GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 17—---- o0o —----Hanan dan Mang Dirman kembali duduk, menempati bangku besar yang terpasang di beranda belakang rumah. Menghadap area kebun yang rimbun dengan berbagai tanaman serta pepohonan. Angin malam yang dingin, sesekali menghembus, membelai keduanya dengan syahdu diiringi irama nyanyian hewan-hewan mungil di balik-balik semak."Aahhh, hangat sekali, Mang," ujar Hanan begitu menyeruput minuman wedang jahe yang tadi dibuat. Masih mengepul panas membangkitkan hasrat untuk berlanjut menikmatinya."Lebih nikmat juga kopi, Den," balas Mang Dirman tidak mau kalah. Lelaki tua itu meminum kopi dengan cara unik. Pertama-tama menuangkannya terlebih dahulu ke dalam wadah berbentuk piring kecil yang dijadikan tatakan gelas, meniup-niup sebentar, lantas menyeruputnya sedikit demi sedikit. "Aahhh … sedap sekali," desah kusir keluarga Sumiarsih tersebut."Tidak boleh meniup minuman dan makanan, Mang. Pamali,"
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 18—---- o0o —----"Ada apa, Mang?" tanya Hanan turut berdiri dan melihat-lihat arah yang sedang diawasi oleh Mang Dirman.Jawab orang tua tersebut, "Entahlah, Den. Sepertinya ada orang yang bersembunyi di balik pohon itu." Dia menunjuk ke arah rimbunan pohon di depannya. Tidak seberapa jauh, tapi jika dibuat untuk bersembunyi dan menguping pembicaraan mereka, masih bisa didengar."Ah, mungkin hanya hewan liar, Mang," ucap Hanan mengira-ngira."Mudah-mudahan saja begitu, Den," balas Mang Dirman dengan hati masih was-was. "Aden tunggu di sini, saya akan memeriksa ke sana.""Jangan, Mang!" cegah Hanan buru-buru mencekal lengan orang tua itu. "Ini berbahaya, karena sudah malam dan gelap. Sebaiknya kita masuk ke dalam rumah. Biar besok pagi kita periksa kembali tempat itu.""Sebentar saja, Den. Saya penasaran.""Jangan! Besok saja!""Tapi, Den …."Hanan menarik lengan Mang Dirman agar s
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 19—---- o0o —----Jelang siang hari sekitar sebelasan, Roosje mencari-cari Ki Praja hingga ke area kandang kuda, tapi laki-laki tua tersebut tidak kunjung ditemukan di sana. Kemudian menemui Koen yang sedang berjaga di depan gerbang rumah."Ki Praja pergi bersama Tuan Guus ke perkebunan di atas, Nona," jawab Koen begitu ditanya.Roosje mendecak kesal. Kalau ayahnya pergi, pasti dikawal oleh Gert. Jadi tidak ada seorangpun yang bisa dipintai tolong di rumah."Nona hendak ke mana sesiang ini?" tanya Koen. "Nanti kalau Tuan Guus pulang dan bertanya, saya tidak bisa menjawab apa."'Ah, sialan! Kalau aku minta Koen mengawal, lalu siapa yang berjaga di sini?' rutuk Roosje makin kesal. 'Apakah aku mengajak itu Dasimah saja?' tanyanya sendiri seraya bergegas kembali ke dalam rumah, mencari-cari sosok yang dimaksud. "Ah, beruntung sekali, ternyata kamu ada di sini, Dasimah!"Seorang perempuan muda meno
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 20—---- o0o —----Sementara itu di lain tempat, sesuai dengan rencana semalam, esok siangnya Hanan bersama Mang Dirman pergi berkunjung ke rumahnya Kepala Kedusunan. Di sana, anak muda putra tunggal dari almarhum Juragan Juanda tersebut diterima dengan baik."Alhamdulillah …." ujar Ki Panca, sesepuh sekaligus Kepala Kedusunan Sundawenang, merasa bahagia sekali begitu mendengar rencana Hanan akan tetap tinggal di kampung mereka. "Itu malah lebih baik, Nak Hanan," imbuh orang tua tersebut dengan mata berbinar-binar. "Masyarakat di sini akan sangat terbantu sekali dengan kehadiran Nak Hanan. Apalagi semenjak kepergian Juragan Juanda, rasanya belum ada lagi sosok yang begitu dekat dengan kami."Balas Hanan usai melirik Mang Dirman di samping, "Insyaa Allah, Pak. Tinggal menunggu keputusan dari pemerintah serta surat penugasan kerja di sini. Mudah-mudahan saja, diterima dan semuanya berjalan lancar.""Insy
