Seorang gadis berambut pirang kemerahan tengah duduk meringkuk dengan kepala menunduk di atas kedua lutut. Gadis itu adalah Aurora yang sedang berada di penjara bawah tanah, sebuah ruangan sempit berdinding batu dan berlantai tanah yang menjadi saksi bisu penderitaan wanita jahat tersebut. Terlebih, hawa dingin yang menusuk tulang juga tidak jarang membuat wanita itu menggigil dingin.
"Hey! Bangunlah! Ada yang ingin menemuimu." Terdengar suara penjaga penjara yang tiba-tiba menyadarkan Aurora.
Kepala dengan surai panjang berwarna pirang kemerahan wanita itu seketika terangkat. Di detik itu juga, wajahnya yang lusuh berbinar cerah. Sosok seorang Pangeran penyelamat yang telah dinanti-nanti kedatangannya dan begitu diharapkan sebagai satu-satunya penolong kini telah ada di hadapan. Dia adalah Pangeran Alex. Ya, Pangeran itu datang mengunjungi Aurora di malam hari.
Aurora segera beranjak berdiri dan berjalan mendekat ke arah sang pangeran dengan memperlihatkan pena
Perpustakaan Goldeno yang berada di Istana Kekaisaran Aldovia menjadi satu-satunya perpustakaan mewah dengan koleksi buku terlengkap yang begitu jarang ditemukan di pusat Kota Grivendor. Tidak hanya buku terlengkap, berbagai novel terlarang bertema romansa dewasa juga menjadi daya tarik tersendiri dari perpustakaan tersebut.Namun, akses untuk memasuki perpustakaan itu cukup sulit dan biasa diperuntukkan hanya untuk anggota keluarga kerajaan saja. Bahkan, para bangsawan yang ingin memasuki perpustakaan itu harus meminta permohonan dulu terhadap Ratu.Dan kini, sebagai satu-satunya anggota Regina yang masih tersisa, tentu saja Bella diperbolehkan memasuki perpustakaan tersebut. Ya, tumbangnya Aurora menjadikan Bella sebagai satu-satunya Regina dan bisa dipastikan untuk menang. Gadis cantik berambut cokelat itu adalah calon Ratu Kekaisaran Aldovia selanjutnya.Bella melangkah dengan elegan diikuti Emma yang berjalan di belakang. Kala berada di lorong istana, beber
Bella terkesiap kala seorang pria berpakaian khas Pangeran tiba-tiba mengurung tubuhnya dan menabrakkan punggungnya hingga bersandar di rak buku. Netra cokelat gadis itu membeliak dan tertuju pada sosok pria itu yang begitu dominan mengurung tubuhnya dalam dadanya yang bidang. Siapa lagi yang berani melakukan hal itu jika bukan Pangeran Glenrhys? "Apakah kau masih akan membacanya, Milady?" Seringai tipis terbit di bibir sang pangeran. Bella yang memeluk buku terlarang di dalam dekapannya sontak kembali terkesiap dan seketika menyembunyikan buku itu di belakang tubuhnya. "Me-membaca apa maksud Anda, My Lord? Sa-saya hanya sedang berjalan-jalan." Bella membuang wajahnya ke samping sembari berkilah dan melakukan kegemaran, yaitu bersandiwara. Tentu saja akan sangat memalukan jika Pangeran tahu Bella yang diam-diam membaca buku terlarang. Pangeran Glenrhys terkekeh kecil. Dengan sebelah tangan yang bersandar pada rak buku untuk mengunci tubuh Bella, Pangeran itu
Tiba-tiba terdengar suara beberapa pasang sepatu hak tinggi yang tengah beradu dengan kerasnya lantai marmer Perpustakaan Goldeno. Mereka adalah dua orang putri bangsawan yang baru saja mendapat izin dari Ratu untuk memasuki perpustakaan tersebut."Hey! Apa kau telah mendengarnya, Lucia? Wujud asli dari Pangeran Neraka."Seorang gadis bangsawan Marquez bernama Lucia mengangguk pelan sembari mengedarkan pandangan mencari di mana lorong rak buku yang ia cari, "Ayolah! Siapa yang belum mendengar tentang hal itu, Gloria? Bahkan berita itu telah tersebar di kalangan penduduk biasa. Wujud dari Pangeran Neraka tidak sesuai dengan rumor yang selama ini beredar. Kudengar dia sangat tampan. Bahkan, ada yang mengatakan jika ketampanannya melebihi dua Pangeran yang telah menjadi idola sebagian besar wanita di penjuru Aldovia."Gloria seketika merona, "Ouh ... aku masih tidak percaya bagaimana mungkin ada yang mampu menandingi ketampanan dua Pangeran itu? Aku benar-ben
