Setengah jam kemudian, Mark akhirnya keluar dengan tuan Yates dan sekeretarisnya juga Brian.Arianne berdiri didepan mobil dan tidak menghampiri mereka. Dia menunggu hingga Mark dan Brian berpisah dengan tuan Yates. Barulah dia berjalan ke arah mereka.Mark terkejut saat dia melihat Arianne. “Sejak kapan kau ada disini?” tanya nya dengan santai.Dia memasukan tangannya ke sakunya. “Aku baru saja tiba. Tepat saat kau keluar.”Pipinya memerah karena kedinginan. Mark tidak buta. Dia tidak mempercayai perkataanya. “Masuklah ke mobil. Kita akan ke hotel dulu.”Hal pertama yang Mark lakukan saat tiba di hotel adalah Mandi. Arianne memanfaatkan momen ini untuk berpikir bagaimana cara terbaik untuk membahas masalah ini dengannya. Pintu kamar mandi terbuka sebelum dia menemukan cara, Mark menyalakan rokoknya dan mengenakan jas mandinya, lalu menghisap rokoknya dua kali sebelum mematikannya. “Jadi ada masalah apa?”Arianne merasa gugup dan wajahnya memerah.Mark mengambil jam tangannya da
Apa yang dia maksud dengan “Aku tahu apa yang harus dilakukan”? Arianne curiga kalau dia sedang ‘menyalakan mesinnya’ tapi ekspresi tegas di wajahnya seolah memberitahunya kalau bukanlah itu alasannya… Sebagai gantinya, dia mulai berpikir kalau ada yang salah dengan pikirannya sendiri.Mark tertidur tidak lama setelah dia berbaring; mungkin dia kelelahan.Arianne perlahan berbaring di sisi ranjang setelah mandi. Dia tidak bisa tidur dan takut kalau dia akan terlalu banyak bergerak dan membangunkan Mark.Tiba-tiba ponsel Mark berdering. Ponselnya kebetulan ada di meja disampingnya. Dia bangun dan melirik pada ponsel itu. Layar ponselnya menunjukan pesan: ‘Mark sayangku, apa kau sudah tidur? Aku sudah salah, aku merindukanmu. Bisakah kau datang…’Dia tidak bisa melihat lanjutan pesannya, tapi dia sudah bisa menebaknya--- Aaery ingin menemuinya!Jika dia harus membuat perbedaan, kebenciannya pada Mark bisa di bilang lebih sedikit dibanding kebenciannya pada Aery dan Helen yang besarn
Tubuh Arianne menegang. Hal seperti ini membuatnya ketakutan. “Aku bisa tidur. Hanya saja aku terlalu banyak tidur siang tadi. Kau tidurlah, aku tidak akan mengganggumu…” Mark tidak menjawab, dan tangannya tidak merabanyanya lagi. Arianne menghela nafas lega dan menatap kosong pada langit-langit. Tanpa dia tahu, Mark masih belum tidur juga, matanya sangat segar, tidak seperti tadi saat dia baru saja bangun…Keesokan harinya.Arianne bangun dari mimpi buruknya dengan penuh keringat. Penghangat ruangan di kamar itu terlalu hangat, dan dia tidak terbiasa dengan itu. Dia bangun dan menurunkan suhu penghangatnya. Langit diluar mulai terlihat terang, tapi Mark masih tidur…Dia lalu duduk sofa yang ada di depan ranjang, membuka ponselnya dan membaca berita, pabrik keluarga Tiffany tumbang semalam. Berita dibanjiri dengan laporan tentang kebangkrutan pabrik pengolahan perhiasan terbaik ketiga di ibu kota itu. Mereka bahkan telah menerbitkan jumlah pasti dari hutang mereka yang terbilang c
Mark kelihatan tidak terlalu sibuk siang ini, maka dia tidak pergi keluar dan hanya duduk disofa sambil mengerjakan sesuatu di laptopnya.Arianne tanpa henti menguap. Lalu dia mencoba mencari topik pembicaraan dengan Mark agar dia bisa tetap terjaga. Lalu, dia kembali membahas hal yang tadi Charles katakan. “Apakah kau benar-benar memiliki adik laki-laki?”Tangan Mark membeku. Raut wajahnya menjadi suram. “Apa menurutmu itu mungkin? Kalau itu benar, dia pasti sudah akan mengetuk pintu rumahku dan meminta bagian dari warisan yang ditinggalkan orang tuaku sejak dulu.”Setelah mendengar jawaban Mark, Arianne langsung menutup mulutnya. Sekarang dia merasa takut untuk mengatakan apapun. Rasa kantuk perlahan mulai memenuhinya lagi lalu tiba-tiba ponselnya berdering dan ada pesan masuk berbunyi, ‘Aku di kota Jolague’.Jolague ada kota dimana Mark dam Arianne berada sekarang. Siapa yang mengirim pesan itu? Bagaimana orang itu tahu kalau dia ada disini?Jantungnya berdebar kencang. Setelah
