Saat Eric akan menelepon dan bertanya, dia mendengar ketukan di pintu. Eric membukanya dan terkejut. Tanya membawa tas berisi bahan makanan, dari ujung kepala sampai ujung kakinya basah. Namun dia tetap tersenyum, “Maafkan aku. Aku salah belok jadi aku pulang sedikit terlambat. Di luar sedang hujan…”Eric mengambil tas belanjaan darinya, “Pergi dan ganti pakaian. aku akan mencuci sayurannya.” Tanya bersin, “O-oke, aku akan kembali secepat mungkin.”Tanya muncul dengan sudah berganti baju, sebelum Eric bisa mengeluarkan sayuran dari tas belanjaan, “Aku akan melakukannya. kau duduk saja. Makan malam akan segera siap. ”Optimismenya tampak menular. Eric belum pernah bertemu dengan gadis sekuat itu, “Kenapa kau tidak menelponku saat kau tersesat dan kehujanan. Aku bisa saja menjemputmu. Satu hal lagi. Toko bahan makanan itu cukup jauh, bukan? Apa kau tidak tahu cara memanggil taksi?”Tanya sedang fokus memilih sayuran, “Aku takut kau akan mengira aku ini bodoh. Lagipula itu tidak ter
Malam semakin larut. Tiffany tidak ingin bermain-main dengannya lagi. Dia kembali ke kamar tidur dan langsung tertidur setelah kepalanya menyentuh bantal. Perut kenyang dan tidur nyenyak setelah seharian bekerja seharian adalah sebuah kebahagiaan terbesar.Jackson, bertekad untuk tidak memberinya ketenangan. “Ada satu hal lagi yang harus dilakukan.”Tiffany hampir tidak sabar lagi. “Orang seharusnya harus benar-benar rileks saat mencoba untuk hamil, bukan? aku kelelahan setiap hari. Bahkan jika aku hamil, itu tidak akan bagus untuk anakku. Aku hanya ingin tidur! Jagalah sikapmu!”Bagaimana mungkin Jackson bisa bersikap baik? Jackson terus berusaha membujuknya. “Jangan seperti ini… Aku sudah berhenti merokok dan alkohol, dan sekarang, kau menyuruhku untuk menahan diriku? aku tidak bisa melakukannya. Jika kau lelah, kau dapat berhenti bekerja lembur mulai besok, dan bersiap untuk kehamilanmu. Kau selalu bisa mengunjungi Arianne atau Tanya saat kau punya waktu. Dengan begitu, kau bisa
Arianne terjebak di rumah selama beberapa hari terakhir. Dia merasa seolah-olah dia akan menjadi gila karena bosan. Sekarang setelah Tiffany dan Tanya ada di sini, dia jauh lebih senang.Tiffany membawakan dua jenis makanan - asam dan pedas. “Ari, kau lebih cenderung ke makanan asam atau pedas? Menurut cerita para orangtua, jika seorang ibu hamil sangat menyukai makanan asam, bayinya akan menjadi laki-laki. Jika ibu hamil menginginkan makanan pedas, bayinya adalah perempuan.”Arianne menggelengkan kepalanya. “Aku tidak mau makan apa pun. Aku merasa mual akhir-akhir ini, dan nafsu makanku menurun. Aku hampir tidak makan. Aku harus melakukan check-up setiap setengah bulan, dan itulah satu-satunya waktu dimana aku keluar rumah. Aku akan mati karena bosan, tetapi aku terlalu takut untuk keluar. Setiap kali aku berpikir tentang dikurung di rumah sampai bayi lahir, aku merasa kosong.”Nenek Wynn menimpalinya, “Kau harus menanggungnya demi anak kau. Melahirkan adalah beban seorang ibu. Mer
Tiffany akhirnya memperhatikan seseorang di tangga dengan ekspresi murung di wajahnya. Bagaimana dia bisa lupa bahwa ini adalah akhir pekan?! Mark biasanya ada di rumah selama akhir pekan. Dia meredam rasa malu yang dia rasakan dan tanpa segan mendelik. "Aku mengatakan yang sebenarnya. Aku senang dia mendengarku!"Mark tidak mendebatnya. Dia melangkah maju dan menyentuh dahi Arianne. “Ingatlah untuk mengenakan pakaian lebih tebal. Jangan sampai sakit. Aku akan mengantarmu ke pemeriksaan kandungan dua hari lagi."Arianne tidak terbiasa dengan Mark mengkhawatirkannya. Dia menundukkan kepalanya dengan canggung. “Mm…”Tiffany mengangkat pergelangan tangannya untuk memeriksa waktu di jam tangannya. “Aku harus pergi, Ari. Aku berjanji untuk berbelanja dengan seorang rekan kerja. Ada yang ingin kau titip? Aku bisa membawakannya."Arianne menggelengkan kepalanya. "Tidak ada. Kau pergi duluan saja."Tiffany terkekeh saat dia bercanda dan berbicara dengan bayi di dalam perut Arianne. “Sampai jum