Emma yang baru saja keluar dari Perpustakaan Goldeno berlari kecil untuk menuju paviliun kamar Bella yang berada di istana bagian timur. Gadis itu terburu-buru menuju kamar pelayan di paviliun tersebut untuk mengambil beberapa ramuan pereda nyeri yang ia simpan. Gadis itu terus berlari melewati taman istana kekaisaran sembari menahan rasa nyeri dismenorea di perutnya.Brukh!Emma tanpa sengaja menabrak seseorang kala masih berada di taman. Gadis mungil itu sontak jatuh terduduk seraya mengaduh kesakitan. "Ma-maaf! Maafkan saya! Saya sungguh tidak sengaja."Mengangkat kepala, Emma melihat seseorang wanita bangsawan yang sedang berkacak pinggang di hadapan. Dengan rambut panjang bergelombang berwarna hitam legam, wanita itu tengah melayangkan tatapan tajam. Dia adalah Esmeralda, selir terakhir Kaisar Louis."Apa kau tidak menggunakan mata ketika sedang berjalan?" Esmeralda berdesis sengit, "Dasar pelayan bodoh!"'Haish! Jika aku berjalan menggu
Di dalam sebuah kamar yang terdapat beberapa dipan kecil untuk para pelayan, Pangeran Stefan merebahkan tubuh Emma pada salah satu dipan berukuran kecil tersebut. Beberapa dari pelayan istana yang melihat sontak terkesiap sekaligus tertegun kala mendapati seorang Pangeran yang menginjakkan kaki di kamar mereka dan menggendong salah satu pelayan seperti mereka.Seorang kepala pelayan bernama Charlotte menunduk sopan, "Anda bisa meninggalkannya, Pangeran. Kami akan mengurusnya."Pangeran Stefan mengernyit, "Benarkah dia tidak apa-apa? Bagaimana jika dia mati?" Sebuah pertanyaan konyol yang keluar dari mulut Pangeran Stefan membuat beberapa pelayan yang berada di kamar tanpa sengaja mengulum tawa.Namun, tidak dengan Charlotte yang hanya menunjukkan seraut wajah datar. Sifat tegas kepala pelayan istana itu memang terkenal begitu kaku, "Dia tidak akan mati, Pangeran. Kami akan mengurusnya. Tidak seharusnya Anda berada di tempat kotor seperti ini."Pangeran St
Keesokan harinya. Emma sudah lebih baik dari sebelumnya dan mulai melakukan tugas sebagai pelayan yaitu melayani Bella. Kini, gadis mungil itu sedang memilih gaun indah yang akan dikenakan sang tuan putri. Namun, ada yang berbeda dari pelayan tersebut. Binar wajah Emma lebih cerah dan berseri dari biasanya. Bahkan, tidak jarang gadis itu mengulum senyum sendiri sembari melamun.Tidak hanya itu, Emma juga tidak sadar jika kini terdapat seorang wanita yang tengah berdiri tidak jauh darinya. Dengan kain satin tipis berwarna putih tulang yang membalut tubuhnya yang indah, Bella melipat kedua tangan di depan dada sembari melihat gerak-gerik Emma yang tampak sedikit aneh, tak seperti biasanya."Ehem!" Bella sengaja berdeham.Emma seketika tersadar dari lamunan dan sontak mengalihkan pandangan pada Bella. "Ah! Anda sudah selesai mandi, Lady.""Bukankah sudah dari tadi?" Bella memasang wajah datar. Pasalnya, Emma sendiri yang membantunya berendam. Bagaimana ia bi
