Kia merasakan seperti ada sekelumit memorinya yang hilang karena kepalanya yang sangat pusing akibat alkohol.
Yang ia ingat terakhir kali, adalah ketika Bartender tampan itu menghajar Si Baju Hitam. Lalu Kia membisikkan kalimat dengan nada mesra penuh rayuan kepada lelaki itu, yang memintanya untuk membawa gadis itu pergi sejauh mungkin agar tidak ada yang bisa menemukan mereka.Lalu... lalu??Kia mengerang pelan, saat tikaman rasa sakit yang menghujam kepalanya terasa sangat nyeri bagaikan ribuan jarum tajam menusuk kulitnya. Gadis itu pun perlahan membuka mata, dan tersentak kaget.Karena sepasang mata sekelam malam dan sedingin es, tengah beradu pandang dengannya. Sontak saja Kia menatap kondisi dirinya dan lelaki yang masih berpakaian lengkap. Oh, mereka belum melakukan apa pun.Gadis itu mengenyit. "Uhm... Si Bartender kan?" Tanyanya sambil berusaha memijat pelipisnya yang sakit."Ini dimana?" Tanya Kia lagi, setelah menyadari bahwa dirinya tengah terbaring di atas sebuah ranjang empuk berukuran besar, di dalam sebuah kamar yang luas dengan tata letak dan perabotan seperti di dalam sebuah hotel mewah.Lelaki yang duduk di samping ranjang itu tidak menjawab. Ia pun seketika berdiri, tapi hanya untuk bergerak menaiki ranjang dan mendekat ke arah Kia."Boleh saya membantu memijat kepala Anda? Mungkin saya bisa sedikit meringankan rasa sakitnya.""Memangnya kamu bisa memijat?" Tanya Kia skeptis."Sedikit. Saya pernah belajar totok urat syaraf untuk pengobatan," sahut lelaki itu sembari mengedikkan bahunya, yang membuat perhatian Kia pun seketika tertuju pada bongkahan otot biseps yang tercetak di lengan kemeja putihnya.Lelaki itu telah melepaskan rompi coklat emas sebagai salah satu seragam yang dikenakan oleh pekerja club. Dan kini ia pun hanya mengenakan kemeja putih lengan panjang yanh digulung sebatas siku, serta celana panjang coklat tua."Hm... baiklah. Lagipula kepalaku juga sudah sakit. Kalau-kalau kamu malah membuatnya semakin sakit pun tidak masalah," cetus Kia meremehkan.Gadis itu pun beranjak untuk duduk, dan Si Bartender bergerak ke belakang Kia. Kedua tangannya terjulur untuk mulai memijat lembut dimulai dari ubun-ubun gadis itu dari belakang."Aaaahh... pijatanmu ternyata benar-benar enak sekali," erang Kia sembari memejamkan mata merasakan jemari kokoh lelaki itu yang bergerak memutar memijat kepalanya.Tanpa sadar dan karena terlena, Kia pun kini telah menyandarkan bagian belakang kepalanya di dada lelaki itu."Siapa namamu?" Tanya Kia dengan suara yang agak serak karena rileks dan sedikit mengantuk."Byantara," sahut lelaki itu dengan suara beratnya yang maskulin. "Apa pijatannya tidak terlalu kuat, Nona? Perlu saya pelankan?"Kia hanya menjawab dengan mengguman pelan dan kedua manik yang masih tetap terpejam, menyuarakan kalimat tak jelas yang bermakna bahwa ia cukup menikmatinya."Sebaiknya Nona tiduran agar lebih rileks," saran lelaki itu, yang kemudian dituruti oleh Kia.Gadis itu kembali mengguman pelan saat Byantara bukan hanya memijat kepalanya, tapi juga bahu dan lengannya.Namun saat Byantara hendak kembali memijat bagian kepala Kia, tiba-tiba saja gadis itu memegang tangannya, membuat gerakannya sontak terhenti.Byantara pun mengangkat alisnya yang lebat, bertanya tanpa suara atas sikap Kia.Gadis itu menyunggingkan senyum yang secantik bidadari, membuat jantung Byantara berdebar."Byan." Kia