Empat hari yang lalu, kala Pangeran Glenrhys dan Pangeran Stefan berjalan beriringan di taman Kekaisaran Aldovia. Senyuman simpul diam-diam terbit di wajah seorang Pangeran yang tertutup oleh penutup kepala jubah hitam, "Sepertinya kau bisa membuktikan apakah kau benar-benar berguna untukku nantinya atau tidak, Stefan." [1]
Pangeran Stefan memiringkan sedikit kepala sembari mengangkat sebelah alisnya, "Maksud Kakak?"
"Ada sesuatu yang harus kau lakukan karena dia sudah mulai bergerak."
"Dia? Apakah maksud Kakak adalah Pangeran pertama?"
"Ya, dia berniat untuk menikahi putri kedua Duke Marthin agar dapat mengikuti misi dari pelatihan."
"A-apa?!" Pangeran Stefan sedikit terkejut sebelum akhirnya mengangguk-angguk tidak jelas, "Lalu, apa yang harus kita lakukan?"
"Aku mendapat kabar jika pelatihan nanti mereka akan dikirim ke wilayah barat untuk menangani wabah. Aku akan membantunya di sana dengan melakukan penyamaran."
"Penyamara
Pangeran Stefan yang memahami situasinya segera angkat bicara. "Ah! Tolong maafkan dia, Lady! Dia adalah Prajurit istimewa kesayangan Pangeran kedua. Perangainya memang seperti itu. Kuharap kau bisa memakluminya." Pangeran Stefan kemudian berdesis rendah, "Bahkan ... dia juga tidak pernah bersikap hormat padaku, hohoho," jelas Pangeran bontot itu dengan tertawa yang dibuat-buat. Pangeran Stefan tentu tahu betul jika Pangeran Glenrhys tidak akan pernah merendahkan harga dirinya meskipun sedang dalam penyamaran.Sedangkan Bella masih tetap mengernyit curiga. Gadis itu kemudian beranjak berdiri dan melihat Pangeran Glenrhys yang berjalan kembali ke arah kuda putihnya tanpa memedulikan apapun yang baru saja keluar dari mulutnya. Oh sungguh! Baru kali ini Bella bertemu dengan lelaki menyebalkan seperti itu.Pangeran Stefan yang diam-diam mengamati mereka berdua meloloskan dehaman yang membuat Bella tersadar dari tatapan lekatnya pada Pangeran Glenrhys."Sebenar
"Apa kau sekarang menggunakan parfum mewah yang hanya bisa didapatkan oleh pria bangsawan? Dari mana kau mendapatkannya, Claude?" Bella mencoba menelisik.Mendengar pertanyaan yang baru saja keluar dari mulut Bella, Pangeran Glenrhys sedikit mengernyitkan dahi. Ternyata gadis di pangkuannya tidak sebodoh yang ia kira. "Apakah kau seekor tikus yang suka mengendus bau di sekitarmu?" Pangeran Glenrhys justru berujar dengan santai masih dengan menunggangi kuda putihnya bersama Bella.Sementara mendengar apa yang keluar dari pria di belakangnya, netra cokelat Bella seketika membeliak. Sebagai seorang putri bangsawan dari Perdana Menteri Kekaisaran Aldovia, tentu saja ini adalah kali pertama seseorang berani menyamakannya dengan seekor tikus."T-tikus kau bilang?" Tenggorokan Bella sampai tersekat, tidak mampu mengeluarkan amarahnya. 'Astaga! Beruntunglah karena kau tadi sudah menyelematkanku, Sialan!' Bella mengumpat dalam hati dengan seraut wajah kesal.
