Tak disangka, Mark tetap tenang, tapi Jackson merasa kaget. Dia menarik Tiffany. “Kau lebih baik tutup mulutmu gadis kecil. Ini bukan urusanmu. Ayo pergi!”Seberapa kuat Tiffany mencoba untuk berontak, Jackson masih menyeretnya dengan paksa. Tiffany pun menggigit pergelangan tangannya hingga berdarah.Jackson merasa marah dan geli. “Kau ini apa? Anjing?”Tiffany memelototinya, “Aku bukan anjing, tapi aku tidak masalah menjadi anjing setiap aku melihatmu. Kau sama bajingannya seperti Mark Tremont!”Jackson merasa terhina tapi dia tidak bisa membela dirinya. “Baiklah, baiklah. Kau bisa berpikir sesukamu, selama itu membuatmu senang.”Arianne menunjukan rasa tidak puas dan kemarahan pada Mark lalu dia menarik lengannya, “Aku mau pulang sekarang. Haruskah kita pulang bersama? Atau mungkin aku bisa pulang duluan saja, dan kau tetap disini bersama Aery?”Mark menatap matanya untuk yang pertama kali, dia tidak mampu membaca emosi pada Arianne. “Ayo pergi.”Arianne berjaga jarak saat m
Tiffany memberikan alamat pada Arianne. Dan dia langsung mengganti pakaian di atas. Saat dia akan pergi, Henry menghentikannya. “Nyonya, tuan sudah memerintahkan kalau kau tidak boleh keluar hingga dia kembali.”Arianne menggigit bibirnya. Dia adalah istri dari Mark Tremont bukan seekor burung dalam sangkar. Dia memiliki hak untuk pergi dan bertemu siapapun yang dia mau. Tidak ada yang boleh merebut kebebasannya!“Paman Henry, aku hanya akan bertemu teman perempuanku. Aku akan segera pulang , jangan beritahu Mark. bahkan jika dia tahu, aku akan menerima konsekuensinya,” Ucapnya dengan suara memohon.Paman Henry merasa bimbang. Dia sudah menjaga Arianne dan Mark sejak mereka anak-anak. Dan terkadang, ada baiknya jika dia tidak terlalu ketat pada nya. “Kau begitu kembalilah secepatnya. Tuan mungkin saja akan menelpon dan aku akan ada dalam posisi sulit.”Arianne merasa tersentuh. “Terima kasih paman Henry…”Pelayan Henry sudah melayani keluarga Tremont seumur hidupnya. Itu sangat
Arianne menebak kalau Mark langsung buru-buru pulang karena dia mendengar bahwa dia sudah pergi keluar rumah hingga larut malam.Dia merapikan pakaiannya dan berjalan ke dalam, bersiap untuk dimarahi.Saat dia masuk, para pelayan berbaris di ruang tamu, Henry, Mary dan pelayan lain berdiri di ruang tamu. Henry melihat ke arah Arianne, lalu menghela nafas dan tidak mengatakan apapun.Dia mengambil nafas dalam dan berkata, “Tidak apa-apa. Aku akan menjelaskan padanya.”“Tuan sedang dalam mood yang buruk setelah minum-minum. Kau sebaiknya hati-hati…” Ucap Mary memperingatkannya.Arianne tersenyum dan bergegas ke atas, pintu kamarnya terbuka. Mark Tremont sedang duduk di kursi depan jendela dengan rokok di jari-jarinya. Asap memenuhi kamar itu dan sosoknya terlihat sedikit samar-samar.Dia masih mengenakan kemejanya, yang berarti dia belum lama kembali. Arianne menghampirinya dan menawarkan teh padanya. “Tiffie sedang sedih dan mabuk. Aku langsung kembali ke rumah setelah mengantarnya
