Sepasang lengan tiba-tiba menangkapnya dan menariknya. Arianne hampir bisa merasakan kelembaban dari tubuh yang baru saja selesai mandi itu, dia juga bisa mencium wangi dari sabun mandi yang dipakai Mark Tremont.Tangannya memegang dada Mark, tanpa dia sadari tangannya gemetar.Tangan Mark yang tadi melingkari pinggulnya seketika terlepas.“Enyahlah.”Entah mengapa, suaranya agak sedikit serak. Arianne tidak mengerti apa yang membuat Mark Tremont kesal padanya lagi maka dia pun pergi meninggalkan kamar Mark Tremont.Saat dia sampai di gudang, dia kemudian merasa menyesal karena dia lupa menanyakan soal Will Sivan. Mengingat apa yang baru saja terjadi barusan membuatnya mengurungkan niatnya untuk mendatanginya lagi. Keesokan harinya, pagi pun tiba, Mary datang ke gudang dengan segelas air minum.“Ayo Ari bangun, minumlah obat ini.”Arianne merasa bingung. Mary tidak tahu kalau dia masuk angin. Selain itu, bagaimana Mary berani memberikannya obat tanpa seizin Mark Tremont?Untu
Ada sekejap saat Arianne melihat bayangan Will dibalik Tiffany. Ketiganya saling mengenal dengan baik sampai-sampai nada suara dan ekspresi Tiffany Lane bisa sangat menyerupainya.Arianne terhenyak. Ia tertegun, tidak tahu harus menjawab apa.Tiffany melambaikan tangan kearahnya dengan tersenyum.“Baiklah, misiku sudah selesai. Apapun yang perlu kau ucapan, sampaikan pada Will sendiri! Hati-hati di jalan pulang, sampai jumpa besok!”Dia masuk ke dalam mobilnya dan berlalu pergi, meninggalkan Arianne yang terdiam dalam waktu lama, apa yang baru saja diucapkan Tiffany terus berulang dipikirannya...Saat Arianne tiba di area rumah Tremont, waktu telah menunjukan lewat dari pukul delapan malam. Dia perlahan membuka kotak hadiah untuk melihat bahwa Tiffany telah memberikannya sebuah kalung, sementara Will telah memberikannya sebuah gelang. Di dalam kotak hadiah dari Will terdapat sebuah catatan yang tertulis, ‘Beriringan, bersamamu aku akan menua’.Tersipu, Arianne menyembunyikan hadiah-had
Mata Arianne Wynn terbelalak kaget. Baru saat itu dia sadar bahwa sebelum dia tiba, Mark telah minum cukup banyak. Tegukan kecil tadi tidak bisa mewakili bau alkohol yang merebak darinya saat ini.ciuman Mark Tremont sangat kuat dan ganas, menyesakkan nafas Arianne sedikit demi sedikit. Saat ia akan berkeliat untuk mencari udara, Mark akhirnya melepasnya.“Makan malamnya mulai dingin!” Arianne berseru panik.Mark Tremont adalah orang yang berbeda saat ia mabuk, dibandingkan dengan ketika dia sadar. Saat dia mabuk, perlahan sifat aslinya keluar, namun selama sadar dia adalah pria yang lemah lembut yang digemari semua orang.Arianne menyadari hal ini. Dia merasa takut dan gentar, diiringi dengan pesan dari Will Sivan yang disampaikan oleh Tiffany Lane terus terulang dipikirannya - ‘Aku menyukaimu. Tunggu aku kembali. Kau harus menungguku.’Mark Tremont mendorongnya jatuh ke atas ranjang besar dibelakangnya.“Dua jam lagi. Sayang sekali jika dihabiskan dengan makan malam.”Dia sedang memb