Di sebuah mansion besar milik salah satu bangsawan yang berada di wilayah barat, Duke Arandel. Pria bangsawan berkumis tebal dan memiliki empat orang istri itu merasa terhormat lantaran mendapat upeti untuk menampung dua orang regina yang akan melakukan misi dalam pelatihan. [1]Kini, Bella, Emma, Claude, dan Pangeran Stefan tengah berjalan menuju kamar yang telah disediakan untuk masing-masing dari mereka. Sementara Duke Arandel sendiri juga ikut mengantar dan sedang berjalan di depan bersama Pangeran Stefan.Duke Arandel tidak menyangka jika kini Pangeran Stefan juga akan ikut melihat jalannya misi pelatihan dan juga akan tinggal di mansion kediamannya. Tentu saja ikutnya Pangeran Stefan adalah perintah dari Pangeran Glenrhys yang kini juga sedang menyamar dan berjalan bersama mereka.Sayangnya, mereka tidak tahu jika sosok pria berpakaian prajurit itu adalah seorang Pangeran Kedua. Sebab, Pangeran itu memang sengaja menyamar sebagai Claude, prajur
"Apa?!" Bola mata Bella membeliak seolah hampir keluar dari soketnya. "Bagaimana kau bisa meninggalkannya, Emma? Oh astaga!" Emma menunduk dengan wajah merasa bersalah, "M-maafkan saya, Lady. Saya tidak sengaja meninggalkannya. Saya sudah meminta salah satu pelayan Duke Arandel untuk mengirim surat ke istana. Mereka akan segera mengirimkannya. Mungkin siang hari nanti pakaian Anda sudah datang." Bella menghela napas panjang kemudian beranjak berdiri dari ranjang, "Apakah kau lupa jika sebentar lagi aku sudah harus berkumpul dan membicarakan bersama mengenai masalah wabah? Dan jika gaunku tidak ada, apakah aku harus mengenakan gaun seperti ini?" Bella menunjuk ke bawah, memperlihatkan pakaiannya yang sudah tidak berupa pakaian, robek di bagian lengan dan rok bawahannya. Ya, kini suasana kamar Bella memang sedang menegang karena Emma yang tidak sengaja meninggalkan kotak kayu berisi pakaian milik Bella. Sebelumnya, Emma sedang terburu-buru saat ia memasukkan ak
Di sebuah ruangan mansion kediaman Duke Arandel yang digunakan untuk rapat bersama. Sebuah meja berbentuk bundar dan berukuran cukup besar sedang membentang di tengah ruangan bernuansa klasik yang elegan tersebut. Mereka semua duduk siap dan mengelilingi meja berbentuk bundar di tengah ruangan itu. Temasuk Bella. Gadis itu juga menjadi salah satu yang duduk bersama para bangsawan yang lainnya. Namun, terdapat seorang prajurit biasa yang bukan merupakan bangsawan dan kini justru duduk di sebelah Bella. Siapa lagi prajurit itu jika bukan Claude. Bella kembali mengernyit curiga kala Pangeran Stefan memperlakukan prajurit itu sedikit istimewa. Pangeran bontot itulah yang memberi titah agar Claude duduk bersama dan tepat di sebelahnya. Bella kemudian mengedarkan pandangan dan berhenti tepat pada seorang gadis berambut pirang kemerahan, yaitu Aurora yang duduk di seberangnya. Namun, dahi Bella berkerut samar kala melihat seorang pria berbadan kurus dan berambut keriting ya
"Jadi, apa solusi kalian?" Pangeran Stefan bertanya masih dengan senyuman tipis dan pandangan tertuju pada Claude dan Bella.Bella seketika terhenyak, 'Bukankah aku tidak boleh menyelesaikan misi ini? Itu berarti kali ini aku harus diam bukan? Baiklah tutup mulutmu rapat-rapat, Bella! Jangan ada apapun yang keluar dari mulutmu!' batin gadis itu sembari menutup kedua mulutnya rapat-rapat."Bumi hangus desa." Claude tiba-tiba mencetus dan sontak membuat Bella membeliak dan menoleh ke samping, ke arahnya. "Kau harus memastikan terlebih dahulu pada tiga orang korban wabah yang masih hidup apakah mereka pernah mendapat gigitan dari hewan pengerat itu sebelumnya. Dan jika benar, kita harus memberikan banyak pembasmi serangga dan juga memperbaiki sanitasi air yang buruk di wilayah kumuh itu." Pangeran itu memberi titah dengan wajah serius. Sementara Pangeran Stefan dan Michael mengangguk pelan."Oh astaga! Mengapa kalian sungguh bersikeras akan hal itu? Dan juga,