mengucapkan satu kata dengan suara lembut namun sangat seksi, membuat perhatian Byantara terpaku pada bibir sensual yang menggiurkan itu."Aku akan memanggilmu Byan," lanjut Kia sambil beranjak untuk kembali duduk. Dengan gestur menggoda, gadis itu sengaja mendekatkan wajahnya dengan wajah Byan tanpa menanggalkan senyum di wajahnya. Hal yang sangat ia sadari menjadi salah satu senjata untuk menaklukkan para lelaki ke dalam pesonanya."Pijatanmu sensasional sekali, Byan. Aku suka. Bagaimana jika kamu menjadi pemijat pribadiku saja, hm?"Byan masih diam saja ketika Kia menggodanya, meskipun Byan yang biasanya benci jika ada wanita yang menggodanya. Tapi untuk kali ini, Byan tidak menepis tangan Kia yang mulai merayap di dadanya untuk meraba otot-ototnya.Ia justru ingin tahu, sejauh mana wanita cantik ini membuatnya terhanyut. Ia ingin tahu sejauh mana wanita penggoda dengan mata sayunya yang seolah memancarkan kesedihan itu akan membuatnya terbawa."Kenapa kamu diam saja, Byan? Apa kamu tidak menyukaiku," bisik Kia di telinga Byan. "Apa aku kurang menarik?"Byan menyentak tangan nakal Kia yang mulai membuat napasnya memburu. Sial. Kenapa begitu cepatnya gadis ini membuatnya terangsang??"Aku belum tahu namamu."Kia tertawa kecil mendengar Byan yang mulai mengucap aku-kamu alih-alih saya-Anda/Nona. Kilat gairah yang berbayang begitu jelas di wajah tampannya tak bisa dipungkiri lagi jika lelaki itu sedang menahan sekuat tenaga hasratnya."Kia. Namaku Kia," sahut gadis itu, dengan sengaja memberikan satu kecupan lembut di bibir Byan. "Well, sekarang kita sudah tahu nama masing-masing. Lalu selanjutnya apa?" Pancingnya."Kia," ulang Byan sembari menatap manik indah sayu milik Kia. "Nama yang secantik pemiliknya," puji lelaki itu sembari tersenyum. "Apa kamu yakin akan melakukannya denganku, Kia?"Gadis itu pun mengangguk. "Kamulah yang ditunjuk oleh botol birku, jadi sangat fair. Lagipula kamu sangat tampan dan juga mahir memijat," cetus Kia seraya melayangkan kerlingan nakal. Gadis itu meraih ujung gaunnya, menaikkannya ke atas dengan perlahan dan seksi, hingga akhirnya gaun hitam ketat itu pun terlepas dan ia lemparkan begitu saja ke sembarang arah.Tatapan lelaki normal Byan pun sontak tertuju pada tubuh berlekuk sempurna yang lagi-lagi membuatnya menelan ludah. Seperti yang sudah ia duga, Kia memang sangat indah.Kulitnya putih, mulus tanpa cela. Lembut dan meleleh seperti mentega ketika disentuh. Dadanya bulat penuh dan tampak sangat menggiurkan. Lekukan pinggulnya membuat pikiran seorang lelaki akan melayang ke langit ke tujuh saat menatapnya.Gadis ini masih mengenakan bra dan panties hitam, membuat Byan tak sabar untuk segera melucutinya."Aku sudah melepas bajuku, sekarang giliranmu."Byan tersadar dari lamunannya saat mendengar suara lembut Kia. Tiba-tiba saja timbul keinginannya untuk ikut serta dalam permaian saling menggoda ini."Kalau begitu, bagaimana jika kamu saja yang melepasnya?" Tanya Byan dengan alis lebatnya yang terangkat.Kia menelengkan kepala dan menggigit bibirnya. "Oke. Akan kulakukan."Jemari lentik itu pun mulai menari di bagian depan kemeja putih Byan. Kia sengaja menggoda dengan berlama-lama membuka kancing kemeja Byan, membuat lelaki itu semakin terbakar dalam gairahnya sendiri."Lupakan." Byan menarik tangan Kia dari kemejanya yang sudah setengah terbuka. "Aku bisa gila karena menunggunya," desis