Arianne menawarkan bubur pada Mark. “Ini, makanlah bubur ini. Ini sangat bagus untuk pencernaanmu.”Mark tidak menoleh padanya. “Keluarlah.”Arianne tidak bergerak. “Paman Henry sedang berkemas sekarang. Apakah benar-benar tidak ada jalan keluar untuk hal ini?”Mark memijat dahinya, dan suaranya terdengar tidak sabaran. “Jangan membuatku mengulangi perkataanku.”Arianne terdiam tapi dia masih belum meninggalkan kamar.Mark mengabaikannya dan bangkit untuk mengganti pakaiannya. lalu Arianne berkata. “Mark, kasus yang menyandung keluarga Tiffany masih belum selesai juga. Orang yang mencuri bahan perhiasannya sudah mati, dan tidak mungkin bahan-bahannya bisa diperbaiki lagi. Tiffie sangat sedih akan hal ini. Aku hanya keluar untuk menenangkannya! Akulah yang memaksa untuk pergi. Ini tidak ada hubungannya dengan paman Henry! Kau bisa marahi aku saja.”Mark mengenakan jas dan jam tangannya, lalu dengan santai memandang jam tangannya. “Aku akan memberimu waktu dua menit, jika kau gagal
Mark Tremont sedang menegosiasikan sebuah kontrak dengan rekan bisnis nya melalui telepon saat dia merasa terganggu oleh deringan ponselnya. Dia merasa kesal, lalu mematikan ponselnya tanpa melihat layarnya terlebih dulu.Barulah setelah kontraknya ditandatangani dan dia sudah kembali ke hotel, dia menyalakan ponselnya lagi. Ekspresinya menjadi serius saat dia menyadari kalau telepon tadi adalah dari Arianne. Arianne biasanya tidak pernah menelponnya.Dia menelpon balik. Setelah menunggu lama, tiba-tiba suara operator terdengar. “Maaf nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, mohon coba lagi nanti.”Mark menelpon ke kediaman Tremont. Dan teleponnya dijawab oleh Mary. Setelah tersambung dia langsung bertanya, “Dimana Arianne?”Mary melirik ke lantai atas dan menjawab. “Nyonya sedang tidak merasa sehat. Lampu di kamarnya menyala sepanjang malam semalam, jadi aku rasa dia sedang tidur sekarang.”Mark menghela nafas lega. “Katakan padanya untuk menelponku saat dia bangun.”Ponselny
Aery sudah merasa depresi. Jadi saat dia menyadari Helen membela Arianne, amarahnya meledak. “Waktu itu kau menamparku, itu karena dia, dan kau juga melarangku untuk memarahinya. Kasarnya, dia hanyalah sebuah sampah yang sudah kau buang. Dia tidak terhitung sebagai putrimu. Kenapa kau sangat membelanya? Apakah karena kau merasa bersalah? Kau merasa bersalah karena tidak pernah memenuhi kewajibanmu sebagai seorang ibu untuknya? Jadi apa arti kemunafikan ini?”Ekspresi Helen tenggelam. “Aery Kinsey, jika aku mendengarmu mengatakan hal seperti itu lagi, aku akan tidak menganggapmu lagi!”Ini bukanlah poertama kalinnya mereka berdebat soal Arianne. Aery tidak mau berdebat dengan ibunya lagi. “Baiklah. Aku bukan anakmu. Dialah anakmu! Apa kau senang?”Helen berbalik dan pergi dengan wajah yang muram, lalu mengunci Aery dikamarnya. “Kau akan dikunci di dalam sampai kau sudah tenang. Jangan membuat masalah lagi untukku!”…Saat Arianne bangun, hari sudah malam. Mary, melihat Arianne yang
Setengah jam kemudian, Mark akhirnya keluar dengan tuan Yates dan sekeretarisnya juga Brian.Arianne berdiri didepan mobil dan tidak menghampiri mereka. Dia menunggu hingga Mark dan Brian berpisah dengan tuan Yates. Barulah dia berjalan ke arah mereka.Mark terkejut saat dia melihat Arianne. “Sejak kapan kau ada disini?” tanya nya dengan santai.Dia memasukan tangannya ke sakunya. “Aku baru saja tiba. Tepat saat kau keluar.”Pipinya memerah karena kedinginan. Mark tidak buta. Dia tidak mempercayai perkataanya. “Masuklah ke mobil. Kita akan ke hotel dulu.”Hal pertama yang Mark lakukan saat tiba di hotel adalah Mandi. Arianne memanfaatkan momen ini untuk berpikir bagaimana cara terbaik untuk membahas masalah ini dengannya. Pintu kamar mandi terbuka sebelum dia menemukan cara, Mark menyalakan rokoknya dan mengenakan jas mandinya, lalu menghisap rokoknya dua kali sebelum mematikannya. “Jadi ada masalah apa?”Arianne merasa gugup dan wajahnya memerah.Mark mengambil jam tangannya da
