Tiffany tahu bahwa Jackson melakukan ini dengan sengaja. Dia bangkit dan mengambil tas tangannya. “Antar aku pulang sekarang, kalau begitu. Ini sudah lewat pukul sembilan. Aku harus pulang lebih awal dan tidur."Jackson mereguk segelas anggur merah tepat di depannya. “Maaf, aku hampir lupa. Aku sudah minum. Aku tidak bisa mengemudi. Kau juga sudah minum."Tiffany kaget. “Kau tidak… merencanakan ini, kan? Kau tahu kau harus mengemudi dan kau masih minum? Baiklah… Apa yang harus aku lakukan sekarang?”Jackson mengangkat bahu. “Aku tidak minum banyak. Aku akan bisa mengemudi nanti malam. Tunggu saja sebentar. Aku memasak makanan, jadi sekarang kau mencuci piring dan membersihkan dapur. Aku akan mandi."Saat Tiffany melihatnya berjalan ke atas, Tiffany tidak bisa menghilangkan perasaan adanya sesuatu yang tidak tepat, tapi dia tidak bisa memahaminya. Dia mencuci piring dan membersihkan dapur untuknya. Akan membutuhkan beberapa jam baginya untuk kembali sadar. Bukankah membosankan jika
Mereka tertidur setelah beberapa saat. Tiffany menyadari bahwa earphone dan ponselnya telah diletakkan dengan rapi di meja samping tempat tidur ketika dia bangun keesokan harinya. Jackson pasti menaruhnya saat dia tidur. Dia tiba-tiba teringat bagaimana dia biasanya terbangun mendapati earphone itu mencekiknya setiap kali dia tidur sendirian…Jackson sudah bangun. Tidak ada tanda-tanda dirinya di ranjang, tapi tempatnya masih hangat. Dia bisa mendengar suara lembut gerakan dari kamar mandi; Jackson sedang mandi.Tidak ada yang terjadi tadi malam. Dia merasakan lega dan juga bagian tertentu dari hatinya meleleh, digantikan oleh sensasi bahagia dan nyaman.Jackson masih di kamar mandi bahkan setelah dia menunggu selama sepuluh menit. Kandung kemihnya terasa penuh. Dia berlari ke pintu dan mengetuk. “Cepatlah, aku perlu buang air kecil…”Jackson membuka pintu dengan mulut penuh pasta gigi. “Masuk dan kencing kalau begitu. Bukan seperti aku belum pernah melihatnya."Sudut bibir Tiffan
Menyadari telah kehilangan kendali atas emosinya, Tiffany mencoba sebisa mungkin untuk tenang. Dia tidak berencana untuk kembali bersama, jadi seharusnya tidak merepotkan dirinya dengan urusan pribadi Jackson. “Aku tidak punya hak untuk melakukan itu. Itu urusan pribadimu. Aku tidak akan sering datang. Kita bisa berteman, dan kau harus terbiasa tidur nyenyak tanpa aku. Aku dapat menemanimu selama di awal-awal, saat yang paling sulit untuk dihadapi. Ini adalah hal terbaik yang bisa aku lakukan untuk membayar kembali semua yang telah kau lakukan untukku dahulu… Itu saja. Waktunya pergi."Jackson berusaha tetap tegar menahan emosinya yang hampir porak-poranda mendengar bagian terakhir dari kalimat Tiffany - dia akan tetap menemaninya. Jackson sudah menanggalkan semua egonya. Selama Tiffany mau bertemu dengannya, dia tidak akan melepaskannya. Dia sangat percaya pada keterampilan mengambil hati wanitanya.Dia mengesampingkan emosinya. "Baik... aku akan mengantarmu pulang."Tiffany menguc
Tanya menenangkan dirinya sendiri. “Tiffany, akankah kau menemui Jackson malam ini?” dia dengan hati-hati bertanya.Tiffany menggelengkan kepalanya tanpa ragu-ragu. "Tidak. Dia baru saja mengajakku kencan. Aku sudah menolak.""Kenapa tidak?" Tanya bertanya.Tiffany menepuk punggungnya. “Koyo obat ini. Aku berbau seperti wanita berumur tujuh puluh tahun. Aroma segar dan mudaku sudah hilang. AKu tidak bisa melihat mantanku dalam keadaan seperti ini. Itu tidak bisa. Citraku masih penting bagiku.”Sedikit kekecewaan terlintas di mata Tanya. “Maaf… aku tidak terpikir itu. Aku hanya berpikir bahwa kau akan merasa lebih baik setelah menggunakan koyo obatitu.”Tiffany tidak memperhatikan perasaan Tanya dan menjawab dengan sembarangan. "Sudah kubilang tidak sakit, tapi kau bersikeras..."Tanya mengangkat kemeja Tiffany dan menarik koyonya sampai lepas sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya. Aksinya menyengatnya, dan saat dia hendak menolak, dia berbalik dan menyadari bahwa Tanya telah