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 21—---- o0o —----Mang Dirman menunduk. Dia tidak berani menoleh atau memandangi wajah anak majikannya tersebut. "Maaf, Den. Maafkan saya," ujar laki-laki tua tersebut dengan suara lirih dan tercekat. "Saya hanya tidak ingin, Aden bersedih dengan cerita-cerita tentang almarhum Juragan laki-laki. Cukuplah kejadian itu—""Tidak, Mang," tukas Hanan semakin yakin bahwa ada sesuatu yang sengaja disembunyikan oleh Mang Dirman. "Ini bukan hanya sekali, tapi sudah berkali-kali. Mamang selalu berusaha memotong, mengalihkan, bahkan mencegah orang lain berbicara tentang mendiang Ayah saya.""Maafkan saya, Den."Anak muda itu tidak segera naik ke atas sado, tapi berdiri mematung seraya memandangi rumah perempuan tua tadi."Orang lain, mungkin hanya mendengar segelintir kabar. Tapi saya yakin, Ibu, Mamang, atau juga Nèng Bunga, jauh lebih mengetahui hal yang sebenarnya," imbuh kembali Hanan. "Saya adalah putra
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 22—---- o0o —----Pagi hari sebelum Hanan dan Mang Dirman pergi ke rumah Ki Panca, Kepala Kedusunan Desa Kedawung, pada siangnya …."Ceu Odah," panggil Hanan di dapur. Sontak empat orang perempuan di sana menengok serentak; Ceu Odah, Ceu Ijah, Ceu Enok, dan tidak ketinggalan pula sosok Bunga."Iya, Den. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Ceu Odah usai mendekat, diikuti oleh Bunga turut melakukan hal sama. "Ada apa, Aa?" "Ah, tidak, Nèng-Ceu," jawab anak muda tersebut seraya melempar senyum pada kekasihnya. "Aku mencari-cari Mang Dirman. Enèng melihatnya?"Bunga melirik sejenak pada Ceu Odah. "Aku lihat tadi Mang Dirman sedang di belakang, Aa. Seperti biasa, minum kopi. Iya 'kan, Ceu?""Benar, Den," timpal Ceu Odah. "Omong-omong ada apa, ya? Sepertinya Aden—""Ah, tidak ada apa-apa," tukas Hanan, tapi benaknya langsung menerka-nerka. 'Apa Mang Dirman ke depan sana, ya? Mungkin melihat-lihat
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 23—---- o0o —----Sado melaju menaiki jalanan terjal. Sesekali Mang Dirman harus sigap mengendalikan langkah kuda yang terseok-seok dan tampak keletihan. Hanan, Roosje, serta Dasimah harus berpegangan kuat pada jeruji bangku agar tidak ikut terdorong maju mengikuti entakkan."Kita turun di sini saja!" seru Roosje tiba-tiba, begitu mendapati sebuah sado lain terparkir di depan. "Itu ada Ki Praja sedang menunggui kuda-kuda.""Huuppss! Hiihhhih!"Mang Dirman segera menarik tali kekang agar kuda menghentikan langkah."Di sini, Nona?" tanya Hanan saat roda sado sudah benar-benar berhenti berputar."Ja, di sini saja, Hanan," jawab Roosje seraya melempar senyum pada anak muda tersebut. "Ayo, ikutlah saya turun. Sekalian kamu orang bertemu Papa."Hanan melirik ke arah Mang Dirman. Sosok tua itu menanggapinya dengan gelengan perlahan —yang tentu saja— tanpa sepengetahuan Roosje maupun Dasimah.