lelaki itu, yang langsung memagut bibir lembut Kia dengan tekanan kuat demi melampiaskan gelora yang membuat kinerja otaknya melumpuh.Kia menyambut ciuman Byan dengan sama berhasratnya. Selain Alex Guntoro sialan, Kia baru merasakan hasrat yang membuatnya pusing hanya kepada lelaki ini. Byantara.Byan memindahkan kecupannya di leher jenjang Kia saat napas gadis itu mulai memburu. Dengan penuh nafsu, Byan menghisap kulit putih lembut itu kuat-kuat, membuat Kia merintih lirih antara sakit dan nikmat.Lelaki itu lalu mendorong Kia dengan kuat, hingga gadis itu pun tak pelak jatuh dan kembali terbaring di atas kasur.Dengan tidak sabar, Byan segera membuka lebar kemejanya tanpa melepaskan kancingnya lagi, membuat robekan besar di material kain itu dengan kancing-kancingnya yang lepas dan jatuh berhamburan ke atas ranjang serta sebagian terhempas ke lantai.Kia tersenyum kagum melihat bongkahan otot liat yang menghiasi tubuh kokoh Byan. Lelaki ini pasti sangat menjaga kebugaran tubuhnya, terlihat dari daging padat tak berlemak dan abs sempurna.Byan segera mengambil posisi menelungkup di atas Kia, dengan menumpukan kedua sikunya di atas kasur agar tubuh besarnya tidak membebani tubuh seksi yang jauh lebih mungil darinya itu."Kamu tahu, Kia? Bukan ujung botol bir yang membuatku menjadi teman tidurmu malam ini, tapi takdir," cetus Byan sembari melayangkan kecupan-kecupan kecil di sepanjang tulang selangka Kia yang menyembul cantik."Takdir ya?" Kia tersenyum dan menutup kedua matanya menikmati bibir Byan yang sibuk menyecap tubuhnya. "Benar. Takdir. Sebuah algoritma dari hukum sebab-akibat."Byan tak lagi dapat mendengar perkataan Kia, karena sedang sibuk membuka bra gadis itu. Manik legamnya berbinar takjub melihat bukit yang indah, padat dan bulat dengan puncaknya yang berwarna pink menggemaskan.Jemari Kia mencengkram kepala Byan, tenggelam di dalam kelebatan rambut tebal lelaki itu. Suara desahannya yang mengalun sensual membuat Byan pening karena semakin tenggelam dalam gairah."Uh... Byan..." Kia serasa melayang saat jemari lelaki itu yang semula berada di dadanya, kini mulai merayap turun ke perutnya yang datar, mengusap pinggang ramping sehalus sutra.Lalu turun dan terus turun... hingga akhirnya berhenti di tujuan utamanya.Awalnya Byan mengusap-usapnya lembut, sebelum kemudian satu jarinya menelusup masuk ke dalamnya. Dan mulai bergerilya.Napas Kia mulai memburu dan pendek-pendek, seiring dengan semakin cepatnya gerakan jemari Byan di tubuhnya. Kenikmatan yang ia rasakan membuat Kia menggigit pelan bahu Byan tanpa sadar. Kia serasa tenggelam di dalam lautan kenikmatan, tak butuh waktu lama bagi gadis itu untuk mencapai ledakan puncak kenikmatan yang memporak-porandakan otak dan tubuhnya. Jemari mahir Byan yang bergerak liar membuat Kia meneriakkan nama lelaki itu dikala terjangan hasrat menyerbunya. Byan menyeringai puas, kala melihat bagaimana tubuh seksi Kia menggelinjang, melengkung dengan sensual. Dorongan untuk mencicipi cita rasa Kia begitu kuat, hal yang membuatnya langsung membawa jemarinya sendiri ke mulutnya.Kia masih mengatur napasnya yang pecah berantakan karena pelepasan, saat maniknya yang sayu menangkap Byan yang menikmati jari-jarinya yang mengkilap basah. Gadis itu pun terkesima saat melihatnya. "Kenapa?" Tanya Byan saat mendapati Kia yang lekat menatapnya. "Kamu nggak jijik?" Tanya Kia heran."
