga Rachel mencocokkan semuanya.Seperti Adit. Nama asli lelaki itu adalah Rakrya Ditya. Lalu Sopo dari Prakoso Poli. Dan terakhir Jarwo. Ganjar Wobikarsono. Kebetulan yang sangat pas bukan?Setelah siap dengan dandanannya, Rachel segera turun. Menghampiri Adit yang sedari sepuluh menit lalu menunggunya di depan gedung."Om lo kaya, ya?"Sambutan dari Adit bukan tentang kabarnya, melainkan tentang om bohongannya yang tentu saja Pram maksudnya.Rachel mengangguk tak acuh. Dia segera masuk di

    Last Updated : 2022-02-02
  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Lah, Suka-Suka Saya

    Dari sekian banyak hal baik yang dilakukan oleh Rachel, dia tak menyangka bahwa hal jelek terus yang akan tampak di mata dosennya itu. Ini baru hari kedua sejak wanita itu kenal secara personal dengan Pram. Namun tak ada hal baik sedikit pun yang bisa dia tampakkan padanya. Selalu kejelekan. Sampai-sampai Rachel malu sendiri mengingatnya.Sejujurnya, bangun pagi dibangunkan oleh pria merupakan hal yang nggak banget untuk diceritakan pada siapa pun. Itu aib bagi Rachel. Dia juga seorang wanita yang ingin dipandang dari sisi baiknya, apalagi di depan lawan jenis yang super tampan dan holkay. Sebenarnya dia ingin sekali bangun pagi. Memberikan kesan baik pada pria tampan itu setidaknya dengan bangun lebih dulu. Sayang seribu kali sayang kebiasannya yang selalu bangun telat terbawa sampai detik ini.Rachel duduk dengan canggung di sofa. Bayu di sebelahnya juga. Dia terlihat salah tingkah ketika matanya berserobot dengan dua dosen di depannya.

    Last Updated : 2022-02-02
  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Sapa Suruh Nyebelin!

    Pulang dari rumah Sopo, Rachel melihat ke arah jam tangannya. Sudah pukul sebelas malam dan dia baru saja sampai di apartemen dosennya.Wanita dengan jeans dan tank top rib-nya berjalan santai ke arah dapur. Tangannya menaruh kemeja yang tadi dia pakai tetapi dia buka karena kegerahan, juga tas slempangnya ke atas meja dapur.Suasana yang remang-remang membuat bulu kuduknya merinding. Rachel termasuk pasukan remaja yang takut dengan mati lampu dan dia sekarang berada di dapur dengan lampu remang-remang. Mitos konon katanya setan selalu berada di atas kompor atau di belakang pintu kulkas jika buka malam-malam. Naasnya, Rachel akan membuka pintu kulkas itu karena mineral semuanya berkumpul di sana. Jika saja dia tahu di mana sakelar lampunya, pasti Rachel akan menghampiri tempat itu lebih dulu, sayang dia orang baru di sana.Rachel berniat mengurungkan niatnya itu, tetapi tenggorokannya seret akibat memakan bakpia m

    Last Updated : 2022-02-05
  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Makan Gosong

    Setelah drama bangun tidur tadi, Rachel tak berhenti di situ. Dia masih mencari gara-gara agar Pram semakin kesal dengannya. Seperti saat ini, saat tengah lari pagi, Rachel malah berjalan dengan santai di belakang Pram seoalah wanita itu sedabg menikmati udara segar pagi. Sehingga Pram yang sudah jauh di depannya harus mundur kembali untuk menceramahi Rachel."Santai, atuh, Pak. Dikejar apa sih? Udara pagi itu harus dinikmati," ujarnya dengan berlagak menghirup udara.Pram menghela napas. "Lari atau saya potong uang jajan kamu?""Dih, mainnya gitu, nggak seru deh," gerutu Rachel yang mau tak mau harus memilih lari. Uang tiga ratus kemarin kurang, apalagi jika masih dikurangi. Kemarin cukup karena para sahabatnya mentraktirnya segala macam dan pulang pergi dijemput oleh Adit. Entahlah hari ini bagaimana Rachel akan menjalani harinya.Berlari sedikit, Rachel sudah sesak napas. Pram di belakangnya terkekeh, t

    Last Updated : 2022-02-06
  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Ribut Masalah Sepele