Suara tapak kuda kini sedang menggaung di penjuru hutan belantara. Bella tengah memacu kuda berwarna cokelat tua pemberian Pangeran Glenrhys. Dengan jubah berwarna hijau botol yang terbalut di tubuhnya, Bella menghentakkan tali kekang kuda dengan wajah berbinar cerah.Pasalnya, gadis berambut cokelat hazel itu akan bertemu dengan ibunya di kediaman Duke Marthin. Rasa rindunya telah membuncah dan ia begitu ingin melampiaskan kerinduan itu pada sang ibu. Lalu, di mana Emma? Mengapa ia tidak membuntuti Bella seperti biasa? Pelayan mungil itu masih sibuk dengan buku terlarang yang kini ia baca di kamar sang tuan putri. Sementara tuan putri itu sendiri juga sedang ingin berkuda seorang diri.Dan, di mana Pangeran Glenrhys berada? Mengapa ia juga tidak bersama Bella? Sayangnya, Pangeran itu harus mengurusi dan membicarakan strategi persiapan perang di wilayah perbatasan. Ya, tugasnya sebagai pemimpin pasukan perang memang membuatnya cukup sibuk. Namun, Bella sama sekal
Bella berjalan bersama Duke Marthin di taman bunga mawar. Seorang pria paruh baya yang masih terlihat tampan itu sejak tadi hanya bergeming dan memandangi bunga-bunga yang berada di taman kediamannya. Sesungguhnya, pria itu juga begitu merindukan Bella dan memiliki banyak pertanyaan yang bersarang di otak tentang keadaan putrinya tersebut. Namun, semua itu hanya tersimpan rapi di dalam otaknya dan sangat sulit untuk diungkapkan."Apakah kabar Ayah baik-baik saja?" Bella mencetus keheningan saat berjalan di samping Duke Marthin.Duke Martin mengangguk tidak jelas, "Ya, aku baik-baik saja, Bella. Bagaimana denganmu? Ayah telah mendengar banyak hal tentangmu saat kau melakukan misi di desa terpencil itu. Dan, untuk Aurora ... Ayah benar-benar tidak menyangka dia akan melakukan hal itu."Bella menarik sudut bibirnya, tersenyum tipis, "Semuanya sudah berlalu. Lagi pula, dia juga akan segera mendapat hukuman."Duke Marthin kembali bergeming. Sedikit guratan kes
Alhamdulillah ... penulis dapat merampungkan cerita GCBT sesuai dengan plot yang sudah ada di dalam kepala. Bagaimana dengan endingnya? Maaf jika ending cerita ini cukup berbeda dengan kebanyakan novel yang diakhiri dengan ritual pernikahan, bulan madu, dan memiliki bayi. Kalian bisa mengimajinasikan kebahagiaan itu sendiri untuk kisah Bella dan Glenn yang sudah berakhir bahagia ️ Dan sesuai dengan janji penulis sebelumnya berkaitan dengan giveaway, penulis akan memilih satu dari komentar yang terbaik dan mendapat paket bingkisan dari penulis. Namun, penulis juga akan memberi hadiah transfer atau pulsa senilai @50.000 pada bebe
Langit malam seketika menyambut netra seorang gadis yang berada dalam gendongan pria yang dicintainya. Wajah gadis itu memucat dan tidak ada lagi semburat warna di wajahnya. Warna-warna itu telah pergi bersama dengan sebuah kehormatan yang dimiliki. Gadis itu adalah Bella yang hanya menunggu hitungan detik untuk kematiannya. Pandangan Bella yang mulai meremang berusaha menatap sayu pada ukiran wajah tampan pria yang dicintainya dari bawah sinar rembulan dan langit malam yang bertabur bintang. Sayangnya, jiwa gadis itu telah terbunuh sebelum belati tajam mengiris pembuluh darah arteri karotis di lehernya. Jika Tuhan memberikannya kesempatan, gadis itu ingin mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria tampan yang kini sedang ia lihat di bawah sinar rembulan, sosok pria yang selalu menjadi perisai di hidupnya, sosok pria yang tetap datang di saat-saat terakhir, dan sosok pria yang merupakan Pangeran berkuda putihnya. Namun, takdir berkata lain. Takdir itu