Kia mengguman lirih dengan manik yang masih terpejam seperti seseorang yang sedang mengigau. Namun beberapa saat kemudian, kelopak matanya pun perlahan mulai terbuka.Uh, pegal sekali. Seluruh tubuhnya bagai habis melakukan olahraga ekstrim yang overexpose. Tapi jika dipikirkan lagi, bukankah memang apa yang ia dan Byan lakukan agak terbilang ekstrim?Fiuh. Lelaki itu benar-benar membuatnya kelelahan dengan staminanya yang luar biasa seperti kuda jantan liar. Bisa dibilang, servis yang Byan lakukan membuat Kia sangat terpuaskan sekaligus melelahkan. Ya, sampai sekarang pun Kia sangat yakin jika bartender tampan bernama Byantara itu juga pasti berprofesi ganda sebagai gigolo kelas atas. Bibir sensual itu melengkungkan senyum, saat mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Byan pasti sedang membersihkan diri. Kia bermaksud untuk beristirahat selama beberapa saat lagi, ketika mendengar dengung suara ponselnya bergetar pelan. Dengan menghela napas malas, Kia meraih pouch ke
Kia telah berdiri tepat di depan pintu Penthouse Alex dengan sikap kaku.Sejenak ia menghela napas pelan, berusaha untuk tidak berlari sejauh mungkin dari sini, hal yang sesungguhnya sangat ingin ia lakukan. Ia terlalu sakit. Terlalu patah hati, di saat cintanya kepada lelaki itu tidak sanggup membuat Alex menjadikannya pendamping dan lebih memilih wanita yang dipilihkan oleh orang tuanya.Brengsek. Pengecut. Pembohong.Kia masih mengalamatkan sejuta makian untuk lelaki yang juga atasannya itu, atas seluruh waktu dan perasaan yang sia-sia yang selama ini ia berikan. Alex membuat Kia mengira bahwa lelaki itu benar-benar mencintainya, hingga Kia pun rela memberikan kesuciannya karena terlalu terhanyut pada rayuan pengacara tampan itu. Lagipula siapa yang tidak akan tergoda pada Alex Guntoro yang bukan hanya tampan dan berkarisma sebagai seorang pengacara yang cukup dikenal di negara ini? Kia sendiri pada awalnya juga sebenarnya diam-diam mengidolakan lelaki itu, dan bersorak gembira
"Uuhh..."Byan menyeringai senang mendengar desahan lembut Kia akibat perbuatannya yang sejak tadi terus menggempur tubuh sensual itu. Kia menggelinjang dipenuhi keringat yang menetes membasahi kulit putih mulus tanpa cela, terlihat berkilau indah dan membuat Byan ingin melahapnya lagi dan lagi. Dia baru pemanasan dan belum masuk ke hidangan utama, sengaja berlama-lama untuk bisa menikmati Kia yang lezat. Sejak bertemu kembali dengan wanita impian yang telah mengembalikan hasratnya sebagai lelaki, kali ini Byan bertekad tidak akan membiarkan Kia pergi lagi begitu saja. Byan membiarkan wanita itu mengira bahwa dirinya adalah lelaki yang menjajakan hasrat untuk mendapatkan uang, alias gigolo. Entah kenapa, perasaannya justru mengatakan bahwa Kia akan langsung pergi dan menghilang jika Byan mengakui dirinya adalah seorang CEO, alih-alih gigolo.Kia bukan jenis wanita yang mencari lelaki yang akan membiayai hidupnya. Bahkan Byan melihat seperti ada sesuatu yang disembunyikan oleh Kia