    Sejak Rachel mengetahui kelemahan Pram, wanita itu mulai menyusun strategi. Sepertinya menjahili dosennya itu seperti tadi menyenangkan sekali. Apalagi ketika melihat Pram tak berkutik ketika Rachel dekati. Lucunya lagi sampai menahan napas. Benar-benar kolot, batin Rachel.Rachel sekarang berada di balkon, menikmati suasana pagi dengan sinar yang baik untuk tubuh. Kakinya berselonjor di kursi santai dengan tangan yang terlipat di belakang kepala sebagai bantal. Dilihat-lihat, Rachel seperti berjemur di pantai. Untuk saja dia tak memakai bikini.Setelah menyicil judul-judul penelitian yang akan disetorkan ada Pram, Rachel tak tahu lagi akan melakukan apa. Tiga sahabatnya sedang sibuk aktivitas masing-masing. Pacarnya sedang sibuk magang. Ingin bertemu dengan teman wanitanya tetapi Rachel sedang tak pegang duit.Bertemu dengan para wanita tanpa uang di kantong bukanlah ide bagus. Pertemanan Rachel dengan mereka han

    Last Updated : 2022-02-07
  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Menghabiskan Uang Dosen

    Rachel berjalan cepat di belakang Pram karena langkah dosennya itu lebar sekali."Pak! Kita nggak dikejar setan!" ujar Rachel pada akhirnya karena lelah mengikuti jejak Pram.Pria dengan kemeja hitam dan celana cokelat susu itu berhenti lalu menoleh ke arah Rachel yang terlihat berada di belakang beberapa langkah.Pria itu mengangguk, lalu berjalan santai sembari melihat ponselnya.Rachel mendekat dan menyamai langkah Pram. Mereka saat ini berada di area parkiran menuju lantai di mana big mart berada. Berjalan bersama memasuki gedung betingkat-tingkat itu."Ambil yang dibutuhkan aja," peringat Pram sembari mendorong troll yang baru dia ambil.Rachel merotasikan bola matanya mendengar itu. Ketika dosennya itu tak melihatnya, Rachel berkata lirih, "Nyenyenyenye." Sembari mencakar angin.Pram tahu Rachel bertingkah aneh di belakangnya, tetap

    Last Updated : 2022-02-08
  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Makanya Jangan Nantang!

    Setelah dari market meski dengan wajah masam, Pram masih mau mengantar Rachel ke mal untuk membeli skincare. Mungkin dosennya itu malas berhadapan dengan drama-drama yang akan dibuat Rachel."Ambil sebutuhnya aja," peringat Pram yang membuat Rachel merotasikan bola matanya."Iya, iya Pak! Harus berapa kali lagi sih ngomong gitu.""Kamu orangnya boros! Makanya harus diingetin terus biar nggak kalap."Semakin dilarang, maka seperti suruhan bagi Rachel. Tenang, Pram akan merasakan jengkel jilid dua untuk hari yang sama."Dih, kalo nggak percaya yaudah ikut masuk aja," celetuk Rachel.Pram mengangguk, lalu segera melangkahkan kakinya ke dalam kios serba pink itu.Lah, benaran masuk. Padahal Rachel berkata asal saja.Akhirnya Rachel membuntuti Pram. Dia mengambil keranjang sebelum akhirnya berjalan memburu barang skincare

    Last Updated : 2022-02-09

Latest chapter

  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Perkara McD!

    Di pagi hari, seperti biasa Rachel akan dibangunkan oleh Pram untuk olahraga, bersih-bersih dan memasak.Hari ini Pram berangkat kerja siang, jadi Pram sedikit lembut pada Rachel dan tak memburu-burunya."Pak, hari ini beli McD, ya?"Rachel berucap ketika mereka telah selesai membersihkan seluruh penjuru apartemen itu. Pram merupakan orang yang teliti, di waktu seperti ini, pria itu biasa membersihkan apartemennya lebih intens daripada hari-hari biasanya, apalagi ketika hari libur, membuat Rachel jengkel setengah mati. Dia yang selalu ogah-ogahan mengerjakan sesuatu dituntut untuk ikut bersifat teliti dan sungguh-sungguh seperti dosennya itu. Jika tidak, you know-lah apa yang akan terjadi. Sangunya diancam akan semakin menipis. Ya ... meskipun selama beberapa hari itu ancaman Pram tak pernah terjadi. Namun Rachel tetap berhati-hati, uangnya tak cukup untuk apa pun, tetapi masih akan dipotong. Ke lau

  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Panas, yaaaa?