Jackson tidak membalas. Sebaliknya, dia hanya menatap pesan itu dengan ekspresi cemberut di wajahnya. Kata "lagi" tampak terlihat lebih besar daripada pesan lainnya. Ini berarti Alejandro dan Tiffany sudah sering bertemu.Karena tidak menerima balasan dari Jackson, Tanya berhenti dengan serius sebelum mengirimkan pesan lain: ‘Aku minta maaf atas skandal penjiplakan ini. Aku sungguh tidak tahu bahwa teman online ku, Hush, sebenarnya adalah Beckett Hushman, dari perusahaanmu. Aku sama sekali tidak berpikir bahwa Hush akan melakukan hal seperti itu. Aku bahkan menyeretmu ke dalam masalah ini. Terlepas dari itu, semuanya dimulai karena aku. Aku berhutang budi padamu. Jika kau ingin tahu sesuatu tentang Tiffany, tanyakan saja padaku. Aku akan memberitahumu. Aku tahu kau masih mencintainya, dan aku ingin kau berdua bersama lagi."Tanya melirik ke arah Tiffany setelah mengirim pesan itu lalu menyelipkan ponselnya kembali ke laci meja kantornya.Mereka segera berangkat, dan Tiffany menunggu
Sementara itu, Alejandro tidak mengajak Tiffany makan malam, tapi membawakannya dua botol anggur merah yang mahal. "Kau tidak bisa datang ke acara jamuan untuk mencicipi anggur terakhir kali, jadi aku membawakan ini untukmu. Karena aku ada sesuatu hal yang harus aku selesaikan malam ini, mari kita makan malam di lain waktu.”Tiffany sangat menyadari betapa mahalnya anggur merah yang Alejandro berikan padanya, karena Lillian pun menikmatinya. Oleh karena itu, Tiffany dengan bijaksana menolak. “Tidak, terima kasih… aku juga tidak menghargai hal-hal semacam ini. Itu sia-sia bagiku. Kau harus menyimpannya sendiri. Aku akan membelikanmu makan siang saat kau senggang dan kebetulan aku punya waktu juga."Alejandro bersikeras dan menyuruh Jett menaruh anggur merah it uke tangan Tiffany. “Aku tidak suka ditolak. Anggur itu menjadi milikmu sekarang setelah aku memberikannya kepadamu. Tidak masalah bagiku jika kau menyia-nyiakannya. Sekian untuk saat ini. Aku harus pergi. Ngomong-ngomong… kau h
“Lalu… apakah Alejandro menghubungimu hari ini?” Jackson bertanya tiba-tiba.Takut jika Jackson Akan melakukan analisis berlebihan lagi, Tiffany berhenti sejenak untuk berpikir selama dua detik dan menyangkalnya. “Tidak, apa menurutmu dia akan punya banyak waktu? Untuk menghubungiku setiap hari? Cukup. Aku akan mengakhiri panggilan ini."Jackson mengepalkan tangannya di telepon, cemberut saat Tiffany mengakhiri panggilannya. Jackson menatap gambar pada layar ponselnya, yang dikirim oleh Tanya kepadanya, diliputi perasaan campur aduk. Tiffany dengan jelas bertemu dengan Alejandro hari ini. Tiffany berbohong padanya ... Alejandro curiga bahwa Tiffany tidak ada di rumah sama sekali! Pikiran tentang wanitanya menghabiskan waktu dengan pria lain tidak bisa ditolerirnya. Meskipun pertunangan mereka dibatalkan, Jackson secara tidak sadar masih tetap menganggap Tiffany sebagai wanitanya. Hal itu tidak berubah. Bagaimana Jackson bisa lebih rendah dari orang cacat dalam hal apapun?Jackson se
Panggilan itu ditolak. Tiffany yakin Tanya sedang sibuk, jadi dia tidak mencoba meneleponnya lagi. “Aku tidak bisa menghubunginya. Siapkan saja porsi ekstra untuknya. Bagaimana jika dia pulang? Bahkan jika dia tidak melakukannya, aku yang akan menghabiskan porsinya ke dalam perutku. Percayalah pada nafsu makanku. Aku tidak akan menyia-nyiakan satupun karena masakanmu benar-benar yang terbaik! Aku tidak akan berbicara untuk hal lain, tetapi keterampilan memasak mu adalah yang terbaik yang pernah aku lihat. Ngomong-ngomong, belakangan ini nafsu makan Ari sudah menyusut. Mungkin kau juga bisa membuatkan dia makanan jika kau punya waktu luang.”"Sekarang aku berada dalam hubungan dimana pacarku bertindak seolah dia bisa pergi kapan saja. Apakah aku tidak seharusnya sibuk mencoba membuatnya tinggal denganku? Kapan aku bisa menemukan waktu untuk memasak untuk wanita lain? Jika kau ingin aku menjaga Arianne, kau setidaknya harus bersikap baik kepadaku… ” Jackson menggerutu. Tiba-tiba, Tiff