A-Alex?!" Byan mengernyitkan keningnya saat mendengar suara Kia yang lirih dan tercekat. Sontak lelaki itu pun ikut menoleh ke arah screen, yang menampilkan sosok seseorang yang ia kenal sebagai seorang pengacara terkenal pemilik jasa penasihat hukum Guntoro & Partners Law Firm yang berdiri di depan pintu apartemen.Byan pun seketika mengalihkan pandangannya ke arah Kia yang terdiam mematung dengan wajah pucat menatap ke layar kecil. Sudah ia duga, Kia pasti ada hubungannya dengan Alex Guntoro. Yang ia tahu dari berita yang beredar di publik, Alex akan menikah dalam waktu dekat. Dan wanita yang akan lelaki itu nikahi bukanlah Kia. Tapi kenapa justru Kia memegang black card milik Alex? Tidak mungkin Kia adalah saudara dari Alex, karena jelas-jelas mereka berdua memiliki ras keturunan yang berbeda. Alex bermata agak sipit khas keturunan Chinese, sementara Kia memiliki mata yang besar berkilau indah. "Kia? Ada apa?" Byan bertanya seolah dia tidak mengenal Alex yang masih berdiri samb
FLASHBACK SEMALAM SEBELUMNYA... Alex benar-benar terkejut ketika ia sampai di penthouse-nya, dan melihat situasi yang kacau balau di sana. Semula ia mengira telah menjadi korban perampokan, namun lelaki itu sangat terkejut saat memeriksa rekaman CCTV.Tampak sesosok wanita cantik sedang mengamuk dengan melemparkan semua barang dan perabotan di sana. Terlihat marah, gusar dan akhirnya... terduduk dan menangis di atas lantai.Kia. Serasa hatinya ikut tercubit, Alex pun terpaku melihat bagaimana wanita yang selama ini menjadi pacarnya itu terlihat hancur. Kia yang selama dua tahun berhubungan dengannya, pasti merasa kesal karena pada akhirnya Alex malah menikahi wanita lain pilihan orang tuanya.Lelaki bermanik monolid itu pun menarik napas, dan segera meraih ponselnya untuk menghubungi Kia. Namun ternyata ponsel wanita itu tidak aktif.Mungkin Kia masih marah.Alex pun bergegas melangkahkan kakinya keluar dari penthouse setelah menyambar kunci mobil dari meja. Tak ia pedulikan lagi ko
"Jadi namanya Byan?" Alex mengucap dengan nada dingin, sedingin sorot yang menguar dari manik monolid-nya yang tertuju ke wajah Kia.Gadis itu pun sontak merutuki kebodohannya. Sial. Tanpa sadar, bayangan Byan melintas begitu saja di dalam pikirannya tanpa bisa Kia cegah. Tapi kenapa harus keceplosan sih? "Tidak masalah jika kamu tidak ingin mengatakannya, Kia. Karena aku pasti akan menemukannya." Alex membuka jas abu-abunya dan dengan kasar melemparnya ke lantai. Lelaki itu masih menatap tajam Kia sembari jemarinya sibuk melepaskan kancing kemeja. Tatapannya dipenuhi oleh kemarahan, ego seorang lelaki yang ingin menjadi lebih baik dari siapa pun di mata wanitanya. Alex merasa terluka dan kesal ketika sedang menikmati kelembutan tubuh Kia, dan gadis itu malah menggumankan nama pria lain. Seolah Kia begitu terhanyut dan hanya ingat pada permainan ranjang si lelaki brengsek yang bernama Byan itu!Alex telah melucuti seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya dan juga tubuh Kia dengan c