Apa yang dia maksud dengan “Aku tahu apa yang harus dilakukan”? Arianne curiga kalau dia sedang ‘menyalakan mesinnya’ tapi ekspresi tegas di wajahnya seolah memberitahunya kalau bukanlah itu alasannya… Sebagai gantinya, dia mulai berpikir kalau ada yang salah dengan pikirannya sendiri.Mark tertidur tidak lama setelah dia berbaring; mungkin dia kelelahan.Arianne perlahan berbaring di sisi ranjang setelah mandi. Dia tidak bisa tidur dan takut kalau dia akan terlalu banyak bergerak dan membangunkan Mark.Tiba-tiba ponsel Mark berdering. Ponselnya kebetulan ada di meja disampingnya. Dia bangun dan melirik pada ponsel itu. Layar ponselnya menunjukan pesan: ‘Mark sayangku, apa kau sudah tidur? Aku sudah salah, aku merindukanmu. Bisakah kau datang…’Dia tidak bisa melihat lanjutan pesannya, tapi dia sudah bisa menebaknya--- Aaery ingin menemuinya!Jika dia harus membuat perbedaan, kebenciannya pada Mark bisa di bilang lebih sedikit dibanding kebenciannya pada Aery dan Helen yang besarn
Arianne sudah lama tidak mendengar nama itu, dia harus berpikir lama beberapa detik sebelum akhirnya mengingat wajahnya.Shelly-Ann Leigh… Dia pasti menghabiskan bertahun-tahun di rumah sakit jiwa, bukan? Hanya Tuhan yang tahu jika rambut wanita itu sekarang abu-abu dan putih seluruhnya.Ketika seseorang hampir mati, seseorang dapat berdiri untuk memaafkan semua sejarah di antara mereka—bahkan yang gelap, walaupun jika buku besar itu penuh—untuk selamanya. Jadi, Arianne menjawab, "Aku akan pergi denganmu. Tidak peduli apa yang terjadi, dia tetap ibumu."Mark sama sekali tidak mengharapkan jawaban itu darinya. Dalam keterkejutannya, dia membungkuk dan meninggalkan ciuman di bibirnya. “Aku tahu aku memilih wanita yang tepat sebagai istriku. Aku pikir kau tidak akan setuju untuk membiarkanku menemaninya selama hari-hari terakhirnya…”Arianne tidak menjawab apa-apa. Dia tidak begitu bodoh sehingga akan mencoba untuk menang dari seorang wanita yang hari-harinya terhitung jari. Tidak ped
Arianne mencibir. “Kamu keliru, nona kecil. Aku tidak akan cukup gila untuk membuat marah ibu dari pria yang kusuka jika aku jadi kau, Nak. Aku khususnya tidak akan mengatakan apa pun yang ber-IQ serendah itu juga. Biarlah aku benar-benar jujur kepadamu: tidak seorang pun yang memiliki nama keluarga Leigh akan mendapat sisi baikku—yang terakhir gagal. Keras. Aku dapat menjamin bahwa kau akan meninggalkan kami dalam rentang waktu tiga hari. Jika aku kalah, kau bisa tinggal di sini selamanya. Ingin bertaruh? Aku menantangmu."Dia membiarkan ancamannya tergantung pada ucapan itu dan membalikkan kursi rodanya, meninggalkan wanita muda yang terhina itu.Kemarahan menyeruak dari Raven seperti gelombang gempa di sekujur tubuhnya. Dia hampir mengalami hiperventilasi, tetapi tepat sebelum menjadi tidak mungkin untuk dikendalikan, dia kembali dan mendesak dirinya untuk tenang. Dia punya perasaan bahwa meskipun dia pingsan saat itu juga, tidak ada yang akan menemukannya, bukan?Sekarang sete