Bella kini tengah berjalan menuju kamarnya dan diikuti oleh Emma yang berjalan di belakang seperti biasa. Sepanjang perjalanan, Bella terus merutuki dirinya sendiri karena menyesali apa yang ia katakan kala berada di ruang rapat sebelumnya. Ia menganggap jika mulut dan otaknya seolah tidak dapat diajak bekerjasama saat sebelumnya telah disugesti untuk berdiam diri. Ya, semuanya kacau-balau hanya karena pancingan dari Rudolf yang menyebalkan. Dukh! Emma memekik saat dahinya membentur tubuh Bella. Sedangkan Bella yang tiba-tiba ditabrak dari belakang saat tengah asyik berjalan juga ikut memekik kaget. "Oh astaga! Kau membuatku kaget, Emma!" Emma seketika tersadar dari lamunan. Ya, sejak tadi Emma memang berjalan sambil melamun. Bahkan, setelah tersadar pun tidak ada kata yang keluar dari mulut gadis mungil itu. Ia terus menundukkan kepala dengan wajah murung. Ia merasa enggan mengangkat kepala bahkan untuk menatap Bella. "Hey, apa kau tida
Seorang Pangeran tampan menengadahkan telapak tangan kala ia sudah duduk di atas pelana kuda putihnya. Seorang gadis cantik bersurai cokelat yang berdiri di bawahnya seketika meletakkan jemari lentiknya di atas telapak tangan pangeran tersebut yang kemudian ditarik hingga terduduk di atas kuda putih bersama. Mereka berdua adalah Claude dan Bella. Claude segera menghentakkan tali kekang kuda hingga kuda itu berlari mengikuti perintah tuan-nya. Mereka menyusuri rumah-rumah penduduk bergaya Eropa klasik menuju sebuah hutan yang akan mengantarkan ke tempat tujuannya—Desa Oldegloe—sebuah desa yang terjangkit wabah dan akan ditangani oleh Claude dan Bella. Kini, rerumputan yang membentang di sepanjang hutan serta pepohonan pinus yang tinggi menjulang tengah dilewati oleh kuda putih tersebut. Bella yang duduk di depan Pangeran Glenrhys menghela napas panjang, menghirup aroma segar khas hutan yang menguar di udara. Gadis itu telah membulatkan tekad untuk melakukan misi
Alhamdulillah ... penulis dapat merampungkan cerita GCBT sesuai dengan plot yang sudah ada di dalam kepala. Bagaimana dengan endingnya? Maaf jika ending cerita ini cukup berbeda dengan kebanyakan novel yang diakhiri dengan ritual pernikahan, bulan madu, dan memiliki bayi. Kalian bisa mengimajinasikan kebahagiaan itu sendiri untuk kisah Bella dan Glenn yang sudah berakhir bahagia ️ Dan sesuai dengan janji penulis sebelumnya berkaitan dengan giveaway, penulis akan memilih satu dari komentar yang terbaik dan mendapat paket bingkisan dari penulis. Namun, penulis juga akan memberi hadiah transfer atau pulsa senilai @50.000 pada bebe
Langit malam seketika menyambut netra seorang gadis yang berada dalam gendongan pria yang dicintainya. Wajah gadis itu memucat dan tidak ada lagi semburat warna di wajahnya. Warna-warna itu telah pergi bersama dengan sebuah kehormatan yang dimiliki. Gadis itu adalah Bella yang hanya menunggu hitungan detik untuk kematiannya. Pandangan Bella yang mulai meremang berusaha menatap sayu pada ukiran wajah tampan pria yang dicintainya dari bawah sinar rembulan dan langit malam yang bertabur bintang. Sayangnya, jiwa gadis itu telah terbunuh sebelum belati tajam mengiris pembuluh darah arteri karotis di lehernya. Jika Tuhan memberikannya kesempatan, gadis itu ingin mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria tampan yang kini sedang ia lihat di bawah sinar rembulan, sosok pria yang selalu menjadi perisai di hidupnya, sosok pria yang tetap datang di saat-saat terakhir, dan sosok pria yang merupakan Pangeran berkuda putihnya. Namun, takdir berkata lain. Takdir itu