Byan tersenyum kecil melihat wanita yang ia cari ternyata kini justru berada tepat di depannya. Semula ia hendak langsung menghampiri Kia, namun langkahnya pun sejenak terhenti kala melihat wajah cantik itu yang sedang terlihat bersedih.Ia mengernyit melihat cairan bening yang masih mengalir membasahi pipi wanita itu. Kia... menangis?Lelaki bersurai kelam itu pun melanjutkan langkahnya kembali, lebih cepat kali ini, dengan langkah yang lebar demi untuk bisa segera meraih tangan Kia, dan seketika menariknya perlahan untuk masuk ke dalam pelukannya."Semuanya akan baik-baik saja," bisik Byan lembut sembari mengusap lembut rambut panjang Kia, tak mempedulikan bahwa kini ia dan gadis itu telah menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu-lalang di lobby.Beberapa orang yang mengenali Kia bahkan diam-diam saling berbisik, mengira bahwa gadis itu tengah dipeluk kekasihnya.Ketika Byan mulai merasakan bahwa ia dan Kia telah menjadi perhatian orang-orang, lelaki itu pun perlahan melepas
"Byan!" Suara yang memanggilnya itu membuat Byan mengangkat wajahnya yang semula tertunduk dalam kalut. Lelaki itu pun berdiri dari duduknya di atas sofa panjang rumah sakit tempat penunggu pasien yang sedang berada di ruang emergency. Tak terkira betapa leganya dirinya melihat wajah secantik bidadari dengan sosoknya yang akan selamanya sempurna di matanya itu, kini tengah memeluk dirinya dengan erat.Byan menghirup aroma lembut rambut istrinya yang sejenak mengalihkan gelisahnya, memberikan suntikan adrenalin yang kembali memimbulkan asa yang semula telah surut. Byan membuka mulutnya, untuk mengeluarkan suara serak yang dipenuhi kecemasan mendalam. "Kia, ayah..." "Ayahmu akan baik-baik saja," potong Kia. Ia mengeratkan pelukannya sebelum mulai melepasnya perlahan sembari mendongakkan wajahnya, hingga kini ia beradu tatap dengan wajah tampan suaminya yang kini terlihat murung. Satu tangannya terulur untuk mengusap pipi Byan. Seulas senyuman manis ia berikan untuk suaminya, berha
Kedua lelaki itu saling menatap dengan sorot yang dipenuhi oleh permusuhan. Perkataan telak dari Byan barusan sebenarnya cukup membuat batin Alex goyah, namun lelaki itu sepertinya menolak untuk menyerah. Meskipun harapan yang semula hadir karena ia meyakini bahwa janin yang dikandung Kia adalah miliknya, kini menjadi semu. Seiring dengan penyesalan demi penyesalan yang saat ini memenuhi benaknya.Alex mengutuk diri sendiri yang begitu bodohnya karena telah menyia-nyiakan Kia, setelah kehilangan membuatnya sadar bahwa sesungguhnya ia mencintai gadis itu. Alex mengira bahwa Kia hanyalah "ngambek" padanya, karena ia tidak bisa memberi status yang jelas untuk Kia dan malah hendak menikahi Tessa.Ia pun mengira bahwa Kia hanya ingin bermaksud membuat dirinya cemburu dengan mendekati Byan, karena Alex yang berkeyakinan jika Kia juga masih mencintainya.Namun kabar berita yang diberikan oleh Bara membuat Alex sangat terkejut. Ketika berita pertama yang ia dengar adalah Byan yang membawa K
"Morning, my sexy wifey." Suara berat yang berbisik lembut di telinganya itu membuat Kia seketika terbangun. Ia sedang menguap, ketika bibir Byan mengecup dadanya dengan bertubi-tubi dan membuat Kia tertawa pelan. Wanita itu lalu tersenyum dan mengelus rambut lebat lelaki itu yang masih asyik berkelana di dadanya dan tidak terlihat ingin beranjak. "Byan." "Hm?" Kia terdiam sebentar, seperti sedang berpikir untuk menyusun kalimat yang tepat. Namun akhirnya ia pun menyerah, karena kehamilan ini membuat kepalanya terasa agak pusing di pagi hari untuk berpikir terlalu berat. "Uhm... sampai kapan kita di sini?" Kia pun akhirnya menyuarakan pertanyaan yang terus berputar di dalam benaknya secara gamblang. "Di sini?" Ulang Byan yang telah mengangkat kepalanya dari dada Kia dan menatap istrinya sambil menaikkan alis. "Maksudmu di Bali? Atau di resort?" "Di Bali. Maksudku, sampai kapan kita di Bali," sahut Kia cepat. Ia tahu resort ini memiliki arti yang sangat dalam bagi Byan,
