GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 26—---- o0o —----Setibanya Hanan dan Mang Dirman di rumah, disongsong Sumiarsih dengan pekik keterkejutan. "Mang Dirman! Ada apa ini? Ada apa ini?" tanya perempuan berusia empat puluhan tahun tersebut panik. "A-apa yang telah terjadi, Hanan? Mengapa Mang Dirman luka-luka seperti ini?"Hanan yang membawa kemudi sado, buru-buru bangkit ke bangku belakang dan membantu sosok laki-laki tua itu turun."Sabarlah, Bu," timpal Hanan berusaha menenangkan ibunya. "Biar Hanan periksa dulu kondisi Mang Dirman-nya."Dia segera menuntun Mang Dirman memasuki rumah. Diikuti oleh Sumiarsih dari belakang dengan wajah penuh kekhawatiran."Kamu sendiri tidak apa-apa 'kan, Nak?" tanya Sumiarsih seraya meraba-raba sekujur tubuh anaknya. Hanan tersenyum dan menjawab, "Alhamdulillah, Bu. Hanan baik-baik saja, kok. Ibu lihat sendiri, 'kan?""Oh … syukurlah. Alhamdulillah … ya, Allah," gumam kembali perempuan tersebut
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 27—---- o0o —----Brak!Tuan Guus menggebrak meja dengan keras. Mengejutkan dua orang yang ada di depannya, Ki Praja dan Gert, duduk terdiam dengan kepala menunduk. Giginya sampai gemeretak menahan amarah disertai kilatan mata memerah."Verdomme! Ini sangat memalukan!" umpat laki-laki bertubuh tinggi besar itu seraya memelototi sosok Ki Praja. "Bagaimana kamu orang bisa berbuat hal bodoh semacam itu, Praja? Tidak bisakah kamu orang berpikir? Berpikir … kamu orang tahu itu berpikir, heh?" Telunjuknya mendorong batok kepala orang tua dengan kasar. "Apa yang kamu orang perbuat tadi, membuat saya merasa sungguh malu en tidak tahu harus berkata apa pada itu Roos anak saya!"(Sialan!)"M-maafkan saya kebodohan saya itu, Tuan," ujar Ki Praja seraya menghaturkan sembah. "S-saya benar-benar khilaf.""Khilaf? Wat is dat khilaf?" tanya Tuan Guus dengan nada keras."Maksud saya … lupa, Tuan," jawab Ki
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 28—---- o0o —----"Assalamu'alaikum …"Hanan dan Mang Dirman uluk salam begitu tiba di depan kediaman Bunga. Keadaan rumah terlihat sepi dan tidak tampak tanda-tanda ada orang di dalamnya."Sepi, Den," ujar Mang Dirman usai berkeliling mengitari area rumah tersebut."Ke mana, ya? Tidak mungkin mereka pergi menjelang petang begini," balas Hanan seraya memutar pandangan ke sekitar tempat. Mencari-cari. Siapa tahu dua sosok yang tengah mereka nanti-nanti itu muncul dari arah lain."Kita tunggu atau kembali pulang saja, Den?" tanya Mang Dirman seraya pegangi dadanya yang masih terasa sesak.Hanan menoleh. Dia tidak langsung menjawab, melainkan berpikir-pikir terlebih dahulu untuk beberapa waktu. "Kita tunggu saja, Mang. Kalau saja memang pergi, siapa tahu … sebentar lagi mereka pulang."Mang Dirman hanya manggut-manggut. Lantas mencari-cari tempat untuk sekadar duduk sambil menarik napas panja
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 29—---- o0o —----Beberapa tahun sebelumnya ….Kala itu menjelang tengah malam, suasana kediaman keluarga Juragan Juanda tengah dilanda cekam. Hampir semua penghuni larut dalam tangisan, tidak terkecuali Sumiarsih sendiri. Perempuan itu seperti tidak pernah berhenti menangisi suaminya yang sedang menderita sakit parah. Beberapa kali harus berjibaku menampung muntahan darah segar ke dalam sebuah wadah besar."Panggilkan Pak Mantri! Panggil Pak Mantri!" seru Sumiarsih panik menunjuk-nunjuk pada beberapa pekerja rumahnya. Mang Dirman yang saat itu kebetulan sedang berada di kamar, langsung bereaksi. "I-iya, Juragan! Saya segera berangkat!" sahutnya seraya buru-buru pergi ke luar."Saya ikut, Mang!" ujar Ceu Odah."Jangan! Ini sudah larut malam! Euceu bantu-bantu saja di sini!" timpal Mang Dirman. "Saya mau ke rumahnya Pak Mantri dulu. Euceu dengan yang lainnya, tunggu di rumah. Kunci rapat-rapat pint