Tiffany tentu saja merasa cemas. Jackson dengan jelas mengatakan padanya dia akan berada di kantor hari ini. Apa yang dia lakukan disini? Terlebih lagi, dia terlihat seperti sedang berbelanja dengan seseorang di sini. Dia sedang duduk di toko pakaian Tremont Enterprise seolah sedang menunggu seseorang.Dia mengisyaratkan Aye untuk tutup mulut saat matanya tertuju pada Jackson. Sekitar lima menit kemudian, seorang wanita tinggi dan ramping dengan rambut panjang lurus muncul dari ruang ganti. Dia menunjukkan Jackson mantel bulu putih yang dia coba dan bahkan berputar-putar menawan.Jackson membelakangi Tiffany sehingga dia tidak bisa melihat ekspresi wajahnya. Namun, dia bisa dengan jelas melihat wanita itu tersenyum. Dan lagi, wanita itu tersenyum sangat cantik dan terlihat genit. Dia tampak seperti seorang putri yang sangat penyayang.Aye yang tidak tahu apa-apa berkata, "Apa itu tunangan pak West? Dia sangat cantik. Dia juga punya tubuh yang bagus. Aku rasa tingginya sekitar 170 cm, s
Aku pergi berbelanja dengan Aye jadi aku pikir aku akan mampir. Aku telah menunggu selama tiga jam. Kau darimana?" Tanya Tiffany, bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.“Aku… pergi menemui klien dan makan siang sebelum aku kembali. Apa kau sudah makan? Aku bisa pesankan makanan untukmu." Jelas sekali bahwa Jackson sengaja menghindari tatapannya. Namun, dia tidak lupa untuk peka dan bertanya apakah dia sudah makan.“Tidak usah. Aku hanya datang untuk bertemu denganmu. Aku akan makan nanti saat di jalan pulang. Kau harus kembali bekerja.” Setelah dia selesai berbicara, dia bangkit dan segera pergi. Pada saat ini, dia merasakan penglihatannya berbaur dengan air matanya yang menyeruak ingin jatuh. Namun, dia memaksa dirinya untuk menahannya....Malam itu, Jackson menelpon dan mengatakan dia tidak akan kembali ke kediaman West setelah bekerja karena dia harus makan malam dengan klien. Dia menyuruh Tiffany makan malam sendiri. Tiffany setuju tanpa mempertanyakannya. Namun, begitu panggilan
Tiffany menatapnya, memperhatikan ketidaksabaran dan temperamennya yang meledak-ledak. Jackson tidak pernah seperti ini. Mungkin dia tidak berubah, mungkin ini hanya perasaan Tiffany saja. Dengan kondisi Tiffany saat ini, semuanya terasa berlipat ganda. Dia mencoba untuk tenang. "Tidak apa. Aku hanya tidak ingin punya anak lagi. Tidak ada artinya."Ekspresi Jackson berubah dingin. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun dan terus mengemudi ke kantor. Ketika mereka sampai di perempatan, Tiffany turun dari mobil tanpa berpamitan.Jackson memukul setir mobil dengan kesal, membuat klakson berbunyi keras. Pagi harinya yang sudah penuh kesibukan sekarang ditambah masalah ekstra. Dia baru saja memarkir mobil di tempat parkir ketika menerima pesan di ponselnya. “Aku tidak ingin keluar sekarang. Belikan sarapan untukku dan kirimkan ke hotel.”Ekspresi tidak sabar muncul di wajah Jackson saat dia membaca pesan dari nomor yang tak disimpan itu. Dia mengetik jawabannya. “Tidak ada waktu. Lakukan sen
“Aku tunangan Jackson West.”Aye tercengang. Butuh beberapa detik sebelum dia perlahan matanya terbelalak. "kau serius? Kau… Kau bercanda, kan?”Tiffany mengangkat dan menggoyangkan tangannya, menunjukkan cincin di jari manisnya pada Aye. “Jackson memasangkan ini padaku di pesta pertunangan kita. Sekarang kau mengerti mengapa aku bereaksi seperti itu ketika kemarin kita melihatnya dengan wanita lain, kan? Kau berjanji untuk menyimpan rahasia ini jadi aku akan menyimpan rahasiamu juga. Ini akan jadi pegangan. Kita akan menyimpan rahasia satu sama lain. Aku tidak ingin siapapun tahu."Aye menatapnya dan berkata pelan, "Umm... Bukankah buruk bagiku untuk bermalas-malasan selama jam kerja di depan tunangan bosku?"Tiffany mendelik. "Silahkan. Bukankah aku juga bermalas-malasan? Di kantor, aku sama denganmu. Seorang perancang busana biasa. Kita tidak berbeda banyak. Ngomong-ngomong, jangan berani-berani mengasihaniku. Tidak ada yang pasti untuk saat ini."Aye mengangguk berjanji. “Aku menge