    Rachel membersihkan dirinya setelah dipaksa Pram menata segala belanjaannya. Tak hanya itu, Pram sekaligus menyuruh Rachel membersihkan kamarnya. Tentu dengan pengawasan dosennya itu karena jika tak begitu, maka seluruh area kamarnya tak sebersih itu sekarang. Lihat, bahkan keranjang baju kotornya saja bersih karena Pram ingin Rachel mencuci bajunya detik itu juga.Setelah selesai membersihkan diri, Rachel menatap jam di dinding. Sudah pukul tujuh malam. Tak terasa, ternyata Rachel menghabiskan satu jam sendiri untuk memanjakan tubuhnya.Sembari menelepon Bayu, Rachel sembari memakai skincare malamnya. Katanya, rangkaian perawatan wajah lebih efektif saat dipakai pukul sembilan malam. Namun, jika nanti-nanti maka Rachel akan malas. Jadi, Rachel memakai skincare-nya se-mood hatinya saja. Untung saja tetap memberi efek bagus pada kulitnya."Bi, nginep sini, yuk. Besok aku libur k

  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Om-Om Kece

    Pertemuan tadi mengantarkan Pram pada suasana pembulian di antara teman-temannya. Namanya yang terus suci—meski dia tak sesuci itu, jadi tercoreng. Di sana rasanya Pram ingin melahap Rachel hidup-hidup. Apalagi ketika melihat wajah mahasiswanya itu yang terlihat tanpa dosa setelah mengatakan hal fitnah.Kini, Pram dan Rachel beserta enam pria dewasa tadi memilih untuk berkumpul di salah satu kios restoran untuk mengisi perut mereka di siang hari itu."Ketemu di mana sama ini om-om renta?"Raka, sahabat Pram dengan kemeja biru dan celana putih tadi yang bersuara.Pram tak terima dituakan, meski memang umurnya hampir menuju angka empat. "Gue renta, lu apaan? Fosilnya renta? Inget, baru kepala empat lo. Jan belagak masih kepala tig

  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Makanya Jangan Nantang!

    Setelah dari market meski dengan wajah masam, Pram masih mau mengantar Rachel ke mal untuk membeli skincare. Mungkin dosennya itu malas berhadapan dengan drama-drama yang akan dibuat Rachel."Ambil sebutuhnya aja," peringat Pram yang membuat Rachel merotasikan bola matanya."Iya, iya Pak! Harus berapa kali lagi sih ngomong gitu.""Kamu orangnya boros! Makanya harus diingetin terus biar nggak kalap."Semakin dilarang, maka seperti suruhan bagi Rachel. Tenang, Pram akan merasakan jengkel jilid dua untuk hari yang sama."Dih, kalo nggak percaya yaudah ikut masuk aja," celetuk Rachel.Pram mengangguk, lalu segera melangkahkan kakinya ke dalam kios serba pink itu.Lah, benaran masuk. Padahal Rachel berkata asal saja.Akhirnya Rachel membuntuti Pram. Dia mengambil keranjang sebelum akhirnya berjalan memburu barang skincare

  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Menghabiskan Uang Dosen

    Rachel berjalan cepat di belakang Pram karena langkah dosennya itu lebar sekali."Pak! Kita nggak dikejar setan!" ujar Rachel pada akhirnya karena lelah mengikuti jejak Pram.Pria dengan kemeja hitam dan celana cokelat susu itu berhenti lalu menoleh ke arah Rachel yang terlihat berada di belakang beberapa langkah.Pria itu mengangguk, lalu berjalan santai sembari melihat ponselnya.Rachel mendekat dan menyamai langkah Pram. Mereka saat ini berada di area parkiran menuju lantai di mana big mart berada. Berjalan bersama memasuki gedung betingkat-tingkat itu."Ambil yang dibutuhkan aja," peringat Pram sembari mendorong troll yang baru dia ambil.Rachel merotasikan bola matanya mendengar itu. Ketika dosennya itu tak melihatnya, Rachel berkata lirih, "Nyenyenyenye." Sembari mencakar angin.Pram tahu Rachel bertingkah aneh di belakangnya, tetap