Tangan Arianne mengayun ke arah lehernya, bersungut. Dia samar-samar mengingat bahwa Mark Tremont telah menciuminya di bagian itu, dia pasti telah meninggalkan bekas.Tidak seperti Arianne yang bingung, Mary tampak gembira.“Ari, sahkan saja dengan tuan jika dia menyukaimu. Kau akan mendapatkan roti bakar favoritmu seumur hidup dan dia juga tampan. Aku rasa tidak ada yang kau tidak setuju dengannya, lagipula kau telah bersama dengannya selama sepuluh tahun.”Arianne menghindar dari membahas topik itu dengan memotong ucapan Mary. “Mama Mary, aku sudah telat sekolah. Dadah!”Dia berlari keluar pintu seakan-akan dia menyelamatkan nyawanya.Menjadi pasangan Mark Tremont? Jika dia bosan setengah mati, okelah.Ketika Arianne tiba di sekolah, Tiffany Lane bergegas ke arahnya dan bermain dengan syalnya.“Sayang, kau punya selera yang unik ya. Mengapa terasa seperti tahun 70-an? Tetapi Ari selalu terlihat terbaik bagaimanapun juga. Kau terlihat keren, mungkin bahkan lebih baik jika kau mengenak
Ketika mereka mengumpulkan tugas itu, gurunya tersenyum mengecek melihat hasil gambarnya.“Kau menggambar Mark Tremont hah? Kau biasanya pendiam, tetapi sekarang kau sama seperti anak perempuan kebanyakan. Beberapa dari mereka juga menggambar dirinya tetapi gambarmu yang terbaik. Kau punya foto? Bagikanlah.”Guru itu adalah seorang wanita berumur tiga puluhan. Belum menikah, mudah emosi, dan tergila-gila dengan Mark Tremont, dia mengoceh tentangnya bersama murid-murid lain setiap hari.Arianne Wynn menggelengkan kepalanya. “Aku tidak punya foto…”Wajah gurunya mengkerut.“Tetapi gambarmu begitu baik? Semua itu hanya dari imajinasi? Pernahkah kau bertemu langsung dengannya? Berbaik hatilah, tunjukan aku fotonya. Gambarmu… terlihat seperti ia duduk di sekitar rumah? Foto seperti ini tidak ada di internet. Darimana kau mendapatkannya?”Tifanny Lane tidak lagi dapat menahan dirinya.“Apa yang diributkan saat ini? Dia bilang bahwa dia tidak punya foto, sudah. Kemampuan gambarnya memang sela
Arianne Wynn gelisah seketika. Apakah dia sudah tidak lagi melakukan perjalanan bisnis? Mengapa dia tiba-tiba pulang? Ketakutan muncul dari dalam dirinya. Jika diingat, untung dia tidak ikut pergi bermain seluncur es dengan Tiffany. Hanya saja dia sedang sial karena rantai sepedanya putus...Pergi ke kamar mandi, Arianne merasa khawatir ketika ia mandi, tahu bahwa Mark pasti akan mencarinya.Dia menangkap sekelebat bayangan di sofa dari ujung matanya ketika ia keluar dari kamar mandi dan melewati ruang tengah.Mark mengenakan baju santai berwarna abu-abu muda, terlihat lebih sederhana dari setelan jas utuh yang biasa dipakai, sehingga membuatnya tidak terlihat begitu dingin. - kecuali matanya yang masih tidak ramah saat menatap Arianne.“Kemarilah.”Dengan kepala tertunduk, Arianne bergerak untuk berdiri tepat disampingnya.“Kau sudah pulang.”“...Dingin?” Mark ingin bertanya mengapa dia telat pulang, namun seluruh pertanyaannya berpadu menjadi satu kata ketika dia melihat luka di tang
Arianne Wynn mematung.“Tidak apa-apa, aku merasa nyaman-nyaman saja tidur di gudang!”Mark Tremont melirik ke arahnya, hawa tidak senang terpancar dari tatapannya yang dingin.“Aku tidak memintamu untuk tidur di kamarku di lantai atas tapi di kamar tamu. Mary akan membantumu menyiapkan kamar tamu yang ada di samping kamarku.”Karena merasa ketahuan telah salah mengira, Arianne merasa canggung.Tidak lama kemudian, salah satu pelayan yang telah meyiapkan makan malam untuk mereka di ruang makan mendatangi mereka.“Tuan, Nona, waktunya makan malam.”Mark Tremont menutup majalah yang ada di tangannya dan berdiri.“Makanlah.”Dia meminta Arianne Wynn untuk makan bersamanya. Kapan terakhir kali Arianne Wynn makan dengan Mark Tremont di meja yang sama? Dia bahkan tidak ingat itu.Arianne Wynn menundukkan kepalanya di meja makan, dia makan tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Dia hanya mengambil lauk yang dekat dari jangkauannya. Mark Tremont makan perlahan, dia juga hampir tidak m