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 24—---- o0o —----"Papa!" teriak Roosje dari kejauhan, begitu sosok lelaki yang sudah dikenalinya terlihat samar-samar. Sedang mengawasi para pekerja di perkebunan di bawah rindang sebuah pohon besar.Tuan Guus yang didampingi Gert, spontan menoleh. Keduanya terkejut. Bukan karena melihat kedatangan Roosje, tapi kehadiran gadis tersebut ditemani oleh seorang lelaki lain."Tuan …." ucap Gert seraya menyipitkan mata. "Sepertinya itu orang laki-laki yang mengantar Nona Roos beberapa hari lalu.""Saya tahu," balas Tuan Guus langsung berubah riak wajahnya. "Mengapa Roos bersama itu orang datang ke ini tempat?""Sepertinya memang sengaja itu orang membuat janji dengan Nona Roos untuk datang ke sini, Tuan," kata Gert menduga-duga.Tuan Guus melirik tidak senang. "Heh, darimana kamu orang tahu itu, Gert?""Maafkan saya, Tuan. Itu hanya sepintas ini punya pemikiran." Gert lekas memberi salam hormat
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 76 —---- o0o —----Setiba di kediaman keluarga, Hanan dan Mang Dirman lekas mengumpulkan orang-orang yang ada di rumah untuk diberikan arahan. Wajah laki-laki muda tersebut tampak tegang dan gelisah saat berbicara."Pokoknya, mulai saat ini kita harus lebih waspada. Terutama di malam hari," kata Hanan seraya menatap ibunya, Juragan Sumiarsih, dan Bunga dengan sorot mata penuh kekhawatiran. "Berjaga-jaga, siapa tahu sosok Nyai Kasambi akan datang sewaktu-waktu ke rumah kita ini, Bu."Juragan Sumiarsih menarik napas panjang. Tampak sekali jika saat itu dia pun merasakan hal yang sama, risau. Kemudian berkata lirih, "Ada apa dengan Nyai Kasambi? Padahal kita tidak pernah mempunyai masalah apa pun dengan dia selama ini. Mengapa justru sekarang Nyai Kasambi mengincarmu, Nak? Apa ada sesuatu yang telah kamu lakukan, Hanan?"Laki-laki muda tersebut menggeleng-geleng seraya menjawab, "Tidak, Bu. Bahkan bertemu saja baru dua kali terjadi. Itu pu
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 75—---- o0o —----Nyai Kasambi malah tertawa-tawa. Ujarnya kemudian, "Memang itu yang aku inginkan, Kedasih. Aku tidak pernah mendapatkan lelaki yang kucintai, dan kau pun sama-sama tersiksa dengan pendaman perasaanmu terhadap laki-laki yang kau harapkan. Jadi … kita impas, 'kan? Ha-ha-ha!""Aku memang mencintai Kang Waruk! Bukan seperti kau, yang telah tega-teganya mempermainkan dia!" balas Kedasih tidak ingin mengalah, berdebat. "Kau sengaja menjebak dia dengan kehamilanmu dulu, agar perhatian Kang Waruk hanya terfokus padamu. Iya, 'kan?""Apa yang mereka maksudkan itu, Mang?" Hanan dan Mang Dirman spontan saling bertatapan dan bergumam heran. "Maksud mereka … apakah laki-laki yang sedang merek
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 74—---- o0o —----"Kang Hanan, segera menjauh dari wanita tua bangka itu!" teriak sosok perempuan tersebut mengingatkan Hanan. Namun bukannya menurut, dokter muda itu malah tercekat memandangi. Gumamnya tanpa sadar, "Tèh Kedasih? Bukankah itu Tètèh?"Nyai Kasambi tercekat. Dia menatap Hanan sesaat dengan pandangan menyipit. "Kalian berdua saling mengenal?" tanyanya terheran-heran. "Bagaimana ini bisa terjadi?"Belum sempat dokter muda itu menjauhkan diri dari sosok Nyai Kasambi, tiba-tiba saja ujung tongkat kayu yang dipegang oleh perempuan tua tersebut terangkat dengan cepat, melayang, dan mengincar bahu laki-laki muda yang berada di dekatnya itu.Sontak, soso
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 73—---- o0o —----Di tengah perjalanan menuju pulang, tiba-tiba kuda berhenti mendadak sambil meringkik-ringkik nyaring. Kedua kakinya diangkat tinggi-tinggi, sehingga membuat badan sado bergerak-gerak tidak tentu arah."Jalu! Hei! Hihiihhh! Hihiiihhh!" seru Mang Dirman mencoba menenangkan kudanya melalui tarikan tali kekang."Astaghfirullah! Ada apa ini, Mang?" tanya Hanan panik seraya berpegangan kuat pada besi penyangga badan sado."Tidak tahu, Den!" jawab Mang Dirman masih berusaha mengendalikan amukan si Jalu. "Hei, Jalu! Tenanglah! Hihiiihhh! Hihiiihhh!"Sebentar kemudian kuda tersebut kembali terdiam sambil mengibas-ngibaskan ekornya.
