Keheningannya mendorong Arianne untuk menanyakannya, walaupun dengan mata berkaca-kaca. “Kenapa kau tidak bicara? Apakah kau berbohong? Kau berbohong! Bagaimana si Putih mati? Dia sudah mati, jadi bisakah kau mengatakan yang sebenarnya?"Mark mematikan rokok lalu mengangkat pandangannya. "Aku tidak berbohong padamu. Henry meneleponku setelah kau keluar dari mobil. Kau bisa menelponnya sendiri jika kau tidak mempercayaiku. Aku tidak punya alasan untuk menipu dirimu. Aku akui bahwa aku salah karena tidak mengurusnya dengan lebih cermat."Arianne berdiri bersandar di dinding saat air mata mengalir di pipinya, terlihat seperti gadis kecil yang baru saja kehilangan sesuatu yang dicintainya. Hanya menangis yang bisa meredakan emosinya. “Kau tidak pernah menyukainya sejak awal; kau membencinya! Itu salahmu karena tidak mengizinkan aku mengambilnya! Mengapa kau harus menghilangkan semua yang aku suka? Dia hanya seekor kucing! Ini mungkin kucing yang menjijikan di matamu, tapi dia sangat pent
Dick tidak pernah tahu Ellie memiliki pendapat seperti itu tentang Arianne. Dia juga tidak berani berkomentar, karena ini adalah masalah pribadi bosnya.Ellie bahkan lebih meremehkan Dick karena terlalu segan untuk mengungkapkan pendapatnya dan langsung pergi dengan segelas air.Di kantor, Mark menelepon Henry dan memberitahunya bagaimana menangani pemakaman si Putih. Dia tidak ingin urusan ini membuat lebih banyak masalah antara dia dan Arianne, jadi dia akan mencoba yang terbaik untuk melakukan apapun yang dia bisa.Di apartemen, Arianne mendengar ketukan di pintu segera setelah dia dibangunkan oleh jam alarm. Ingatannya kabur, dan dia bahkan tidak bisa mengingat bagaimana dia kembali ke tempat tidur. Ketika dia melewati ruang tamu, dia melihat selimut tipis terlipat rapi di sofa. Meskipun tidak menunjukkan tanda-tanda digunakan, dia punya firasat bahwa Mark tidak pergi tadi malam.Dia membuka pintu, hanya untuk disambut oleh karangan bunga yang begitu besar sampai-sampai hampir
“Itu seharusnya sudah lama terjadi. Kehidupanmu pasti berjalan dengan baik, sekarang secara resmi kau sudah memulai hidup sebagai keluarga yang beranggotakan tiga orang, suamimu, kau dan gadis kecilmu. Abaikan saja ibu mertuamu dan cobalah untuk menghindari interaksi dengannya. Aku tahu dari pandangan pertamaku padanya bahwa dia bukan orang yang baik." Naya hanya tersenyum dan tidak berkata apa-apa. Orang yang intelektual dan memiliki sifat yang baik hati seperti Naya tidak akan pernah berbicara buruk tentang ibu mertuanya di belakang punggungnya, tidak peduli betapa buruknya perlakuan ibu mertuanya kepada dirinya. Setelah toko makanan manis ditutup di saat malam, Arianne dan Tiffany pergi ke rumah sakit dengan taksi. Jackson tidak terlihat sama sekali hari ini, tetapi mereka akhirnya bertemu dengannya di rumah sakit. Mark juga ada di sana. Suasana di kamar rawat inap itu seketika menjadi hidup. Eric duduk bersila di tempat tidur, dengan senang hati mengunyah apel yang telah diku
’Apakah Aery Kinsey tidak dihitung?’ - itulah yang dimaksudkan dan ingin dikatakan Arianne, tetapi tidak pada akhirnya. Pikiran tentang Aery dan Mark di masa lampau, momen tentang mereka entah kenapa selalu menempel di dalam pikirannya. Arianne benar-benar tidak ingin mengingat bahwa suaminya pernah berkencan dengan saudara perempuannya sendiri.Mark tahu bahwa Arianne terlalu banyak berpikir ketika melihat raut wajah Arianne yang tiba-tiba terlihat pasrah. "Apa yang kau pikirkan? Jangan menahannya, bicaralah padaku."Arianne mengerutkan bibirnya, "Menurutku kau terlalu kejam. Aery pernah berkencan denganmu, tapi kau secara personal mengirimnya ke penjara. Hidupnya sangat hancur sekarang."Saat Arianne berbicara, dia secara tidak sengaja mengamati ekspresi wajah Mark, ingin melihat bagaimana suaminya akan bereaksi."Memang benar dia dan aku dulu pernah berkencan," jawab Mark dengan tenang, "Tapi aku tidak bisa mentolerir siapapun yang menyakitimu."Arianne tidak puas dengan tangga
