Ketika mendekati waktu untuk pulang kerja, Tiffany merasakan sakit ringan di seluruh pinggang, bahu, dan punggungnya. Dia bersandar ke kursinya, karena merasa sedikit lelah.Merasa putus asa, dia mengirim pesan teks melalui ponselnya kepada Jackson: ‘Apakah kau yakin kita harus kerja lembur malam ini? Bolehkah aku bilang tidak untuk itu?” Sepertinya aku merasa sangat lelah. Bisakah aku meminta untuk pulang lebih awal? Jika kau tidak membalasku, aku akan menganggap jawabannya adalah ya."Tiffany mengira pria itu terlalu sibuk dengan apapun yang menyita waktunya untuk tidak mempedulikan permintaannya, namun tidak disangka jawabannya secepat kilat. "Tidak ada lembur untukmu, hanya jika kau mau bersama denganku di hotel. Jadi terserah kau, apakah kau akan kesini atau tetap bekerja lembur di kantor. Kau pilih.'Istilah "hotel" memberikan gambaran kepada Tiffany untuk melompat ke imajinasi yang lebih bersifat cabul; Namun, ketika sebagian dari pikirannya mengingatkannya akan kehamilannya,
Jackson pergi ke lift terlebih dahulu, diikuti oleh Tiffany yang berjalan lambat. Untuk membiarkan jalan ke ke lift tetap terbuka, Jackson dengan sopan mengulurkan tangan ke sisi pintu lift untuk menghentikan pintu lift tertutup otomatis.Itu hanya tindakan kecil dari Jackson, namun itu cukup untuk menambahkan beberapa penyesalan lagi ke dalam benak Tiffany. Tiffany benar-benar mulai bertanya-tanya apakah dia telah mendapat kutukan ketika Tiffany benar-benar ingin putus dengan Jackson.Jackson tidak mengatakan apa-apa selama mereka berada di dalam lift. Pria itu hanya menatap ke depan sambil menunjukkan ekspresi yang datar, dan terlihat tidak peduli, saat Jackson dengan santai memasukkan tangannya ke kedua saku celana jeansnya. Jackson menggulung lengan bajunya sampai sekitar siku, sehingga memperlihatkan sebagian kecil dari kulit putih gadingnya. Di pergelangan tangan kirinya melingkar sebuah jam tangan mewah mahal yang menunjukkan status sosialnya.Jika seseorang mendeskripsikan a
Kesabaran Jackson telah mencapai puncaknya. Dia menatap Tiffany dengan muram. “Apa kau harus melakukan ini padaku? Apa sih kita ini? Bukankah kau..." Bersamaku?Dia menyimpan bagian akhir ucapannya untuk dirinya sendiri, karena dia tidak bisa mengendalikan suaranya yang gemetar.Tiffany menundukkan kepala. “Bukan itu… Bukankah kita akan makan? Ayo kita makan. Aku lapar."Jackson tidak menjawab. Dia melangkah cepat ke mobil, jelas marah. Tiffany menghela nafas dan dengan cepat mengikutinya. Dia menunggunya untuk berbicara tetapi tidak mendapatkan apa-apa.Mereka tiba di restoran steak. Jackson otomatis memesan steak setengah matang favorit Tiffany, karena dia tahu kesukaannya. Dahulu, Jackson selalu memesan untuknya setiap kali mereka pergi makan. Tiffany ingin memberitahunya bahwa dia tidak bisa makan daging mentah, tapi dia tidak melakukannya, jadi dia menambahkan ke pesanan, meminta semangkuk pasta.Tiffany mengabaikan steak itu setelah disajikan. Sebagai gantinya, dia menghabis
Jackson segera bangkit. "Baik. Aku akan segera pulang. Dimana dia terluka? Apa ini serius?"Jackson menghela nafas lega ketika dia mendengar bahwa Summer hanya melukai kakinya. Setelah menutup panggilan, dia menoleh ke arah Tiffany dan berkata, “Kau lanjutkan makan. Ibuku kecelakaan, jadi aku harus buru-buru pulang. Aku akan membayar makanannya. Kita akan bicara di telepon nanti."Dia sudah menghilang sebelum Tiffany bisa menjawab. Dia merasa sedikit kecewa tetapi di saat yang sama khawatir tentang Summer. Ketika tiba di rumah, dia menunggu sampai Jackson hampir tiba di rumah sebelum meneleponnya. “Ibu baik-baik saja?” dia bertanya.Jackson berada di rumah sakit. "Tidak ada yang serius. Kaki kanannya patah. Dia mengeluh kesakitan karena tubuh tuanya, bahwa dia selalu merasa sakit dan khawatir dia akan menjadi lumpuh. Suasana hatinya sedang baik. Sudah larut, kenapa tidak tidur? Istirahatlah lebih awal. Aku harus pergi."Tiffany tidak memaksa melanjutkan percakapan. Dia menggumamkan
