Maksud dari perkataan menggodanya sangat nampak jelas.Tatapan kesal terlihat di mata Mark. Dia berdiri dan berjalan ke jendela. “Kau boleh pulang sekarang.”Aery tersentak tapi dia tidak mau menyerah begitu saja. “Apa? Mark sayang… aku buru-buru kesini semalam hanya untuk menemuimu. Bagaimana kau tega menyuruhku pulang secepat ini?”“Jangan membuatku mengatakannya dua kali.” dia tidak melihat ke arah wanita yang sedang ada di ranjang. Rasa kesal di matanya perlahan berubah menjadi amarah. Aery tidak ada pilihan lain selain bangun dan pergi.Dia mengutuk ribuan kali dalam hatinya saat dia memikirkan tentang pesan yang diterima Mark. walaupun dia tidak tahu isi pesan itu, sangat jelas kalau itulah penyebab dari semua ini. Orang bodoh mana yang menghancurkan masa-masa indahnya?!Keesokan harinya pada siang hari, Mark mengundang Charles untuk makan siang bersama di restaurant yang sama seperti sebelumnya.Saat Charles tiba dan tidak melihat Arianne, dia bertanya pada Mark sambil t
Orang itu, lalu menyerahkan sebuah termos tua dan kotor, hanya tuhan yang tahu sudah berapa lama mereka memakainya. “Ini, kau bisa memilikinya.”Tiffany merasa jijik dan tidak menerimanya. “Kau punya termos sendiri kenapa tak kau isi ulang saja tadi? Apa kau sebodoh itu?”Saat keluarga pasien lain di bangsal itu mendengar hinaan Tiffany mereka semua langsung berdiri dengan marah. “Siapa yang kau panggil bodoh? Itu hanya sebuah termos. Lalu kenapa kalau dia memecahkannya? Kita kan menggantinya untukmu. Apa kau harus terus memarahinya seperti ini?”Terbiasa hidup mewah sebagai istri orang kaya seumur hidupnya, Lillian tidak pernah bertemu dengan orang seperti mereka. Dia langsung berjalan dan menarik Tiffany ke belakangnya. “Tidak apa-apa Tiffie, pergilah dan beli yang baru. Jangan ribut dan mengganggu ayahmu yang sedang istirahat.,”Tiffany melotot pada keluarga itu, lalu keluar dan membanting pintu. Dia terlihat sangat kesal. Siapapun yang berpapasan dengannya akan bernasib buruk.
Jackson tersenyum kecut, “Bukan, tapi aku mengenal putrinya.”Perawat itu merasa seolah calon suami masa depan nya sudah direbut orang lain. Terdengar nada kekecewaan dalam suaranya, “Uh.. baiklah, aku akan mengurusnya untukmu.”Di kediaman Tremont, Arianne mengumpulkan semua uang yang dia punya, dan memposting hasil lukisannya di internet untuk dijual. Sayangnya, menjual lukisan adalah pendapatan yang tidak pasti, maka dia tiba-tiba menyesal telah keluar dari tempat kerjanya terburu-buru waktu itu. Dia tidak mengira hal ini akan terjadi pada keluarga Lane. Tanpa pendapatan yang pasti, akan sulit baginya untuk membantu mereka.Dia mentransfer semua uang yang dia punya pada Tiffany. Karena khawatir Tiffany akan menolak niat baiknya, dia bahkan menuliskan pesan pada Tiffany--- Kita akan mengatasi cobaan ini bersama-sama. Kau tidak sendiri disini. Masih ada aku dan Will. Dan jangan keras kepala disaat seperti ini.’Saat tiffany menerima uang dan pesannya, dia meneteskan air mata. Dia
Setelah memikirkan ini, dia langsung menuju ke ujung koridor untuk menelpon Ethan. Setelah beberapa lama barulah teleponnya diangkat. Ethan menjawab dengan acuh tak acuh. “Ada apa?”Tiffany tidak peduli dengan sikapnya lagi. Dia bisa menerima seseorang yang bersikap dingin di luar tapi hangat didalam. “Terima kasih.”Ethan sedang fokus pada layar komputernya dan tidak mendengarkan perkataannya.”Untuk apa?”Bibir Tiffany tersenyum. “Berhentilah berpura-pura. Kau kan yang mendonasikan uang untuk ayahku? Kenapa kau memilih untuk menyembunyikannya sebagai pendonasi tanpa nama? Maaf karena telah membuatmu kesepian akhir-akhir ini. Ada banyak sekali hal yang sedang menimpa keluargaku sekarang. Jangan marah denganku. Aku akan menemuimu saat aku tidak sibuk.”Ethan mengerutkan dahinya. Dia ingin menolaknya tapi berakhir dengan tidak mengatakan apa-apa. Karena dia sedang fokus pada komputernya dan malas untuk menjelaskan maka dia menjawab. “Aku sedang sibuk, aku akan tutup teleponnya sekara