Melissa adalah tipe orang yang selalu mendesak segala sesuatunya menjadi semeriah mungkin. Dia melompat berdiri dan mengangkat cangkirnya, “Yo, semuanya! Mari bersulang untuk Cindy yang menjadi sepupu iparku!"Penonton menjawab dengan antusias dengan cangkir mereka di udara dan berseru—kecuali Raven, yang tetap duduk. “Aku memiliki tubuh yang sakit-sakitan. Aku tidak bisa minum. Maafkan aku."Senyumannya begitu kaku, wajahnya terlalu pucat. Sesuatu terlintas di mata Arianne sebelum dia menjawab, "Tentu."Setelah pesta pora memudar, Arianne mengarahkan kursi rodanya ke halaman. Penampilan luar dari rumah itu tampaknya telah membeku dalam waktu, itulah mengapa berada di sini membuatnya merasa sangat… aman.Tentu saja, itu terjadi meskipun Henry dan Mary meninggal. Pada akhirnya, waktu berlalu dan banyak hal berubah, karakter dan objek datang dan pergi, dan semua tahun yang hilang ini meninggalkan penyesalan yang tertinggal di belakang mereka.Arianne melihat siluet yang berdiri send
Arianne meraih kedua tangan wanita cantik itu dan tersenyum. "Terima kasih! Astaga, bagiku… ini seperti kalian berdua bertambah tua dalam sekejap mata! Betapa cantiknya kalian berdua! Cindy, dimana kakakmu? Plato belum pulang?"Menyebut nama kakak tersayangnya membuat Cynthia cemberut. "Dia bilang dia akan pulang setengah bulan yang lalu—itu yang dia katakan. Siapa yang tahu apa yang sebenarnya dia lakukan? Lagipula, siapa yang peduli tentang orang tak berguna itu. Dia selalu seperti ini. Oh, um, cuacanya cukup panas. Kita mungkin sebaiknya masuk.”Arianne mengangguk dan menatap sekilas Aristoteles dengan pandangan gelisah. Tidak sekalipun anak itu terlihat seperti ingin berbicara dengannya... Mungkinkah ia sedang menghitung keluhannya dalam pikirannya? Mark dan Arianne sudah lama tinggal di Swiss; Hidup pasti sulit baginya sendirian.Butuh waktu sampai dia mencapai ruang tamu untuk akhirnya melihat Raven. “Millie, apakah ini adik perempuanmu?”Melissa dengan cepat melompat untuk m
Seluruh tubuh Aristoteles terpatung.Dia telah menunggu berita ini selama sembilan belas tahun. Seiring waktu berlalu, semangatnya meredup sedikit demi sedikit, perasaannya menjadi kebal, sampai pikiran itu tidak ada bedanya dengan ilusi. Tetapi hari ini, berita tentang hal itu menjadi kenyataan baginya dan menghempaskannya ke dalam pikiran yang bermacam-macam.Beberapa saat kemudian, dia akhirnya bergumam pelan, "Kapan... Kapan mereka akan kembali?"Jackson menutup jarak di antara mereka dan memberi anak muda itu tepukan ringan dan menenangkan di pundak. “Tidak secepat itu, aku yakin; bukan ketika ibumu baru saja siuman dan membutuhkan waktu untuk pulih. Dia tidur selama sembilan belas tahun, kau tahu. Jadi mungkin setelah dia cukup pulih untuk beberapa saat…” jawabnya. “Kita telah menunggu selama sembilan belas tahun untuk ini, bukan? Apa artinya menunggu sedikit lebih lama dibandingkan dengan itu? Hal terpenting yang harus kau lakukan adalah mengelola perusahaan dengan kemampuan
Cynthia belum pernah menjalin hubungan sebelumnya, jadi dia tidak tahu apa itu cinta. Namun, ada satu hal yang pasti. Dia menyukai perasaan bersama Aristoteles dan bagaimana dia melindunginya sejak mereka masih kecil. Meskipun Aristoteles menjadi sedikit mendominasi dan "nakal", dia tidak terkejut olehnya. Sebaliknya, dia bahkan merasa sedikit terharu, yang terasa luar biasa.Tidak diketahui bagaimana mereka bisa sampai di tempat tidur, dengan nafas mereka yang berpadu. Terlepas dari satu hal terakhir, mereka telah melakukan hampir semua hal lain yang bisa dilakukan.Saat mereka akan melakukan hal terakhir, Aristoteles tiba-tiba berhenti dan membantu menarik selimut menutupi Cynthia. "Ayo tidur, selamat malam."Cynthia masih bingung dari sebelumnya. Dia tidak tahu mengapa Aristoteles tiba-tiba berhenti, dia juga tidak memiliki keberanian untuk bertanya padanya. Dia telah berjuang begitu lama sebelum meyakinkan dirinya untuk mengikuti arus…Keesokan harinya, ketika Cynthia bangun, A