Aristoteles tampak lebih energik sekarang setelah demamnya hilang. Nafsu makannya juga kembali. Arianne merasa lega. Dia memaksa Mark untuk pergi. Dia tidak mungkin membiarkan penyakit bayinya menghambat seluruh keluarga. Toh, tidak seperti mereka harus tinggal di sampingnya sepanjang hari.Sementara itu, di rumah sakit lain, Jackson berada di samping tempat tidur Summer sepanjang malam. Keesokan paginya, dia membeli leci dan anggur atas permintaan ibunya dan mengupasnya untuknya. Dia meletakkan mangkuk di tangannya. “Aku rasa, selain rasa tidak enak di kakimu yang sakit, tidak ada yang benar-benar menghentikanmu untuk makan. Bukankah kau punya supir? Apa yang terjadi?"Summer mengeluh saat dia makan. “Yang benar saja, supirku selalu menjadi pengemudi yang baik. Sudah bertahun-tahun. Lukanya lebih serius dariku. Pergi dan beli beberapa vitamin. Anggap lukanya sebagai kecelakaan kerja, jadi kita akan membayar apapun yang yang ada di tagihan medis. Semuanya baik-baik saja saat kami kel
Tiffany baru saja tiba di kantor ketika dia menerima pesan tersebut dan segera menjawab: Aku dengar dari Jackson kau kecelakaan. Aku baru saja berpikir untuk pulang mengunjungimu akhir pekan ini. AKu akan pulang setelah bekerja hari Jumat ini."Leci di mulut Summer sepertinya terasa sangat manis begitu membaca pesan itu. Karena Jackson tidak bisa kesana, maka tidak ada bedanya jika Tiffany pulang. Dia dengan senang hati menjawab: 'Oke. Kalau begitu langsung datang ke rumahku setelah sampai rumah Jumat malam. Aku seharusnya sudah dipulangkan nanti. Aku akan menyiapkan makanan enak yang akan menunggumu. Kita akan makan bersama saat kau tiba."Tiffany menghitung waktunya dan memutuskan untuk cuti di hari Jumat sore, lalu langsung pulang. Summer masih merindukannya setelah kecelakaan itu. Dia tidak bisa membuatnya menunggu selama itu.Jackson segera pergi ke rumah Eric setelah meninggalkan rumah sakit. Rumah itu bersih berkat adanya pengurus rumah. Semuanya tertata dan rapi. Eric duduk
"Ya, ada satu penyesalan," Eric langsung menjawab.Benar, hidup itu penuh penyesalan. Pada akhirnya, tidak ada waktu untuk memperbaiki semuanya.Tiba-tiba, Jackson menjadi serius. “Jangan khawatir. Aku akan mendapatkannya kembali. Perilaku menyimpang ku telah lama terkubur karena setiap kerlip dan senyumnya, sejak aku bertemu dengannya. Aku tidak pernah mencintai orang seperti dia. Aku tidak pernah berpikir untuk menikah sampai aku bertemu dengannya. Kau kembali menggambar. Aku akan mengajakmu jalan-jalan melihat yang hijau-hijau akhir pekan ini. Kita akan pergi ke suatu tempat yang sejuk. Jangan lupa berikan sketsamu padaku. Aku ingin... sesuatu untuk mengingatmu."Eric mengangguk. "Tentu."…Waktu selalu bergerak dengan kecepatan yang tidak bisa ditebak. Seseorang selalu ingin mengendalikannya, tetapi di saat yang sama, hanya bisa menyaksikannya berlalu.Jumat tiba dalam sekejap mata. Perawatan Aristoteles berakhir dan dia dipulangkan. Dia sama ceria seperti biasanya, sama seka
Davy tiba-tiba menjadi bersemangat juga. Dia merasa sangat gembira. "Baik! Lelang akan dimulai pukul 2 siang. Aku akan segera membuat persiapan!"Ketika mereka tiba di luar tempat pelelangan, Aristoteles sudah tertidur lelap. Mark menyuruh Mary untuk menjaganya di dalam mobil. Tidak pantas membawa bayi ke acara formal seperti itu.Dugaannya benar. Alejandro juga datang, dan dia meminta Jett menghadiri acara tersebut. Alejandro menunggu di luar gedung di dalam mobilnya.Lelang kali ini adalah pertarungan yang jelas antara dua elit dan tidak ada yang lainnya. Mark telah memberikan harga yang tidak berani dilawan oleh orang lain, sejak awal. Hanya antek Alejandro, Jett, yang mau melawannya. Dia memandang Jett dan terus menaikkan harga, tidak menunjukkan tanda-tanda emosi.Dia bukan tipe yang impulsif. Jika Alejandro, dalam upaya untuk melepaskan rasa frustrasinya, menaikkan harga hingga setinggi langit, kemudian menjualnya kepadanya, itu pasti akan membuktikan bahwa dia telah ditipu.