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 72—---- o0o —----Hanan mendesah, miris, melihat kondisi Dasimah yang tengah tergolek lemah di atas kasur. Sebagai tenaga medis, dia ingin bertugas secara profesional, tapi berhubung ada banyak orang yang turut memperhatikan proses pemeriksaannya, hanya bagian-bagian tertentu saja yang bisa dia teliti.'Hhmmm, kalau memperhatikan psikis Dasimah, sepertinya dia telah mendapatkan perlakuan yang bisa membuatnya merasa ketakutan dan trauma. Tapi aku tidak tahu sepenuhnya, apa yang menyebabkan dia menderita seperti ini,' membatin laki-laki tersebut seraya menatap wajah Dasimah yang pucat. 'Aku yakin, di bagian tubuh yang lebih dalam, masih ada bekas luka lebam yang jauh lebih parah daripada yang kulihat di tangannya itu.'
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 71—---- o0o —----Hanan makin dibuat bingung dan sampai menggaruk-garuk kepala sendiri, padahal tidak merasa gatal sama sekali. Kemudian kembali membalas, "I-iya, Nona. Ada keperluan apa? Kalau di luar urusan tugas dan medis, mohon maaf, aku tidak bisa. Karena saat ini kami sekeluarga sedang—""Dasimah membutuhkan bantuanmu orang, Hanan. Kamu orang masih bersedia untuk menolak?" tukas Roosje buru-buru memotong ucapan laki-laki tersebut. Karena dia tidak ingin mendengar alasan, jika ketidakbersediaannya itu menyangkut urusan dengan sosok Bunga."Dasimah? Ya, Allah! Ada apalagi dengan Nèng Imah, Nona?" Kali ini semua yang ada di sana turut terkejut dan bertanya sendiri-sendiri. "Apakah dia jatuh sak
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 70—---- o0o —----"Nèèènnggg … Nèng Bunga!" panggil Hanan mencari-cari sosok Bunga usai meninggalkan percakapan mereka di belakang dapur tadi. "Enèng di mana? Ayolah, kita bicara dulu. Aku belum selesai bicara, loh!"Langkah laki-laki muda itu terhenti, tepat di ruang depan rumah. Ternyata kekasihnya tersebut tengah duduk sendiri di kursi panjang disertai raut wajah murung."Nèng, aku minta maaf ya, Nèng," ujar Hanan kembali seraya ikut duduk berhadapan. "Aku paham apa yang Enèng pikirkan itu, tapi tidak dengan harus membatalkan penugasanku di wilayah ini, 'kan?"Bunga memal
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 69—---- o0o —----Tuan Guus mencampakkan tubuh Dasimah, tergolek tidak berdaya di atas tempat tidur. Setelah puas memenuhi hasrat pribadinya, lantas laki-laki bertubuh tinggi besar itu menaikkan kembali celananya yang dibiarkan melorot hingga betis. Disusul dengan melingkarkan sabuk berbahan simpulan benang keras merekat di pinggang."Itu sebagai bahan perhatian, agar kamu orang tidak sembarang bercerita, terutama pada anak muda yang bernama Hanan itu, heh!" ujar Tuan Guus seraya terkekeh-kekeh sendiri.Sementara Dasimah sendiri tertelungkup rata dengan permukaan kasur dengan kondisi area pinggang ke bawah tersingkap bebas. Dia tidak menangis, tidak pula bersuara.
GAIRAH CINTA ROOSJEPenulis : David KhanzBagian 68—---- o0o —----Perlahan roda sado itu bergerak berputar-putar, meninggalkan area Balai Kesehatan Desa Kedawung di Kampung Sundawenang bersama sosok lelaki yang sedang disukai. Dengan kedua bola matanya yang biru, Roosje menatap Hanan sejak awal kaki menaiki badan kendaraan berkuda tersebut."Hati-hati di jalan, Nona Roos," ucap dokter muda itu seraya memberinya seulas senyum.'Dank ke wel, Hanan,' balas gadis cantik berkulit putih kontras tersebut di dalam hati. 'Elke dag hou ik meer en meer van je. Ik weet het niet, is dit een tijdelijke liefde of ontstaat het vanzelf?'(Terima kasih, Hanan. Semakin hari, aku kian menyukaimu. Entahlah, apakah ini hanya cinta sesaat atau memang timbul secara alami?)Semakin hari, di mata Roosje, sosok Hanan kian terlihat menawan. Dia sudah tidak lagi mau berpaling, terkecuali padanya seorang. Lantas tersenyum-senyum sendiri, kala teringat pada pertemuan pertama mereka di siang itu beberapa bulan yang