Melihat ekspresi ketakutan di wajah Mark, Arianne diam-diam merasa bingung. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa. Biar bagaimanapun, dia tidak bisa meminta semua orang untuk menyukai Si Putih hanya karena dia menyukainya, dia merasa puas dengan bisa merawatnya.Arianne bahkan lebih terkejut saat mengetahui kalau Mark tidak berencana untuk keluar malam ini. Kenapa seorang pria yang jarang pulang kerumah bisa tiba-tiba tinggal dirumah setiap malam sekarang? Dengan Mark ada dirumah, Arianne merasa tidak nyaman, dan dia tidak bisa menghabiskan waktu dengan Si Putih.Saat dia akan tidur, dia tiba-tiba teringat dengan perkataan Tiffany tadi.Mark berbaring di sampingnya sambil menggunakan ponselnya dengan membelakanginya. Banyaknya pesan di layar ponsel Mark membuat kepala Arianne sakit hanya dengan melihatnya. Dia bahkan bertanya-tanya bagaimana dia bisa menatap layar ponselnya selama itu.Ponselnya tiba-tiba berdering dan mengagetkannya. Nama Aery terlihat pada layar ponsel Mark….Mark
Arianne mulai mengganti pakaiannya bahkan sebelum menutup teleponnya. “Carilah tempat dan tunggu aku, aku akan pergi sekarang!”Dia akhirnya menerima kabar baik setelah mengalami waktu yang sulit. Awalnya, dia mengira kalau kebenarannya akan memakan waktu lama untuk sampai, tapi Pak Sloane telah mengirim surat lagi dalam waktu secepat ini.Dia hanya memiliki satu hal di kepalanya dan itu adalah untuk secepatnya mencari tahu apa yang terjadi waktu itu. Selama ayahnya tidak bersalah, dia akan akhirnya bisa meninggalkan kediaman Tremont dan Mark Tremont. Dia tidak mau terus hidup menjadi orang yang lemah yang tidak berdaya untuk melakukan perlawanan bahkan saat anaknya dibunuh…Saat dia tiba di kafe, Tiffany mengambil surat dari tasnya. Arianne langsung mengambilnya dan membukanya. Namun, isi surat memberikan kekecewaan besar untuknya. Kau tidak perlu mencariku. Kau tidak akan pernah bisa menemukanku. Aku juga tidak akan bisa memberikanmu petunjuk lagi. Aku hanya bisa mengatakan kalau
Ketika Arianne tidak mendapat jawabannya darinya, dia melanjutkan, “Apa? Kau memiliki uang untuk bermain-main di luar tetapi tidak punya untuk istrimu?”“Aku punya.” Sebuah senyum samar terlihat di mata Mark.Setelah menutup panggilannya, dia segera mentransfer sejumlah uang padanya lewat telepon. Senyuman di matanya berpindah ke bibirnya.Aery merasa iri ketika dia melihat Mark sepertinya menjadi senang setelah menerima panggilan itu. "Mark sayang, siapa itu? Kau sepertinya begitu senang setelah menerima panggilan itu…"Senyuman di wajah Mark seketika berkurang dan dengan datar dia menjawab, “Bukan siapa-siapa.”Helen menyadari keadaannya dan berbisik, “Aery, tidakkah kau bicara terlalu banyak? Bahkan makanan belum cukup menutup mulutmu?”Aery menutup mulutnya kesal. Naluri seorang perempuan selalu akurat. Orang yang baru saja menelpon Mark pasti bukan orang biasa.Arianne melihat notifikasi transaksi di ponselnya dengan sedikit perasaan tak keruan di hatinya. Dia tidak pernah
Arianne bergumam kesal, “Aku tidak akan kesana. Tidak bisakah dia datang kemari jika dia mencariku? Mengapa harus aku yang datang padanya? Bukan aku yang mencarinya!”Mary terbelalak. “Ari… bukankah… masa-masa memberontak mu sedikit terlalu terlambat? Kau berumur dua puluh dua tahun ini!”Arianne terdiam sejenak. Jadi, di mata Mary, Arianne saat ini sedang melalui sebuah fase? Dalam diam dia sebenarnya menjerit, oke? Dia akhirnya tidak tahan lagi merasa tertindas selama bertahun-tahun dan ingin berhenti dari situasi itu, oke?Melihatnya tidak patuh, Mary hanya dapat melaporkan apa adanya pada Mark. Segera setelahnya, dia tergopoh-gopoh kembali ke kebun belakang lagi dan lebih mendesak Arianne dibandingkan sebelumnya. “Ari, tuan berkata bahwa jika kau tidak mendatanginya, maka dia tidak akan membiarkan mu memelihara kucing itu lagi. Dia benar-benar serius dengan ucapannya…!”Serius dengan ucapannya? Wow. Arianne merasa marah sekaligus geli. Mark selalu melebih-lebihkan hal ini dan b