Jackson berusaha mengendalikan emosinya, kemudian memesan makanan, lalu berjalan ke Lorong di luar kamar hotel dan menelepon nomor orang asing itu. Panggilan itu segera dijawab oleh suara wanita yang merdu, “Apa yang kau inginkan, Jackson? Anak kita sedang rewel. Bisakah kita bicara nanti?”Frustasinya berlipat ganda ketika Jackson mendengar tangisan anak itu, “Aku hanya ingin mengatakan, jangan ganggu aku sampai hasil tes DNA keluar dan jangan pernah menghubungiku juga. Setelah hasilnya keluar dan terbukti bahwa anak itu ternyata memang anakku, aku akan menyelesaikan masalahnya denganmu. Jika tidak, menjauhlah dariku!”Jackson segera mengakhiri panggilan itu dan diam-diam menghapus keringat dingin dari alisnya. Tiffany pasti akan memeriksa ponselnya dari waktu ke waktu. Jackson bergidik memikirkan konsekuensinya jika Tiffany melihat pesan itu.Setelah menghapus semua pesan yang tidak diinginkan, Jackson kembali ke kamar seolah-olah tidak ada yang terjadi. Tiffany keluar dari kamar
Jackson menghela nafas lega, tetapi merasa bersalah pada saat yang sama. Dia tidak pernah berharap hal-hal menjadi begitu serius ketika dia membawanya Tiffany ke sini. Pada saat itu, Jackson hanya menerima telepon dari wanita itu, mengatakan bahwa wanita itu memiliki sesuatu yang penting untuk diberitahukan kepadanya. Jackson tidak terlalu memperhatikannya, takut Summer akan mengetahui masa lalunya dan pasti akan mengomel tanpa henti. Karena alasan itulah, Jackson memutuskan untuk datang ke kota ini, dengan alasan bahwa Mark membutuhkan bantuannya di perusahaannya yang baru dan mengatur pertemuan dengan wanita itu di kota ini. Kemudian, dia mengajak Tiffany untuk bersenang-senang dengan Arianne dan menghiburnya.Jackson sama sekali tidak berharap masalah ini akan berada di luar kendalinya. Keadaan emosionalnya hancur ketika dia melihat anak itu. Jackson baru saja bertemu dengan wanita ini hari ini pada siang hari dan pergi untuk menjalani tes DNA terlebih dahulu. Dia menghindari mengh
Ellie cukup terkejut. Mark telah melihat sekilas pakaiannya dengan sangat dekat dan jelas, tetapi dia sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun. Elle merasa sedikit kecewa, "Oke ... aku akan pergi sekarang."Elle menyeberang jalan di bawah terik matahari menuju toko. Ellie menghela nafas lega saat udara dingin dan menyegarkan di kafe menerpa dirinya. Kemudian dia menghampiri Naya dan berkata, "Tolong, pesan dua cup es teh hitam."Naya melihat pakaian Ellie dengan sekali pandang. Dia tidak bisa berkata-kata. Naya sendiri selalu tampil dalam pakaian yang sederhana, tetapi dia bisa menerima jika melihat wanita berpakaian seksi seperti mengenakan tanktop dengan celana pendek atau rok mini. Namun, dandanan Ellie jauh lebih berani daripada style itu…“O-oke…”Naya merasa agak malu. Dia terlalu malu untuk menatapnya terlalu lama, meski mereka berdua perempuan.Tiffany, yang berada di belakang meja kasir, mendengar suara Ellie dan berbalik. Dia langsung kesal, “Pakaian kerja yang kau ke
Pikiran Ellie untuk sesaat menjadi kosong, diikuti oleh gelombang kegembiraan yang tersurat di hatinya. Itu mungkin karena dia selalu tampil luar biasa dalam setiap aspek, bukan? Kemudian Elle mengulurkan tangannya dan menyelipkan seikat rambutnya di belakang telinganya, dan bertanya dengan malu-malu, "Mengapa?""Karena di masa lalu, kau akan menempatkan semua fokusmu pada pekerjaanmu dan tidak akan pernah mencoba merayuku."Ekspresi Ellie segera berubah. Dia segera menegakkan tubuh, "A-aku minta maaf ..."Mark menolak memberinya kesempatan, “Kau boleh mengambil gaji mu dari departemen keuangan. Anggaplah dirimu dipecat. Kau bahkan akan menerima uang pesangon yang cukup bagus."Ellie tidak percaya ini. Ada banyak hal yang ingin dia katakan, tetapi dia menutup mulutnya saat menatap tatapan sedingin es Mark. Realitas akhirnya menghantamnya. Dia telah berhasil mempertahankan pekerjaan hebat ini selama bertahun-tahun karena kemampuan profesionalnya sendiri, bukan pesona fisiknya. Menye