Mark Tremont sering memangkunya saat Arianne masih kecil, tapi dia tidak ingat sejak kapan dia merasa tidak nyaman dan canggung untuk duduk di pangkuan Mark Tremont.Berada dalam posisi sangat dekat dengan Mark Tremont, dia bisa mencium aroma tembakau yang samar-samar tercium dari badannya dan juga aroma… alkohol -- dia minum lagi!“Will Sivan sudah tidak ada, siapa kali ini? “Beriringan bersamamu, aku akan menua… katakan padaku, siapa yang menulis itu padamu?” Suara Mark Tremont terdengar sangat dingin.Arianne Wynn terlalu takut untuk menjawabnya. Mark Tremont sudah ‘mengirim’ Will Sivan keluar negeri, jika dia mengakui kalau kado itu dia dapatkan dari Will Sivan, entah hal seperti apa yang akan Mark Tremont lakukan padanya? Dia bahkan tidak berani memikirkannya.“Aku...aku tidak tahu…”“Kau tidak tahu? Kenapa kau menyembunyikannya begitu hati-hati jika kau tidak tau siapa yang memberikannya padamu? Ari… kau sudah bersikap buruk…” Tangan Mark Tremont dengan santainya bertumpu pa
Arianne sudah lama tidak mendengar nama itu, dia harus berpikir lama beberapa detik sebelum akhirnya mengingat wajahnya.Shelly-Ann Leigh… Dia pasti menghabiskan bertahun-tahun di rumah sakit jiwa, bukan? Hanya Tuhan yang tahu jika rambut wanita itu sekarang abu-abu dan putih seluruhnya.Ketika seseorang hampir mati, seseorang dapat berdiri untuk memaafkan semua sejarah di antara mereka—bahkan yang gelap, walaupun jika buku besar itu penuh—untuk selamanya. Jadi, Arianne menjawab, "Aku akan pergi denganmu. Tidak peduli apa yang terjadi, dia tetap ibumu."Mark sama sekali tidak mengharapkan jawaban itu darinya. Dalam keterkejutannya, dia membungkuk dan meninggalkan ciuman di bibirnya. “Aku tahu aku memilih wanita yang tepat sebagai istriku. Aku pikir kau tidak akan setuju untuk membiarkanku menemaninya selama hari-hari terakhirnya…”Arianne tidak menjawab apa-apa. Dia tidak begitu bodoh sehingga akan mencoba untuk menang dari seorang wanita yang hari-harinya terhitung jari. Tidak ped
Arianne mencibir. “Kamu keliru, nona kecil. Aku tidak akan cukup gila untuk membuat marah ibu dari pria yang kusuka jika aku jadi kau, Nak. Aku khususnya tidak akan mengatakan apa pun yang ber-IQ serendah itu juga. Biarlah aku benar-benar jujur kepadamu: tidak seorang pun yang memiliki nama keluarga Leigh akan mendapat sisi baikku—yang terakhir gagal. Keras. Aku dapat menjamin bahwa kau akan meninggalkan kami dalam rentang waktu tiga hari. Jika aku kalah, kau bisa tinggal di sini selamanya. Ingin bertaruh? Aku menantangmu."Dia membiarkan ancamannya tergantung pada ucapan itu dan membalikkan kursi rodanya, meninggalkan wanita muda yang terhina itu.Kemarahan menyeruak dari Raven seperti gelombang gempa di sekujur tubuhnya. Dia hampir mengalami hiperventilasi, tetapi tepat sebelum menjadi tidak mungkin untuk dikendalikan, dia kembali dan mendesak dirinya untuk tenang. Dia punya perasaan bahwa meskipun dia pingsan saat itu juga, tidak ada yang akan menemukannya, bukan?Sekarang sete