Pintu terbuka dengan suara nyaring karena terbentur dinding. Pangeran Glenrhys berdiri di ambang pintu dengan aroma kematian yang tersebar di wajah. Bella dapat melihat keterkejutan dan rasa sakit hati yang terpancar di riak-riak mata pria yang dicintainya tersebut. Tiba-tiba, Bella merasakan ujung pisau di lehernya. "Majulah selangkah dan kau akan melihat pisauku tertancap di leher wanitamu, Kakak." Pangeran Stefan tersenyum menyeringai dengan belati lipat di tangannya yang diarahkan di leher Bella. Pangeran Glenrhys membeku. "Apa yang kau inginkan, Stefan?" Suaranya tenang, tetapi terlihat betapa tajamnya tatapan Pangeran Glenrhys pada adik tirinya. Percayalah! Bella justru merasa ingin mengakhiri hidupnya saat ini juga. Rasa malu, trauma, hina, dan marah kini bergejolak dalam darahnya dan merasuk hingga tulangnya. Gadis itu tidak pernah menyangka jika seseorang yang ia cintai—Pangeran Glenrhys akan melihatnya dalam kondisi tanpa sehelai benan
✍️ Hallo, bab ini menurut penulis akan cukup dark. Jika tidak suka, bisa diskip meskipun bab ini cukup vital dan juga merupakan inti dari cerita. ~~~ Bella kembali membuka mata. Kedua tangan dan kakinya masih terikat dengan tali. Mulutnya juga tersumpal dengan kain. Masih terbalut gaun mewah dengan bawahan mengembang, wajah Bella sudah tampak lusuh meskipun kecantikanya masih tetap terlihat. Sudah berhari-hari Bella diculik dan disekap oleh Pangeran Stefan. Berkali-kali Pangeran gila itu menyatakan cinta dan berkali-kali pula Bella menolaknya dan meludah di wajah Pangeran tersebut. Bella berusaha membebaskan diri dari ikatannya, tetapi tak satupun ikatan itu mengendur. Gadis itu benar-benar ingin kabur dan melarikan diri dari Pangeran mengerikan yang terobsesi padanya. Saat masih berusaha melepas ikatan tali, tiba-tiba terdengar suara pintu berderit, pertanda seseorang telah membukanya. Sosok pria berdiri di ambang pintu. Ya, pria itu ad
Pangeran Glenrhys menaiki kereta kuda kala baru saja keluar dari kapal yang membawanya dari London. Pangeran itu menuju istana untuk bertemu dengan Ratu Cecilia. Turun dari kereta kuda, langkah Pangeran Glenrhys menyusuri taman istana barat untuk menuju aula Ratu.Hingga akhirnya, Pangeran itu telah tiba di depan pintu kamar Ratu. Jemari panjangnya mulai terulur dan membuka pintu ganda kamar yang seketika memperlihatkan seorang wanita yang sedang terbaring di atas tempat tidur.Pangeran Glenrhys melangkah mendekat, "Apakah kau sudah meminum obatmu?" Suara bariton yang terdengar begitu dalam keluar dari mulut Pangeran tersebut.Ratu Cecilia yang awalnya memejamkan mata mulai membuka kelopak mata yang dinaungi bulu mata lentik dan seketika memperlihatkan iris mata biru yang indah, mirip seperti iris mata milik Pangeran Glenrhys. Wanita cantik itu menarik sudut bibirnya dan tersenyum menatap sang putra yang tiba-tiba datang mengunjunginya."Obat