Saat mereka sedang di tengah-tengah pembicaraan, pintu bangsal terbuka. Tiffany berdeham dua kali dan mencolek Arianne.Saat Arianne menoleh, tatapannya bertemu dengan tatapan Will Sivan. “Oh kau disini juga.”Itu hanyalah sapaan biasa, tapi ada banyak emosi tersembunyi di dalamnya.Will meletakan vitamin yang baru dibelinya di atas meja. “Aku kesini untuk menjenguk paman. Aku tidak mengira kau akan ada disini juga. Suasana disini.. Tidak terlalu bagus. Tiffie, kenapa kau tidak memindahkan dia ke kamar privat saja?”Tidak lama setelah Will mengatakan itu, Keluarga lain yang ada di bangsal itu mencela, “Kamar privat? Mereka saja terlilit banyak hutang…”Tiffany merasa kesal, lalu menutup tirai yang membatasi ranjang disana. “Mereka hanya sekumpulan anjing. Abaikan saja mereka.”Seseorang lalu menarik tirainya lagi dan berteriak, “Siapa yang aku sebut anjing? Kau tidak punya sopan santun! Pantas saja perusahaanmu bangkrut. Apa gunanya memiliki bisnis besar kalau kau tidak memiliki
Tiffany menggigit sendoknya, dia terlihat seperti Rusa yang baru saja tersorot lampu. Lalu dia mengalihkan pandangannya pada Will dan Arianne, lalu Tiffany memilih diam. Ini bukanlah sesuatu yang bisa dia atasi.Will mengerutkan kening padanya. “Bagaimana kau tahu aku ada disini?”Wendy tersenyum dan duduk disampingnya. “Apakah kau akan percaya jika aku memberitahumu bahwa aku kebetulan sedang lewat sini?”Will tidak mengatakan apa-apa, tapi Arianne mengatakan sesuatu, “Apa kau sudah makan? Kalau kau mau, kau bisa makan dengan kami.”Wendy tersenyum padanya lalu memerintahkan pelayan untuk membawakannya alat makan dan piring. “Kalian tidak ada rencana lain setelah makan siang kan? Aku berpikir untuk pergi belanja dengan Will. apakah kalian mau ikut?”Arianne langsung menjawabnya. “Aku harus melanjutkan mencari pekerjaan nanti.”“Aku harus kembali ke rumah sakit dan mengurus ayahku. Kalian berdua bersenang-senanglah!” ucap Tiffany.Tampang sedih terlihat diwajah Wendy. “Baiklah,
Tiffany bisa merasakan kalau Arianne memaksakan dirinya untuk mengatakan itu semua tapi dia membiarkannya. “Sekarang aku jadi merasa kalau Mark memperlakukanmu dengan buruk. Kalian berdua sudah menikah selama tiga tahun sekarang, tapi dia tidak pernah membelikan mu cincin. Orang-orang yang saling mencintai tidak bisa berakhir bersama, dan orang-orang yang tidak saling mencintai seolah terikat satu sama lain dengan erat. Siapa yangs sebenarnya sedang disiksa disini?”Arianne tidak melanjutkan pembicaraannya. Mereka pun berpisah, dan tidak lama setelah dia sampai dirumah, dia mempost cv nya di internet. Kalau dia bisa memilih dia tidak mau pekerjaan yang mengharuskan dia untuk pergi kesana dan kemari. Pengalaman kerjanya sejauh ini sudah membuatnya menjadi orang yang supel. Sekarang saat dia memikirkannya, dia merasa kalau tingkah lakunya agak konyol, mengingat dia sudah tumbuh dewasa bersama seseorang seperti Mark Tremont.Mark tidak kembali kerumah lagi malam ini. Hanya ada Arianne s
Mary terdiam, lalu menyarankan, “Kau bisa menelponnya dan tanya apakah dia akan pulang untuk makan malam atau apa. Suami dan istri harus lebih sering berkomunikasi, kau tidak bisa hidup masing-masing seperti ini. Aku tahu kalau kalian berdua menikah karena suatu alasan… sejujurnya, mengingat sifat tuan, dan kenyataan kalau dia tidak bisa melupakan masa lalu dan masih menikahimu itu berarti dia sangat mencintaimu. Kau tidak boleh bersikap acuh tak acuh padanya . Kau tahu bagaimana dia, jadi kenapa kau tidak mendengarkannya saja? Selama dua orang bisa hidup bersama dalam keharmonisan, apakah itu penting siapa yang menundukan kepala?”Arianne merasa seolah dia baru saja mendengarkan perkataan yang tidak masuk akal. “Apa kau bercanda, Mary? Kau bilang dia mencintaiku? Aku hanya berusia delapan tahun saat aku tinggal di kediaman Tremont, dan dia sudah berumur delapan belas. Dia kemungkinan sudah punya pacar waktu itu. Sedangkan aku masih anak-anak. Bagaimana mungkin dia jatuh cinta padak