Melissa adalah tipe orang yang selalu mendesak segala sesuatunya menjadi semeriah mungkin. Dia melompat berdiri dan mengangkat cangkirnya, “Yo, semuanya! Mari bersulang untuk Cindy yang menjadi sepupu iparku!"Penonton menjawab dengan antusias dengan cangkir mereka di udara dan berseru—kecuali Raven, yang tetap duduk. “Aku memiliki tubuh yang sakit-sakitan. Aku tidak bisa minum. Maafkan aku."Senyumannya begitu kaku, wajahnya terlalu pucat. Sesuatu terlintas di mata Arianne sebelum dia menjawab, "Tentu."Setelah pesta pora memudar, Arianne mengarahkan kursi rodanya ke halaman. Penampilan luar dari rumah itu tampaknya telah membeku dalam waktu, itulah mengapa berada di sini membuatnya merasa sangat… aman.Tentu saja, itu terjadi meskipun Henry dan Mary meninggal. Pada akhirnya, waktu berlalu dan banyak hal berubah, karakter dan objek datang dan pergi, dan semua tahun yang hilang ini meninggalkan penyesalan yang tertinggal di belakang mereka.Arianne melihat siluet yang berdiri send
Arianne meraih kedua tangan wanita cantik itu dan tersenyum. "Terima kasih! Astaga, bagiku… ini seperti kalian berdua bertambah tua dalam sekejap mata! Betapa cantiknya kalian berdua! Cindy, dimana kakakmu? Plato belum pulang?"Menyebut nama kakak tersayangnya membuat Cynthia cemberut. "Dia bilang dia akan pulang setengah bulan yang lalu—itu yang dia katakan. Siapa yang tahu apa yang sebenarnya dia lakukan? Lagipula, siapa yang peduli tentang orang tak berguna itu. Dia selalu seperti ini. Oh, um, cuacanya cukup panas. Kita mungkin sebaiknya masuk.”Arianne mengangguk dan menatap sekilas Aristoteles dengan pandangan gelisah. Tidak sekalipun anak itu terlihat seperti ingin berbicara dengannya... Mungkinkah ia sedang menghitung keluhannya dalam pikirannya? Mark dan Arianne sudah lama tinggal di Swiss; Hidup pasti sulit baginya sendirian.Butuh waktu sampai dia mencapai ruang tamu untuk akhirnya melihat Raven. “Millie, apakah ini adik perempuanmu?”Melissa dengan cepat melompat untuk m
Seluruh tubuh Aristoteles terpatung.Dia telah menunggu berita ini selama sembilan belas tahun. Seiring waktu berlalu, semangatnya meredup sedikit demi sedikit, perasaannya menjadi kebal, sampai pikiran itu tidak ada bedanya dengan ilusi. Tetapi hari ini, berita tentang hal itu menjadi kenyataan baginya dan menghempaskannya ke dalam pikiran yang bermacam-macam.Beberapa saat kemudian, dia akhirnya bergumam pelan, "Kapan... Kapan mereka akan kembali?"Jackson menutup jarak di antara mereka dan memberi anak muda itu tepukan ringan dan menenangkan di pundak. “Tidak secepat itu, aku yakin; bukan ketika ibumu baru saja siuman dan membutuhkan waktu untuk pulih. Dia tidur selama sembilan belas tahun, kau tahu. Jadi mungkin setelah dia cukup pulih untuk beberapa saat…” jawabnya. “Kita telah menunggu selama sembilan belas tahun untuk ini, bukan? Apa artinya menunggu sedikit lebih lama dibandingkan dengan itu? Hal terpenting yang harus kau lakukan adalah mengelola perusahaan dengan kemampuan
Cynthia belum pernah menjalin hubungan sebelumnya, jadi dia tidak tahu apa itu cinta. Namun, ada satu hal yang pasti. Dia menyukai perasaan bersama Aristoteles dan bagaimana dia melindunginya sejak mereka masih kecil. Meskipun Aristoteles menjadi sedikit mendominasi dan "nakal", dia tidak terkejut olehnya. Sebaliknya, dia bahkan merasa sedikit terharu, yang terasa luar biasa.Tidak diketahui bagaimana mereka bisa sampai di tempat tidur, dengan nafas mereka yang berpadu. Terlepas dari satu hal terakhir, mereka telah melakukan hampir semua hal lain yang bisa dilakukan.Saat mereka akan melakukan hal terakhir, Aristoteles tiba-tiba berhenti dan membantu menarik selimut menutupi Cynthia. "Ayo tidur, selamat malam."Cynthia masih bingung dari sebelumnya. Dia tidak tahu mengapa Aristoteles tiba-tiba berhenti, dia juga tidak memiliki keberanian untuk bertanya padanya. Dia telah berjuang begitu lama sebelum meyakinkan dirinya untuk mengikuti arus…Keesokan harinya, ketika Cynthia bangun, A