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 30—---- o0o —----"Ya, Allah … Juanda," desah Ki Sendang Waruk lirih. "Siapa yang melakukan ini padamu, Kawan? Entah kesalahan apa yang pernah kamu perbuat, sampai ada seseorang yang tega berbuat sekeji ini padamu?""Aahhh … aahhh …." Juragan Juanda menggerak-gerakkan tangan, hendak menggapai lengan Ki Sendang Waruk dengan susah payah. "E-ndaanngg … e-ndaanngg …." panggilnya lirih dan terbata-bata.Seisi kamar saling berpandangan satu dengan lainnya. Terutama Ceu Odah pada Bunga."Apa?" tanya Ki Sendang Waruk pilu melihat sahabatnya tersebut tampak sangat menderita. "Apa yang ingin kamu sampaikan, Juanda? Bicaralah." Dia semakin mendekat, merangkul tubuh lemah Juragan Juanda agar terduduk."S-saya … s-saya …." ujar suami Sumiarsih tersebut dengan napas terengah seraya menggerak-gerakkan jemari pada orang-orang yang ada di dalam ruangan. Kemudian menunjuk pada istrinya sendiri, Ki Sendang Waruk, da
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 31—---- o0o —----"Ki, apinya sudah siap!" ujar Mang Dirman tergopoh-gopoh dari arah ruangan belakang. Bunga yang tengah termenung, spontan menoleh. "Api? Buat apa api?" gumamnya pada Sumiarsih. Jawab ibunya Hanan tersebut, "Entahlah. Mungkin Uwakmu mau membakar buhul.""Buhul?""Iya, Nèng. Itu semacam jimat kiriman yang berhasil dikeluarkan dari badan suami Ibu oleh Ki Endang tadi," jawab kembali Sumiarsih terdengar lirih."Astaghfirullahal'adziim," desah Bunga terkaget-kaget. "Jadi benar adanya, kalau Juragan Laki-laki sakit karena ….""Sudahlah, Nèng. Jangan sebut-sebut itu lagi. Ibu makin merasa sedih mendengarnya." Perempuan tua itu mendesah panjang. "Entah kesalahan apa yang pernah diperbuat Ayah, sampai-sampai ada orang yang tega berbuat sedzalim itu pada dia.""Buu …." Bunga merangkul calon ibu mertuanya. Memeluk erat disertai isak tangis memilukan. "Pasrahkan semuanya pada Gusti Allah, Bu. Juragan Laki-laki memang orang baik.
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 32—---- o0o —----"Ki Endang … tolooonnggg!" teriak Sumiarsih tergopoh-gopoh dari dalam kamar."Astaghfirullahal'adziim!" Ki Sendang Waruk dan Mang Dirman serempak berseru kaget dan buru-buru memasuki kamar. "Juanda?"Tampak Juragan Juanda tengah mengerang-erang di atas tempat tidur. Wajahnya memerah disertai lelehan darah yang keluar dari hidung serta mulut. "Aahhh ... aahhh …." Dia menggapai-gapai tangan pada sahabatnya, Ki Sendang Waruk."Ya, Allah … Juanda," desis laki-laki berikat kepala kain batik tersebut seraya mendekat, memegangi tubuh Juragan Juanda yang terlihat kepayahan. "Ada apa lagi ini? Diamlah …, tenang, Juanda," ujarnya.Mang Dirman hanya diam terpaku, berdiri mematung di pinggir tempat tidur. Bingung harus berbuat apa. Begitu juga dengan Bunga, Sumiarsih serta ketiga pekerja perempuannya.Sementara Juragan Juanda mulai meronta-ronta dengan jemari menggapai-gapai seperti hendak mencakar."A-ayaahhh …." panggil istri J