Cynthia mendengar apa yang dikatakan Aristoteles, tetapi tangannya tidak berhenti melakukan apa yang mereka lakukan. Kepalanya tidak bisa berpikir jernih. “Tidak… tidak perlu. Aku akan bisa menyelesaikannya sekarang. Silakan tidur dulu. Ngomong-ngomong, dimana aku tidur malam ini? Ada begitu banyak kamar di sini, aku akan meminta Agnes untuk membantuku membereskannya."Aristoteles menghampirinya dan berjongkok. Dia meraih lengannya dengan satu tangan sementara yang lain menutup koper. “Tidur saja denganku di sini dan berhentilah beres-beres.”Cynthia curiga dia mungkin salah dengar. Dia melihat ke tempat tidur besar di belakangnya dengan linglung dan tiba-tiba merasakan telapak tangannya, yang dipegang oleh Aristoteles, terasa hangat. “K… Kau bercanda, bukan, Ares? Meskipun kita dulu sering tidur bersama satu sama lain ketika kita masih kecil, kita semua sudah dewasa sekarang, jadi bukankah itu sedikit tidak pantas?”Aristoteles berkata dengan wajah datar, "Aku tidak bercanda."Cyn
Melissa tahu bahwa Aristoteles telah mencium Cynthia, jadi dia tahu apa yang sedang terjadi. Oleh karena itu, dia tentunya membual, "Tentu saja, mereka sudah bertunangan sejak mereka lahir. Kebetulan, keduanya merasakan hal yang sama tentang satu sama lain saat mereka tumbuh dewasa, jadi bukankah ini akan membuatnya menjadi lebih baik? Dari caraku melihatnya, penyakitmu tidak akan sembuh selama sisa hidupmu dan mereka berdua mungkin harus menunggu sampai Cindy lulus sebelum mereka menikah. Jadi, lebih baik kau kembali ke Prancis secepat mungkin. Jangan khawatir, kau telah menyelamatkan nyawa Aristoteles sebelumnya, jadi dia tidak akan pelit denganmu secara finansial."Raven sangat ingin mengendalikan rasa tidak bahagia yang ada di hatinya, tetapi emosinya menolak untuk mengikuti keinginannya. Karenanya, dia berjuang keras untuk melepaskan diri dari genggaman Melissa. Melissa terkejut sesaat. "Kau gila?"Setelah itu, Raven kembali sadar dan mengambil nafas dalam-dalam. “Maafkan aku… A
‘Kau tidak terlalu khawatir?’ Melissa sangat marah hingga dia tertawa. “Apa aku satu-satunya yang khawatir tak beralasan? Aku pikir kau mencintai saudara laki-lakiku, bukan? Pria yang kau impikan setiap hari telah kembali dari Prancis tetapi membawa seorang wanita bersamanya, tapi kau sebenarnya tidak begitu khawatir? Mari kita kesampingkan niat orang tuamu sejenak. Apa kau berani bilang kau tidak mencintainya? Aku hanya membantumu karena kau adalah sahabatku, jadi bisakah kau jangan begitu santai, seolah-olah aku membantumu tanpa alasan?"Cynthia menggelengkan kepalanya dan merendahkan suaranya saat dia menjawab, “Dia… mungkin telah menyatakan perasaannya kepadaku. Kami juga… sudah melakukannya. Jadi, aku pikir dia tidak merasa seperti itu terhadap Raven. Itu murni karena dia menyelamatkan nyawanya sekali. Aku yakin Ares akan mampu menangani situasi ini dengan baik.”Mata Melissa terbelalak. "Apa? Dia baru kembali beberapa hari, tapi kalian berdua sudah berhubungan seks? Secepat itu