Sempurna.Kia tak bisa menemukan kata yang jauh lebih tepat untuk mendeskripsikan semua yang sedang terjadi hari ini... selain tanpa cela.Semua yang ia pandang terlihat begitu indah dan memukau. Bunga-bunga berwarna putih, merah muda lembut, kuning pucat dan biru muda menghias seluruh ruangan yang menjadi dekorasi acara pernikahannya hari ini.Manik coklat sayu itu pun mengerjap pelan seolah tak percaya, karena kalimat yang dalam hati ia ucapkan sendiri barusan.Pernikahannya.Selama seminggu penuh kemarin, dirinya dirawat di rumah sakit karena dokter menyarankan Kia untuk total bedrest, sebagai upaya untuk menjaga kehamilannya yang masih muda dan agak rentan.Lalu ketika ia telah diperbolehkan untuk pulang, tiga hari kemudian Byan pun mengundang Om dan Tantenya Kia yang bernama Burhan dan Ana untuk datang ke Bali. Mereka berdua adalah satu-satunya keluarga Kia yang tertinggal, setelah ayahnya meninggal ketika Kia masih kecil dan ibunya juga telah berpulang beberapa tahun yang lalu.
Kia bernapas pelan sebelum perlahan ia membuka kedua matanya. Posisi kepalanya yang bertumpu di atas lengan Byan terasa sangat nyaman, begitu pun halnya dengan 'selimut hidup' yang semalaman mendekap tubuhnya erat, seolah tak ingin kehilangan. Untuk kali ini, Kia-lah yang lebih dulu terbangun dibandingkan Byan selepas mereka tertidur setelah puas bercinta.Gadis itu pun sontak mendongak, untuk menatap seraut wajah tampan Byan yang masih terlelap dengan pulasnya.Bibir penuh Kia pun melukiskan sebuah senyuman, ketika teringat kembali pada perkataan yang semalam dengan sengaja diucapkan berulang-ulang oleh Byan. "I love you, Kia." Mengingat kembali suara berat dan maskulin Byan berucap lembut menyuarakan isi hatinya, membuat Kia larut dalam kebahagiaan yang merasuk ke dalam sukma.Tahu jika ia tidak akan pernah merasa bosan mendengar kalimat itu. Tidak, selama hanya Byan-lah yang akan selalu mengucapkannya.Apakah boleh jatuh cinta bisa terasa seindah ini?Rasanya seperti seumur hid
Pintu itu terbuka dari luar, berbarengan dengan masuknya kedua sosok dari arah luar ke dalam ruang Presidential Suite.Mereka sama-sama diam tanpa bersuara berjalan menuju ke arah master bedroom, meskipun dengan suara-suara di dalam benak masing-masing yang ribut. "Aku mau menelepon dulu," ucap Byan kepada Kia yang sejak tadi mengekorinya karena tangannya yang terus digenggam.Gadis itu mengangguk perlahan sambil tersenyum. "Aku akan menunggumu di balkon." "Kamu tidak perlu kemana-mana, Kia. Percakapan ini bukanlah rahasia," tegas Byan dengan maniknya yang kelam menatap Kia lekat-lekat, mencoba menggali apa yang sedang dipikirkan oleh gadisnya yang mendadak menjadi pendiam itu."Tidak apa-apa, Byan. Aku cuma mau menghirup udara segar saja," kilah Kia beralasan.Byan terdiam sesaat tanpa lepas mamandang wajah cantik yang dengan senyuman yang memikat, namun lelaki itu sangat menyadari bahwa sesungguhnya dibalik itu Kia sedang menyembunyikan sesuatu. 'Bara sialan! Ini semua gara-gara