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 33—---- o0o —----"Allahuakbar!" pekik Ceu Ijah turut terbelalak besar kelopak matanya. Dilihatnya pakaian Mang Dirman sendiri dalam kondisi yang tidak jauh berbeda. Penuh dengan bercak darah segar dan menimbulkan aroma amis menyengat. "A-pa yang terjadi dengan Mang Dirman?""Ki Endang mana?" tanya Ceu Enok was-was masih dilanda keterkejutan yang teramat.Perlahan laki-laki tua itu melebarkan kuakan daun pintu kamar dengan wajah pilu. Seketika itu juga, tampak dengan jelas bagaimana kondisi sesungguhny
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 76 —---- o0o —----Setiba di kediaman keluarga, Hanan dan Mang Dirman lekas mengumpulkan orang-orang yang ada di rumah untuk diberikan arahan. Wajah laki-laki muda tersebut tampak tegang dan gelisah saat berbicara."Pokoknya, mulai saat ini kita harus lebih waspada. Terutama di malam hari," kata Hanan seraya menatap ibunya, Juragan Sumiarsih, dan Bunga dengan sorot mata penuh kekhawatiran. "Berjaga-jaga, siapa tahu sosok Nyai Kasambi akan datang sewaktu-waktu ke rumah kita ini, Bu."Juragan Sumiarsih menarik napas panjang. Tampak sekali jika saat itu dia pun merasakan hal yang sama, risau. Kemudian berkata lirih, "Ada apa dengan Nyai Kasambi? Padahal kita tidak pernah mempunyai masalah apa pun dengan dia selama ini. Mengapa justru sekarang Nyai Kasambi mengincarmu, Nak? Apa ada sesuatu yang telah kamu lakukan, Hanan?"Laki-laki muda tersebut menggeleng-geleng seraya menjawab, "Tidak, Bu. Bahkan bertemu saja baru dua kali terjadi. Itu pu
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 75—---- o0o —----Nyai Kasambi malah tertawa-tawa. Ujarnya kemudian, "Memang itu yang aku inginkan, Kedasih. Aku tidak pernah mendapatkan lelaki yang kucintai, dan kau pun sama-sama tersiksa dengan pendaman perasaanmu terhadap laki-laki yang kau harapkan. Jadi … kita impas, 'kan? Ha-ha-ha!""Aku memang mencintai Kang Waruk! Bukan seperti kau, yang telah tega-teganya mempermainkan dia!" balas Kedasih tidak ingin mengalah, berdebat. "Kau sengaja menjebak dia dengan kehamilanmu dulu, agar perhatian Kang Waruk hanya terfokus padamu. Iya, 'kan?""Apa yang mereka maksudkan itu, Mang?" Hanan dan Mang Dirman spontan saling bertatapan dan bergumam heran. "Maksud mereka … apakah laki-laki yang sedang merek
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 74—---- o0o —----"Kang Hanan, segera menjauh dari wanita tua bangka itu!" teriak sosok perempuan tersebut mengingatkan Hanan. Namun bukannya menurut, dokter muda itu malah tercekat memandangi. Gumamnya tanpa sadar, "Tèh Kedasih? Bukankah itu Tètèh?"Nyai Kasambi tercekat. Dia menatap Hanan sesaat dengan pandangan menyipit. "Kalian berdua saling mengenal?" tanyanya terheran-heran. "Bagaimana ini bisa terjadi?"Belum sempat dokter muda itu menjauhkan diri dari sosok Nyai Kasambi, tiba-tiba saja ujung tongkat kayu yang dipegang oleh perempuan tua tersebut terangkat dengan cepat, melayang, dan mengincar bahu laki-laki muda yang berada di dekatnya itu.Sontak, soso
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 73—---- o0o —----Di tengah perjalanan menuju pulang, tiba-tiba kuda berhenti mendadak sambil meringkik-ringkik nyaring. Kedua kakinya diangkat tinggi-tinggi, sehingga membuat badan sado bergerak-gerak tidak tentu arah."Jalu! Hei! Hihiihhh! Hihiiihhh!" seru Mang Dirman mencoba menenangkan kudanya melalui tarikan tali kekang."Astaghfirullah! Ada apa ini, Mang?" tanya Hanan panik seraya berpegangan kuat pada besi penyangga badan sado."Tidak tahu, Den!" jawab Mang Dirman masih berusaha mengendalikan amukan si Jalu. "Hei, Jalu! Tenanglah! Hihiiihhh! Hihiiihhh!"Sebentar kemudian kuda tersebut kembali terdiam sambil mengibas-ngibaskan ekornya.