Secret~Seorang pria paruh baya berambut hitam panjang dan bertopi fedora memasuki salah satu ruang kamar yang berada di istana. Ia menunduk sopan kala berhadapan dengan seorang Pangeran yang duduk santai di peraduannya dengan sebatang cerutu di tangannya. Pria paruh baya itu adalah Pollux. Sedangkan Pangeran itu adalah Stefanus Aldrich."Dia sudah menyetujuinya, My Lord. Duchess Marimar bersedia berada di pihak kita. Semua rencana sudah kita bicarakan dan tinggal menunggu waktunya."Senyuman menyeringai tergambar di bibir Pangeran Stefan. Sebelah tangannya mulai mendekatkan sebatang cerutu di bibir merah mudanya. Menyesap sari pati tembakau, Pangeran itu mengembuskannya secara perlahan, "Bagus, Pollux. Aku sudah tidak sabar menunggu hari itu tiba. Aku tidak sabar bersama dengannya," desis Pangeran Stefan masih dengan senyuman menyeringai yang belum memudar.Hingga akhirnya, hari itu pun tiba. Hari di mana Enzo menjemput Bella yang sedang berada di markas
Secret~Hari ini adalah jadwal dilakukannya penyulingan air di Desa Oldegloe sebagai upaya penyelematan dari wabah seperti yang telah dicetuskan Bella di rumah kesehatan bersama Derek sebelumnya. Pangeran Glenrhys sedang bersiap menuju Desa dan melihat kembali beberapa bahan-bahan penyulingan dari alam yang berada di kereta kuda. Bahan-bahan itu akan di bawa ke desa seperti yang diminta oleh Bella. Sedangkan Bella dan Emma sudah berangkat terlebih dahulu ke desa menaiki kuda.Pangeran Stefan yang juga berada di mansion kediaman Duke Arandel diam-diam memandangi Pangeran Glenrhys dari kejauhan. Berhiaskan wajah datar, Pangeran itu merasa muak dengan sikap Pangeran Glenrhys yang menangani semua masalah penduduk dengan tangannya sendiri. Terlebih, ia juga geram kala belakangan ini Pangeran Glenrhys menjadi semakin dekat dengan Bella. Tak lama, langkahnya mendekat."Sepertinya kakakku cukup sibuk akhir-akhir ini. Apakah aku perlu membantu?" Senyuman menggemask
Secret~Apakah kalian pernah mendengar sebuah kisah tentang obsesi maniak cinta yang melenceng dari jalurnya dan bisa berakhir tidak sehat atau biasa dikenal dengan Obsessive Compulsive Disorder atau OCD? Ya, hal itu yang dialami Aaron di kehidupan Bella Marlene di masa depan.Namun, bukankah seseorang yang terobesi pada kekasihnya memang sudah biasa dan sering terjadi? Dan kini ... apakah kalian pernah mendengar cerita tentang sebuah obsesi maniak pada ibunya sendiri? Bahkan, cerita itu pernah menjadi sebuah legenda di Indonesia, Sangkuriang.Anehnya, hal itu justru dialami oleh seorang anak berusia sepuluh tahun. Ayolah, bagaimana mungkin anak sekecil itu mengetahui hal semacam cinta? Tidak. Anak itu bahkan tidak tahu apa itu cinta. Yang dia tau, hanyalah ibunya yang selalu membuatnya merasa nyaman dan dia ingin selalu bersama sang ibu.Bukankah hal itu wajar? Bukankah setiap Anak memang ingin selalu dekat bersama sang ibu? Benar, setiap Ana
Tiba-tiba terdengar suara keributan yang memekakkan telinga dan menembus alam bawah sadar Bella. Gadis itu lantas membuka kelopak mata dan mendapati dirinya masih berada di dalam kereta kuda. Namun, kereta kuda itu berhenti dan justru berganti dengan berbagai macam suara jeritan kesakitan, pekikan, hingga suara pedang yang saling beradu dan berdesing di telinga. Dan, di mana Emma? Hanya Bella yang ada di dalam kereta kuda tersebut.Layaknya Cinderella, Bella keluar dari kereta kuda dengan gaun indah dan sepatu kaca yang terbalut sempurna di tubuhnya. Namun, kini yang ada di depan mata Bella bukanlah pemandangan indah berupa istana sang pangeran yang akan digunakan Cinderella berdansa hingga jam dua belas malam, tetapi justru hal mengerikan di mana para pengawal dan pelayannya yang berjatuhan bersimbah darah. Ya, Enzo dan Emma kini tergeletak di atas permukaan tanah.Manik mata Bella seketika membulat. Tubuhnya mematung dengan kedua tangan gemetaran. Dihampirinya Emma y