Cynthia mendengar apa yang dikatakan Aristoteles, tetapi tangannya tidak berhenti melakukan apa yang mereka lakukan. Kepalanya tidak bisa berpikir jernih. “Tidak… tidak perlu. Aku akan bisa menyelesaikannya sekarang. Silakan tidur dulu. Ngomong-ngomong, dimana aku tidur malam ini? Ada begitu banyak kamar di sini, aku akan meminta Agnes untuk membantuku membereskannya."Aristoteles menghampirinya dan berjongkok. Dia meraih lengannya dengan satu tangan sementara yang lain menutup koper. “Tidur saja denganku di sini dan berhentilah beres-beres.”Cynthia curiga dia mungkin salah dengar. Dia melihat ke tempat tidur besar di belakangnya dengan linglung dan tiba-tiba merasakan telapak tangannya, yang dipegang oleh Aristoteles, terasa hangat. “K… Kau bercanda, bukan, Ares? Meskipun kita dulu sering tidur bersama satu sama lain ketika kita masih kecil, kita semua sudah dewasa sekarang, jadi bukankah itu sedikit tidak pantas?”Aristoteles berkata dengan wajah datar, "Aku tidak bercanda."Cyn
Melissa tahu bahwa Aristoteles telah mencium Cynthia, jadi dia tahu apa yang sedang terjadi. Oleh karena itu, dia tentunya membual, "Tentu saja, mereka sudah bertunangan sejak mereka lahir. Kebetulan, keduanya merasakan hal yang sama tentang satu sama lain saat mereka tumbuh dewasa, jadi bukankah ini akan membuatnya menjadi lebih baik? Dari caraku melihatnya, penyakitmu tidak akan sembuh selama sisa hidupmu dan mereka berdua mungkin harus menunggu sampai Cindy lulus sebelum mereka menikah. Jadi, lebih baik kau kembali ke Prancis secepat mungkin. Jangan khawatir, kau telah menyelamatkan nyawa Aristoteles sebelumnya, jadi dia tidak akan pelit denganmu secara finansial."Raven sangat ingin mengendalikan rasa tidak bahagia yang ada di hatinya, tetapi emosinya menolak untuk mengikuti keinginannya. Karenanya, dia berjuang keras untuk melepaskan diri dari genggaman Melissa. Melissa terkejut sesaat. "Kau gila?"Setelah itu, Raven kembali sadar dan mengambil nafas dalam-dalam. “Maafkan aku… A
‘Kau tidak terlalu khawatir?’ Melissa sangat marah hingga dia tertawa. “Apa aku satu-satunya yang khawatir tak beralasan? Aku pikir kau mencintai saudara laki-lakiku, bukan? Pria yang kau impikan setiap hari telah kembali dari Prancis tetapi membawa seorang wanita bersamanya, tapi kau sebenarnya tidak begitu khawatir? Mari kita kesampingkan niat orang tuamu sejenak. Apa kau berani bilang kau tidak mencintainya? Aku hanya membantumu karena kau adalah sahabatku, jadi bisakah kau jangan begitu santai, seolah-olah aku membantumu tanpa alasan?"Cynthia menggelengkan kepalanya dan merendahkan suaranya saat dia menjawab, “Dia… mungkin telah menyatakan perasaannya kepadaku. Kami juga… sudah melakukannya. Jadi, aku pikir dia tidak merasa seperti itu terhadap Raven. Itu murni karena dia menyelamatkan nyawanya sekali. Aku yakin Ares akan mampu menangani situasi ini dengan baik.”Mata Melissa terbelalak. "Apa? Dia baru kembali beberapa hari, tapi kalian berdua sudah berhubungan seks? Secepat itu