  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Ribut Masalah Sepele

    Sejak Rachel mengetahui kelemahan Pram, wanita itu mulai menyusun strategi. Sepertinya menjahili dosennya itu seperti tadi menyenangkan sekali. Apalagi ketika melihat Pram tak berkutik ketika Rachel dekati. Lucunya lagi sampai menahan napas. Benar-benar kolot, batin Rachel.Rachel sekarang berada di balkon, menikmati suasana pagi dengan sinar yang baik untuk tubuh. Kakinya berselonjor di kursi santai dengan tangan yang terlipat di belakang kepala sebagai bantal. Dilihat-lihat, Rachel seperti berjemur di pantai. Untuk saja dia tak memakai bikini.Setelah menyicil judul-judul penelitian yang akan disetorkan ada Pram, Rachel tak tahu lagi akan melakukan apa. Tiga sahabatnya sedang sibuk aktivitas masing-masing. Pacarnya sedang sibuk magang. Ingin bertemu dengan teman wanitanya tetapi Rachel sedang tak pegang duit.Bertemu dengan para wanita tanpa uang di kantong bukanlah ide bagus. Pertemanan Rachel dengan mereka han

  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Makan Gosong

    Setelah drama bangun tidur tadi, Rachel tak berhenti di situ. Dia masih mencari gara-gara agar Pram semakin kesal dengannya. Seperti saat ini, saat tengah lari pagi, Rachel malah berjalan dengan santai di belakang Pram seoalah wanita itu sedabg menikmati udara segar pagi. Sehingga Pram yang sudah jauh di depannya harus mundur kembali untuk menceramahi Rachel."Santai, atuh, Pak. Dikejar apa sih? Udara pagi itu harus dinikmati," ujarnya dengan berlagak menghirup udara.Pram menghela napas. "Lari atau saya potong uang jajan kamu?""Dih, mainnya gitu, nggak seru deh," gerutu Rachel yang mau tak mau harus memilih lari. Uang tiga ratus kemarin kurang, apalagi jika masih dikurangi. Kemarin cukup karena para sahabatnya mentraktirnya segala macam dan pulang pergi dijemput oleh Adit. Entahlah hari ini bagaimana Rachel akan menjalani harinya.Berlari sedikit, Rachel sudah sesak napas. Pram di belakangnya terkekeh, t

  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Sapa Suruh Nyebelin!

    Pulang dari rumah Sopo, Rachel melihat ke arah jam tangannya. Sudah pukul sebelas malam dan dia baru saja sampai di apartemen dosennya.Wanita dengan jeans dan tank top rib-nya berjalan santai ke arah dapur. Tangannya menaruh kemeja yang tadi dia pakai tetapi dia buka karena kegerahan, juga tas slempangnya ke atas meja dapur.Suasana yang remang-remang membuat bulu kuduknya merinding. Rachel termasuk pasukan remaja yang takut dengan mati lampu dan dia sekarang berada di dapur dengan lampu remang-remang. Mitos konon katanya setan selalu berada di atas kompor atau di belakang pintu kulkas jika buka malam-malam. Naasnya, Rachel akan membuka pintu kulkas itu karena mineral semuanya berkumpul di sana. Jika saja dia tahu di mana sakelar lampunya, pasti Rachel akan menghampiri tempat itu lebih dulu, sayang dia orang baru di sana.Rachel berniat mengurungkan niatnya itu, tetapi tenggorokannya seret akibat memakan bakpia m

  • Gairah Cinta Tak Memandang Usia   Lah, Suka-Suka Saya

    Dari sekian banyak hal baik yang dilakukan oleh Rachel, dia tak menyangka bahwa hal jelek terus yang akan tampak di mata dosennya itu. Ini baru hari kedua sejak wanita itu kenal secara personal dengan Pram. Namun tak ada hal baik sedikit pun yang bisa dia tampakkan padanya. Selalu kejelekan. Sampai-sampai Rachel malu sendiri mengingatnya.Sejujurnya, bangun pagi dibangunkan oleh pria merupakan hal yang nggak banget untuk diceritakan pada siapa pun. Itu aib bagi Rachel. Dia juga seorang wanita yang ingin dipandang dari sisi baiknya, apalagi di depan lawan jenis yang super tampan dan holkay. Sebenarnya dia ingin sekali bangun pagi. Memberikan kesan baik pada pria tampan itu setidaknya dengan bangun lebih dulu. Sayang seribu kali sayang kebiasannya yang selalu bangun telat terbawa sampai detik ini.Rachel duduk dengan canggung di sofa. Bayu di sebelahnya juga. Dia terlihat salah tingkah ketika matanya berserobot dengan dua dosen di depannya.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status