Aku pergi berbelanja dengan Aye jadi aku pikir aku akan mampir. Aku telah menunggu selama tiga jam. Kau darimana?" Tanya Tiffany, bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.“Aku… pergi menemui klien dan makan siang sebelum aku kembali. Apa kau sudah makan? Aku bisa pesankan makanan untukmu." Jelas sekali bahwa Jackson sengaja menghindari tatapannya. Namun, dia tidak lupa untuk peka dan bertanya apakah dia sudah makan.“Tidak usah. Aku hanya datang untuk bertemu denganmu. Aku akan makan nanti saat di jalan pulang. Kau harus kembali bekerja.” Setelah dia selesai berbicara, dia bangkit dan segera pergi. Pada saat ini, dia merasakan penglihatannya berbaur dengan air matanya yang menyeruak ingin jatuh. Namun, dia memaksa dirinya untuk menahannya....Malam itu, Jackson menelpon dan mengatakan dia tidak akan kembali ke kediaman West setelah bekerja karena dia harus makan malam dengan klien. Dia menyuruh Tiffany makan malam sendiri. Tiffany setuju tanpa mempertanyakannya. Namun, begitu panggilan
Tiffany menatapnya, memperhatikan ketidaksabaran dan temperamennya yang meledak-ledak. Jackson tidak pernah seperti ini. Mungkin dia tidak berubah, mungkin ini hanya perasaan Tiffany saja. Dengan kondisi Tiffany saat ini, semuanya terasa berlipat ganda. Dia mencoba untuk tenang. "Tidak apa. Aku hanya tidak ingin punya anak lagi. Tidak ada artinya."Ekspresi Jackson berubah dingin. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun dan terus mengemudi ke kantor. Ketika mereka sampai di perempatan, Tiffany turun dari mobil tanpa berpamitan.Jackson memukul setir mobil dengan kesal, membuat klakson berbunyi keras. Pagi harinya yang sudah penuh kesibukan sekarang ditambah masalah ekstra. Dia baru saja memarkir mobil di tempat parkir ketika menerima pesan di ponselnya. “Aku tidak ingin keluar sekarang. Belikan sarapan untukku dan kirimkan ke hotel.”Ekspresi tidak sabar muncul di wajah Jackson saat dia membaca pesan dari nomor yang tak disimpan itu. Dia mengetik jawabannya. “Tidak ada waktu. Lakukan sen
“Aku tunangan Jackson West.”Aye tercengang. Butuh beberapa detik sebelum dia perlahan matanya terbelalak. "kau serius? Kau… Kau bercanda, kan?”Tiffany mengangkat dan menggoyangkan tangannya, menunjukkan cincin di jari manisnya pada Aye. “Jackson memasangkan ini padaku di pesta pertunangan kita. Sekarang kau mengerti mengapa aku bereaksi seperti itu ketika kemarin kita melihatnya dengan wanita lain, kan? Kau berjanji untuk menyimpan rahasia ini jadi aku akan menyimpan rahasiamu juga. Ini akan jadi pegangan. Kita akan menyimpan rahasia satu sama lain. Aku tidak ingin siapapun tahu."Aye menatapnya dan berkata pelan, "Umm... Bukankah buruk bagiku untuk bermalas-malasan selama jam kerja di depan tunangan bosku?"Tiffany mendelik. "Silahkan. Bukankah aku juga bermalas-malasan? Di kantor, aku sama denganmu. Seorang perancang busana biasa. Kita tidak berbeda banyak. Ngomong-ngomong, jangan berani-berani mengasihaniku. Tidak ada yang pasti untuk saat ini."Aye mengangguk berjanji. “Aku menge
Tiffany terdiam sejenak selama dua detik sebelum dengan tenang berkata, “Itu tidak penting bagiku. Jika dia selingkuh, aku tanpa ragu akan meninggalkannya. Hal yang paling menyedihkan bagi seorang wanita adalah menaruh semua harapannya pada seorang pria. Hidupku akan jauh lebih baik tanpa dia.”Meskipun dia tidak setuju dengan pendapat Aye, dia setuju untuk mencari detektif swasta. Dia tidak membuang waktu dan langsung mencarinya. Karena sebelumnya telah membantu Arianne dengan penyelidikan, ini mudah baginya. Dia menghubungi detektif swasta itu, dan yang perlu dia lakukan hanyalah menunggu hasilnya.…Sementara itu, Tanya saat ini berdiri di kamar kecil, benar-benar bingung. Dia telah dikurung oleh seseorang yang berniat buruk ketika dia mengepel lantai. Pintunya telah dikunci dari luar. Dia tidak bisa keluar. Karena dia tidak terbiasa bermain dengan ponselnya saat bekerja, dia tidak membawanya. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah menunggu seseorang datang untuk menyelamatka