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 72—---- o0o —----Hanan mendesah, miris, melihat kondisi Dasimah yang tengah tergolek lemah di atas kasur. Sebagai tenaga medis, dia ingin bertugas secara profesional, tapi berhubung ada banyak orang yang turut memperhatikan proses pemeriksaannya, hanya bagian-bagian tertentu saja yang bisa dia teliti.'Hhmmm, kalau memperhatikan psikis Dasimah, sepertinya dia telah mendapatkan perlakuan yang bisa membuatnya merasa ketakutan dan trauma. Tapi aku tidak tahu sepenuhnya, apa yang menyebabkan dia menderita seperti ini,' membatin laki-laki tersebut seraya menatap wajah Dasimah yang pucat. 'Aku yakin, di bagian tubuh yang lebih dalam, masih ada bekas luka lebam yang jauh lebih parah daripada yang kulihat di tangannya itu.'
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 71—---- o0o —----Hanan makin dibuat bingung dan sampai menggaruk-garuk kepala sendiri, padahal tidak merasa gatal sama sekali. Kemudian kembali membalas, "I-iya, Nona. Ada keperluan apa? Kalau di luar urusan tugas dan medis, mohon maaf, aku tidak bisa. Karena saat ini kami sekeluarga sedang—""Dasimah membutuhkan bantuanmu orang, Hanan. Kamu orang masih bersedia untuk menolak?" tukas Roosje buru-buru memotong ucapan laki-laki tersebut. Karena dia tidak ingin mendengar alasan, jika ketidakbersediaannya itu menyangkut urusan dengan sosok Bunga."Dasimah? Ya, Allah! Ada apalagi dengan Nèng Imah, Nona?" Kali ini semua yang ada di sana turut terkejut dan bertanya sendiri-sendiri. "Apakah dia jatuh sak
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 70—---- o0o —----"Nèèènnggg … Nèng Bunga!" panggil Hanan mencari-cari sosok Bunga usai meninggalkan percakapan mereka di belakang dapur tadi. "Enèng di mana? Ayolah, kita bicara dulu. Aku belum selesai bicara, loh!"Langkah laki-laki muda itu terhenti, tepat di ruang depan rumah. Ternyata kekasihnya tersebut tengah duduk sendiri di kursi panjang disertai raut wajah murung."Nèng, aku minta maaf ya, Nèng," ujar Hanan kembali seraya ikut duduk berhadapan. "Aku paham apa yang Enèng pikirkan itu, tapi tidak dengan harus membatalkan penugasanku di wilayah ini, 'kan?"Bunga memal
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 69—---- o0o —----Tuan Guus mencampakkan tubuh Dasimah, tergolek tidak berdaya di atas tempat tidur. Setelah puas memenuhi hasrat pribadinya, lantas laki-laki bertubuh tinggi besar itu menaikkan kembali celananya yang dibiarkan melorot hingga betis. Disusul dengan melingkarkan sabuk berbahan simpulan benang keras merekat di pinggang."Itu sebagai bahan perhatian, agar kamu orang tidak sembarang bercerita, terutama pada anak muda yang bernama Hanan itu, heh!" ujar Tuan Guus seraya terkekeh-kekeh sendiri.Sementara Dasimah sendiri tertelungkup rata dengan permukaan kasur dengan kondisi area pinggang ke bawah tersingkap bebas. Dia tidak menangis, tidak pula bersuara.
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 68—---- o0o —----Perlahan roda sado itu bergerak berputar-putar, meninggalkan area Balai Kesehatan Desa Kedawung di Kampung Sundawenang bersama sosok lelaki yang sedang disukai. Dengan kedua bola matanya yang biru, Roosje menatap Hanan sejak awal kaki menaiki badan kendaraan berkuda tersebut."Hati-hati di jalan, Nona Roos," ucap dokter muda itu seraya memberinya seulas senyum.'Dank ke wel, Hanan,' balas gadis cantik berkulit putih kontras tersebut di dalam hati. 'Elke dag hou ik meer en meer van je. Ik weet het niet, is dit een tijdelijke liefde of ontstaat het vanzelf?'(Terima kasih, Hanan. Semakin hari, aku kian menyukaimu. Entahlah, apakah ini hanya cinta sesaat atau memang timbul secara alami?)Semakin hari, di mata Roosje, sosok Hanan kian terlihat menawan. Dia sudah tidak lagi mau berpaling, terkecuali padanya seorang. Lantas tersenyum-senyum sendiri, kala teringat pada pertemuan pertama mereka di siang itu beberapa bulan yang