Byan dan Kia berjalan bersama menuju bagian restoran dengan spot khusus VIP, yaitu sebuah ruangan mewah berkapasitas 25 orang yang memiliki privasi.Malam ini Kia benar-benar terlihat menawan. Make up yang terpulas di wajahnya semakin menonjolkan kecantikannya yang bernilai sempurna. Pun dengan gaun hitam off-shoulders yang dibelikan Byan, terlihat sempurna mengikuti lekuk tubuhnya.Meskipun penampilannya tanpa cela, namun jangan tanyakan tentang kondisi jantungnya yang sejak tadi tak henti berdebar, meskipun Byan terus berusaha meyakinkan dirinya bahwa tak ada yang perlu dicemaskan."Itu mereka." Byan menunjuk kepada sekelompok orang yang sedang berdiri sembari mengobrol, Tampak mereka semua sedang menikmati segelas cocktail di tangan masing-masing.Sambil memeluk lengan kanan Byan, Kia berusaha berjalan dengan langkah yang anggun dan meyakinkan, walaupun saat ini rasanya ia seperti ingin terjungkal oleh kakinya sendiri saking gugupnya.Seorang gadis muda berparas sangat cantik berus
Byan membukakan pintu kamar Presidential Suite-nya, ketika mendengar suara denting bel dari arah sana.Setelah merapikan sedikit selimut yang menutupi tubuh Kia dan memastikan bahwa gadis itu masih nyenyak tertidur, Byan pun segera melangkahkan kaki keluar dari master bedroom menuju pintu."Halo. Selamat malam, Byan," ucap seraut wajah yang tersenyum kepada Byan dari balik pintu.Byan membalas senyum ramah lelaki paruh baya itu. "Silahkan masuk, Dokter Indra," ucapnya mempersilahkan.Dokter Indra adalah petugas kesehatan yang telah lama bekerja di Resort milik keluarga Samudra. Mereka berdua pun kemudian masuk ke dalam lalu duduk di sofa besar dari bahan kulit mewah berwarna coklat tua.Dokter Indra menaruh tas berisi peralatan dokternya di atas meja, lalu menatap lekat perban di tangan kanan Byan yang mulai berubah warna karena darah yang merembes di sela-sela kainnya."Boleh saya lihat tanganmu?" Pintanya.Byan mengangkat tangannya yang terluka, melirik sekilas perbannya yang basah
"Aku baik-baik saja, Sayang. Jangan menangis lagi, ya?" Byan menyeka air mata yang sejak tadi mengalir dari manik coklat sayu milik Kia. Gadis itu tak hentinya menumpahkan cairan bening dari matanya sejak tadi, sebagai efek perasaan lega yang luar biasa bercampur shock yang masih tersisa."A-aku tidak... tidak bisaa berhenti, Byan. Hiks. Air mataku... terus keluar..." Gadis bersurai panjang yang masih terisak itu pun akhirnya didekap erat oleh Byan. Kia langsung melingkarkan kedua tangannya di pinggang lelaki itu.Matanya yang basah dan berkilau karena air mata menatap Byan sendu. "Aku benar-benar lega karena kamu berhasil mengalahkan mereka, Byan. Tapi di sisi lain... tanganmu... hiks..." Kia mengalihkan pandangannya ke tangan kanan Byan yang dibalut perban. Tangan itu terluka karena Byan refleks menangkis pisau yang hendak dihujamkan ke kepalanya.Tangisan Kia yang malah semakin meraung membuat Byan tertawa kecil. "Hei, tanganku cuma luka ringan saja, Kia. Tidak apa-apa, dalam bebe