Dia cukup baik. Setidaknya tidak ada yang bisa menemukan kelemahannya.” Arianne menundukan kepalanya saat dia mengatakan itu.“Benar… semua orang berpikir kalau dia sempurna, tapi aku berharap kalau dia benar-benar memperlakukanmu dengan baik juga.” Arianne semakin menundukan kepalanya saat dia merasakan kesedihan dalam kata-kata Will.Dia merasa kalau topik pembicaraan yang ini terasa berat, maka dia mencoba mengalihkan pembicaraan. “Apa kau sudah tahu tentang apa yang terjadi pada keluarga Tiffie? Aku tidak bisa melakukan apa-apa…”Will mengangguk. “Ya, aku tahu, aku juga tidak bisa melakukan apa-apa. Jumlah hutang mereka sangat besar. Semua harta benda mereka akan disita dalam setengah bulan untuk membayarkan hutang mereka. Jika hutang bank dan lainnya sudah terbayar maka satu-satunya hutang mereka yang tersisa adalah.. hutang mereka pada Mark Tremont. Perkiraanku mereka setidaknya memiliki hutang sebesar satu juta dolar lagi yang mereka tak akan sanggup bayar. Itu semua tergantu
Maksud dari perkataan menggodanya sangat nampak jelas.Tatapan kesal terlihat di mata Mark. Dia berdiri dan berjalan ke jendela. “Kau boleh pulang sekarang.”Aery tersentak tapi dia tidak mau menyerah begitu saja. “Apa? Mark sayang… aku buru-buru kesini semalam hanya untuk menemuimu. Bagaimana kau tega menyuruhku pulang secepat ini?”“Jangan membuatku mengatakannya dua kali.” dia tidak melihat ke arah wanita yang sedang ada di ranjang. Rasa kesal di matanya perlahan berubah menjadi amarah. Aery tidak ada pilihan lain selain bangun dan pergi.Dia mengutuk ribuan kali dalam hatinya saat dia memikirkan tentang pesan yang diterima Mark. walaupun dia tidak tahu isi pesan itu, sangat jelas kalau itulah penyebab dari semua ini. Orang bodoh mana yang menghancurkan masa-masa indahnya?!Keesokan harinya pada siang hari, Mark mengundang Charles untuk makan siang bersama di restaurant yang sama seperti sebelumnya.Saat Charles tiba dan tidak melihat Arianne, dia bertanya pada Mark sambil t
Orang itu, lalu menyerahkan sebuah termos tua dan kotor, hanya tuhan yang tahu sudah berapa lama mereka memakainya. “Ini, kau bisa memilikinya.”Tiffany merasa jijik dan tidak menerimanya. “Kau punya termos sendiri kenapa tak kau isi ulang saja tadi? Apa kau sebodoh itu?”Saat keluarga pasien lain di bangsal itu mendengar hinaan Tiffany mereka semua langsung berdiri dengan marah. “Siapa yang kau panggil bodoh? Itu hanya sebuah termos. Lalu kenapa kalau dia memecahkannya? Kita kan menggantinya untukmu. Apa kau harus terus memarahinya seperti ini?”Terbiasa hidup mewah sebagai istri orang kaya seumur hidupnya, Lillian tidak pernah bertemu dengan orang seperti mereka. Dia langsung berjalan dan menarik Tiffany ke belakangnya. “Tidak apa-apa Tiffie, pergilah dan beli yang baru. Jangan ribut dan mengganggu ayahmu yang sedang istirahat.,”Tiffany melotot pada keluarga itu, lalu keluar dan membanting pintu. Dia terlihat sangat kesal. Siapapun yang berpapasan dengannya akan bernasib buruk.
Jackson tersenyum kecut, “Bukan, tapi aku mengenal putrinya.”Perawat itu merasa seolah calon suami masa depan nya sudah direbut orang lain. Terdengar nada kekecewaan dalam suaranya, “Uh.. baiklah, aku akan mengurusnya untukmu.”Di kediaman Tremont, Arianne mengumpulkan semua uang yang dia punya, dan memposting hasil lukisannya di internet untuk dijual. Sayangnya, menjual lukisan adalah pendapatan yang tidak pasti, maka dia tiba-tiba menyesal telah keluar dari tempat kerjanya terburu-buru waktu itu. Dia tidak mengira hal ini akan terjadi pada keluarga Lane. Tanpa pendapatan yang pasti, akan sulit baginya untuk membantu mereka.Dia mentransfer semua uang yang dia punya pada Tiffany. Karena khawatir Tiffany akan menolak niat baiknya, dia bahkan menuliskan pesan pada Tiffany--- Kita akan mengatasi cobaan ini bersama-sama. Kau tidak sendiri disini. Masih ada aku dan Will. Dan jangan keras kepala disaat seperti ini.’Saat tiffany menerima uang dan pesannya, dia meneteskan air mata. Dia