Pintu terbuka dengan suara nyaring karena terbentur dinding. Pangeran Glenrhys berdiri di ambang pintu dengan aroma kematian yang tersebar di wajah. Bella dapat melihat keterkejutan dan rasa sakit hati yang terpancar di riak-riak mata pria yang dicintainya tersebut. Tiba-tiba, Bella merasakan ujung pisau di lehernya. "Majulah selangkah dan kau akan melihat pisauku tertancap di leher wanitamu, Kakak." Pangeran Stefan tersenyum menyeringai dengan belati lipat di tangannya yang diarahkan di leher Bella. Pangeran Glenrhys membeku. "Apa yang kau inginkan, Stefan?" Suaranya tenang, tetapi terlihat betapa tajamnya tatapan Pangeran Glenrhys pada adik tirinya. Percayalah! Bella justru merasa ingin mengakhiri hidupnya saat ini juga. Rasa malu, trauma, hina, dan marah kini bergejolak dalam darahnya dan merasuk hingga tulangnya. Gadis itu tidak pernah menyangka jika seseorang yang ia cintai—Pangeran Glenrhys akan melihatnya dalam kondisi tanpa sehelai benan
✍️ Hallo, bab ini menurut penulis akan cukup dark. Jika tidak suka, bisa diskip meskipun bab ini cukup vital dan juga merupakan inti dari cerita. ~~~ Bella kembali membuka mata. Kedua tangan dan kakinya masih terikat dengan tali. Mulutnya juga tersumpal dengan kain. Masih terbalut gaun mewah dengan bawahan mengembang, wajah Bella sudah tampak lusuh meskipun kecantikanya masih tetap terlihat. Sudah berhari-hari Bella diculik dan disekap oleh Pangeran Stefan. Berkali-kali Pangeran gila itu menyatakan cinta dan berkali-kali pula Bella menolaknya dan meludah di wajah Pangeran tersebut. Bella berusaha membebaskan diri dari ikatannya, tetapi tak satupun ikatan itu mengendur. Gadis itu benar-benar ingin kabur dan melarikan diri dari Pangeran mengerikan yang terobsesi padanya. Saat masih berusaha melepas ikatan tali, tiba-tiba terdengar suara pintu berderit, pertanda seseorang telah membukanya. Sosok pria berdiri di ambang pintu. Ya, pria itu ad
Pangeran Glenrhys menaiki kereta kuda kala baru saja keluar dari kapal yang membawanya dari London. Pangeran itu menuju istana untuk bertemu dengan Ratu Cecilia. Turun dari kereta kuda, langkah Pangeran Glenrhys menyusuri taman istana barat untuk menuju aula Ratu.Hingga akhirnya, Pangeran itu telah tiba di depan pintu kamar Ratu. Jemari panjangnya mulai terulur dan membuka pintu ganda kamar yang seketika memperlihatkan seorang wanita yang sedang terbaring di atas tempat tidur.Pangeran Glenrhys melangkah mendekat, "Apakah kau sudah meminum obatmu?" Suara bariton yang terdengar begitu dalam keluar dari mulut Pangeran tersebut.Ratu Cecilia yang awalnya memejamkan mata mulai membuka kelopak mata yang dinaungi bulu mata lentik dan seketika memperlihatkan iris mata biru yang indah, mirip seperti iris mata milik Pangeran Glenrhys. Wanita cantik itu menarik sudut bibirnya dan tersenyum menatap sang putra yang tiba-tiba datang mengunjunginya."Obat