Tanya menggigit bibirnya dan menahan tangisannya. “Aku pikir… kalian akan mengajariku jika aku melakukan semua yang kalian minta… Pak Nathaniel memberitahu semua orang di sini baik dan memintaku belajar dari kalian. Setelah aku lebih terampil, aku akan bisa menjadi perancang busana seperti kalian semua…”Wanita itu mencibir. "Seorang perancang busana? Kau? Aku hanya menganggapmu sebagai target untuk dikerjai. Apa? Kau tidak dengar? Buatkan aku teh susu!”“Pekerjaanku terbatas hanya bersih-bersih. Bukan tugasku menjadi pesuruhmu. Lakukan sendiri. Aku tidak berhutang apapun padamu." Ini adalah kali pertama Tanya menolak permintaan wanita itu. Kemudian, dia dengan paksa menarik kain pel dari bawah sepatu hak tinggi wanita itu.Wanita itu oleng dan hampir terjerembab. Rasa malunya berubah menjadi kemarahan dan dia menampar Tanya. "Kau pikir kau siapa? Kami sudah punya petugas kebersihan, Kau disini hanya jadi lelucon. Pak Nathaniel hanya memberimu pekerjaan karena kasihan. Pekerjaanmu sang
Eric bingung, “Ini hanya bersih-bersih, apa maksudmu tidak mengerjakan dengan baik? Kau melakukannya dengan baik, baik di rumah maupun di kantor. Rumahku akhirnya lebih terlihat seperti rumah sejak kau tinggali. Mengapa kau mengatakan ini sekarang? Apa terjadi sesuatu?”Tanya menggelengkan kepalanya, tidak mau mengungkapkan apa yang dialaminya disini. “Tidak apa-apa. Aku hanya tidak ingin bekerja disini lagi. Aku baru bekerja beberapa hari jadi kau tidak perlu membayarku. Aku hanya datang untuk bilang padamu tentang ini. Terima kasih banyak. Aku akan pulang sekarang untuk berkemas sehingga aku bisa pindah."Eric mengerutkan alisnya. Ini mengejutkannya. Semuanya tampak baik-baik saja sebelumnya… Sejujurnya, dia menikmati pulang ke rumah mendapati makanan hangat yang enak setiap hari. Namun, karena Tanya bersikeras untuk pergi, dia tidak punya alasan untuk menghentikannya. “Lalu, kau mau pergi kemana? Tiffany memintaku untuk mengurusmu, ada tanggung jawab yang perlu kupenuhi. Setidaknya
Tanya ketakutan, tetapi gelagat wanita itu menolak mengembalikan uang membuatnya ragu. Pada akhirnya, dia mengumpulkan keberaniannya dan memutuskan untuk tinggal....Eric segera pulang setelah bekerja. Rumah seketika terasa sangat sepi. Jelas bahwa seseorang telah membersihkan rumah. Tampak bersih. Tidak ada sehelai rambutpun tersisa. Namun, Tanya sudah tidak ada lagi di sini. Merasa khawatir, dia memutuskan untuk menelepon Tiffany. "Tanya di mana?"Tiffany bertanya bingung, “Bukankah dia bekerja di perusahaan mu? Selain itu, dia tinggal bersamamu jadi mengapa kau menanyakan ini padaku?"Eric berseru, “Maksudmu dia tidak pergi menemuimu?! Dia berhenti dari perusahaan hari ini dan berkata sudah menemukan tempat untuk tinggal. Dia langsung pindah. Aku pikir kau tahu... Dia tidak menghubungimu?"Tiffany, yang sudah kesal dengan perselingkuhan Jackson, menjadi semakin kesal ketika dia mendengar bahwa sesuatu mungkin terjadi pada Tanya. Dia sangat cemas sehingga sampai hampir mengumpat ker
Dia membalas telepon Tiffany terlebih dahulu. “Tiffany, kenapa meneleponku berkali-kali? Bateraiku habis. Ini baru saja selesai terisi."Di ujung panggilan, Tiffany hampir menangis. "Kau darimana saja? Mengapa tidak bilang apa-apa sebelum pergi? Eric dan aku hampir gila mencarimu! Ponsel busuk macam apa itu? Aku akan membelikanmu yang baru besok! Aku akan datang sekarang. Kirimkan lokasimu! " Dia mengakhiri panggilan sebelum Tanya bisa menjawab.Tanya tahu Tiffany keras kepala dan penuh semangat. Dia tersenyum tak berdaya dan mengirimi Tiffany nama motel itu.Setelah lebih dari satu jam berlalu, Tiffany dan Eric akhirnya tiba.Tiffany sangat takut pakaian mahalnya akan kotor dari sampah di tempat ini. Dia mencoba untuk menghindari sentuhan ke dinding saat berjalan di sepanjang koridor. “Tempat mengerikan macam apa ini? Kami butuh waktu lama untuk menemukan tempat ini. Apa yang kau lakukan di sini, Tan? Memang bisa tinggal disini? Ada banyak macam orang disini. Apakah kau tahu betapa be