Mendengar hal yang sensitif tentang dirinya, Mark melempar gelas anggur di tangannya ke lantai. “Kau suka menjadi seorang pelayan? Baiklah, aku akan kabulkan permintaanmu. Mulai besok dan seterusnya, kau lakukan apa yang para pelayan di Perumahan Tremont lakukan! Sekarang Enyahlah!”Dia pergi tanpa menunggu lagi dan masuk ke dalam kamar pembantu dimana Mary berada. Ruangan itu terisi empat orang pembantu dan tidak ada lagi ruang tambahan baginya. Arianne hanya dapat berdesakan dengan Mary.Namun, dia tidak menyesal membuat Mark marah. Dia lebih memilih tidur di kamar pembantu dibandingkan berbaring di ranjang yang sama dengan Mark. Setiap kali dia melihatnya, dia akan teringat semua yang Mark telah lakukan pada Aery dan Helen.Mereka bertiga telah membuka luka yang tidak akan pernah tersembuhkan di hatinya, dan itu akan menjadi pengingat di setiap detik dalam hidupnya.Keesokan harinya, dia pergi bekerja ke kantor seperti biasa dan menjadi pelayan ‘paruh waktu’ di kediaman keluarga Tre
Arianne mengulum bibirnya tanpa berkata apapun. Kelelahan, dia berangsur-angsur tertidur. Tidak mendengar jawaban darinya, Mary menghela nafas dan menyelimutinya.Hampir seakan dia ingin melihat Arianne melakukan hal ceroboh, Mark pulang tepat waktu setiap hari setelah bekerja dan berdiam di ruang tengah lebih lama dibandingkan biasanya.Agar dia terhindar dari melihatnya, Arianne seringkali menjauh dari ruang tengah dan hanya bekerja di dapur dan halaman belakang. Dia hanya akan membersihkan ruang tengah setelah Mark pergi ke lantai atas. Enak rasanya berada di jalur masing-masing tanpa saling mengganggu.…Di saat yang sama, Tiffany sedang mengobrak-abrik kamarnya di rumah sewaannya dengan panik. “Ma! Apa kau melihat kartu atm-ku?”Lillian yang sedang memakan cemilan di ruang tengah tidak memperhatikannya. “Tidak… Cari lah sendiri. Kau pikir aku pencuri?”Tiffany membuat rumah seakan kapal pecah, tetapi dia masih tidak dapat menemukan kartu atm-nya. Tidak ada yang datang berkunjung
Arianne melihat hujan melalui kaca jendela dapur. Dia memahami apa yang dirasakan Tiffany. Mereka berdua berada di batas kekuatan mereka...“Tiffie, kau dimana? Aku akan mendatangimu sekarang,” ucap Arianne meninggalkan pekerjaannya dan pergi keluar dengan sebuah payung.“Aku berada di depan toko di bawah rumahku. Aku hanya keluar membawa ponselku. Aku bahkan tidak mengenakan jaket. Dingin sekali… Aku tidak ingin pulang dan melihat ibuku. Aku tidak tahan melihat mukanya saat ini.” Suara Tiffany diiringi isak tangisan.Arianne, yang telah keluar pintu, segera berbalik ketika dia mendengar Tiffany tidak mengenakan jaket. “Oke. Aku akan membawakanmu beberapa baju. Tetap disana dan tunggu aku. Jangan pergi!”tepat setelah dia berkata demikian, Arianne terpeleset dan terjatuh di lantai ketika dia menaiki lantai. Perut bagian bawahnya menghantam undakan dan payungnya terjatuh di sisi lain.Meski kesakitan, dia bangkit berdiri, mengambil jaket, dan bergegas keluar. Hujan diluar begitu lebat,
Ari, kenapa kau berdarah?”Arianne mengikuti arah tatapan Tiffany, dan melihat ke bawah kakinya, tapi pandangan nya sudah kabur dan dia mulai mendengar suara dengungan.Dia samar-samar sadar akan sekelilingnya, Tiffany memanggil taksi dan membawanya ke rumah sakit. Beberapa staf medis menghampirinya, mereka terlihat cemas saat membawanya ke ruang gawat darurat.Dia masih sadar, dia tahu kalau dia dibaringkan di ruang operasi, tapi dia tidak merasakan sakit dan tidak bisa bicara.Tiffany mondar-mandir di luar ruang UGD dengan cemas. Setelah beberapa saat, seorang perawat membuka pintu UGD dan berjalan keluar. “Apa kau keluarga pasien? Pasien ini kelelahan setelah keguguran dan sekarang dia kehilangan banyak darah karena trauma. Dia harus dioperasi. Tolong tandatangani ini jika kau keluarganya!”Tiffany tercengang. “Aku… aku temannya. Aku bukan keluarganya.”Perawat berkata dengan tergesa-gesa. “Kalau begitu hubungi keluarganya! Operasi hanya bisa dilakukan jika ada tanda tangan pe