Secret~Seorang pria paruh baya berambut hitam panjang dan bertopi fedora memasuki salah satu ruang kamar yang berada di istana. Ia menunduk sopan kala berhadapan dengan seorang Pangeran yang duduk santai di peraduannya dengan sebatang cerutu di tangannya. Pria paruh baya itu adalah Pollux. Sedangkan Pangeran itu adalah Stefanus Aldrich."Dia sudah menyetujuinya, My Lord. Duchess Marimar bersedia berada di pihak kita. Semua rencana sudah kita bicarakan dan tinggal menunggu waktunya."Senyuman menyeringai tergambar di bibir Pangeran Stefan. Sebelah tangannya mulai mendekatkan sebatang cerutu di bibir merah mudanya. Menyesap sari pati tembakau, Pangeran itu mengembuskannya secara perlahan, "Bagus, Pollux. Aku sudah tidak sabar menunggu hari itu tiba. Aku tidak sabar bersama dengannya," desis Pangeran Stefan masih dengan senyuman menyeringai yang belum memudar.Hingga akhirnya, hari itu pun tiba. Hari di mana Enzo menjemput Bella yang sedang berada di markas
Secret~Hari ini adalah jadwal dilakukannya penyulingan air di Desa Oldegloe sebagai upaya penyelematan dari wabah seperti yang telah dicetuskan Bella di rumah kesehatan bersama Derek sebelumnya. Pangeran Glenrhys sedang bersiap menuju Desa dan melihat kembali beberapa bahan-bahan penyulingan dari alam yang berada di kereta kuda. Bahan-bahan itu akan di bawa ke desa seperti yang diminta oleh Bella. Sedangkan Bella dan Emma sudah berangkat terlebih dahulu ke desa menaiki kuda.Pangeran Stefan yang juga berada di mansion kediaman Duke Arandel diam-diam memandangi Pangeran Glenrhys dari kejauhan. Berhiaskan wajah datar, Pangeran itu merasa muak dengan sikap Pangeran Glenrhys yang menangani semua masalah penduduk dengan tangannya sendiri. Terlebih, ia juga geram kala belakangan ini Pangeran Glenrhys menjadi semakin dekat dengan Bella. Tak lama, langkahnya mendekat."Sepertinya kakakku cukup sibuk akhir-akhir ini. Apakah aku perlu membantu?" Senyuman menggemask
Secret~Apakah kalian pernah mendengar sebuah kisah tentang obsesi maniak cinta yang melenceng dari jalurnya dan bisa berakhir tidak sehat atau biasa dikenal dengan Obsessive Compulsive Disorder atau OCD? Ya, hal itu yang dialami Aaron di kehidupan Bella Marlene di masa depan.Namun, bukankah seseorang yang terobesi pada kekasihnya memang sudah biasa dan sering terjadi? Dan kini ... apakah kalian pernah mendengar cerita tentang sebuah obsesi maniak pada ibunya sendiri? Bahkan, cerita itu pernah menjadi sebuah legenda di Indonesia, Sangkuriang.Anehnya, hal itu justru dialami oleh seorang anak berusia sepuluh tahun. Ayolah, bagaimana mungkin anak sekecil itu mengetahui hal semacam cinta? Tidak. Anak itu bahkan tidak tahu apa itu cinta. Yang dia tau, hanyalah ibunya yang selalu membuatnya merasa nyaman dan dia ingin selalu bersama sang ibu.Bukankah hal itu wajar? Bukankah setiap Anak memang ingin selalu dekat bersama sang ibu? Benar, setiap Ana
Tiba-tiba terdengar suara keributan yang memekakkan telinga dan menembus alam bawah sadar Bella. Gadis itu lantas membuka kelopak mata dan mendapati dirinya masih berada di dalam kereta kuda. Namun, kereta kuda itu berhenti dan justru berganti dengan berbagai macam suara jeritan kesakitan, pekikan, hingga suara pedang yang saling beradu dan berdesing di telinga. Dan, di mana Emma? Hanya Bella yang ada di dalam kereta kuda tersebut.Layaknya Cinderella, Bella keluar dari kereta kuda dengan gaun indah dan sepatu kaca yang terbalut sempurna di tubuhnya. Namun, kini yang ada di depan mata Bella bukanlah pemandangan indah berupa istana sang pangeran yang akan digunakan Cinderella berdansa hingga jam dua belas malam, tetapi justru hal mengerikan di mana para pengawal dan pelayannya yang berjatuhan bersimbah darah. Ya, Enzo dan Emma kini tergeletak di atas permukaan tanah.Manik mata Bella seketika membulat. Tubuhnya mematung dengan kedua tangan gemetaran. Dihampirinya Emma y