Jackson hampir saja mengeluarkan umpatan terburuknya. Arianne dengan cepat mendekat, demi Tuhan! Apa yang akan terjadi jika Arianne melihat pemandangan buruk ini ?!Janice berpura-pura berjuang untuk membebaskan dirinya sendiri, tetapi sepertinya dia lebih melakukan rayuan. "Oh, Tuan Tremont! Apakah kau sedang mabuk? Apa kau bertengkar lagi dengan istrimu lagi?”Hanya menyebut nama Arianne membuat Mark semakin frustasi. “Urgh, bisakah kita tidak menyebutkan nama itu dihadapanku? Apa, kau pikir aku tidak tahu seberapa jauh yang kau lakukan untuk mendekatiku? Oh, jadi kau melakukan semua ini hanya karena kau ingin 'membalas'ku? Beri aku waktu untuk menjelaskan. Hanya karena aku tidak ingin menjadi seorang wanita simpanan pria, bukan berarti aku tidak tahu wanita seperti apa yang kau suka. Maksudku, jika aku boleh jujur, kau juga bukan pilihan yang paling akhir. Maksudku, kehadiranmu pasti akan membuat Arianne kesal, tapi selain itu, kau… baiklah… ”Tentu saja, Janice sangat sadar bahw
Arianne merengut pada Janice dan menjawab dengan masam, “Yah, aku harus pergi agar kalian berdua bisa menghabiskan waktu bersama satu sama lain, bukan? Aku tahu kau ingin sekali melihatku pergi, jadi enyahlah dari hadapanku sebelum rasa gatal di ‘alat kelamin”mu hilang.”Wajah Janice memerah karena marah. "Kau dan mulut sial mu—!"Arianne sama sekali tidak memiliki kesabaran jika berhadapan dengan Janice, jadi dia mendorong Janice ke samping. Nampan yang dibawa oleh Janice bergeser, dan gelas berisikan teh panas terguncang dan airnya mengenai punggung telapak tangan Arianne.Wanita itu meringis. "Kauu —!"Melihat hal itu, entah kenapa membuat Janice merasa senang, yang jelas terlihat ada pancaran dari matanya, karena Janice menganggap itu sebagai bentuk keberhasilan pembalasan yang singkat. "Apa salahku? Kaulah yang mendorongku, wanita jalang! Kau tidak dapat menyalahkanku untuk kesalahan yang telah kau perbuat sendiri, bukan? Uuh, terima kasih, aku harus membuat ulang teh itu untu
Jackson menghabiskan seluruh tenaganya untuk membopong pria yang terlihat kacau itu kembali ke Villa White Water Bay. Setelah mereka tiba di vila, Tiffany menangkap keributan itu dan menuruni tangga sebelum akhirnya berseru, "Sialan, bagaimana dia bisa sampai di sini? Dimana Ari? Apakah Ari menyerah?”Jackson duduk merebahkan diri ke sofa dan menjawab dengan pasrah, "Urgh, jangan membahas itu saat ini! Aku benar-benar kehabisan ide dan aku tidak tahu harus berbuat apa, hei, jadi ...mari kita lakukan apapun yang kita bisa untuk saat ini. Bantu aku menyiapkan kamar tidur untuk Mark untuk dia tinggal malam ini, okay?”Tiffany baru saja akan pergi ketika Mark tiba-tiba berkata dengan grogi, “Bagaimana bisa kau begitu tidak berperasaan, Arianne? Bagaimana bisa kau melakukan ini kepadaku?"Suaranya lembut, tapi Tiffany menangkapnya, dan dengan segera dia menatap tajam Mark dengan lebih detail. "Apa yang baru saja dia katakan? 'Tidak berperasaan?' Wow, aku harus lebih memahami 'bagaimana b
Hal pertama yang dilihat Arianne setelah masuk melalui pintu adalah sosok siluet tinggi menjulang yang sedang menggendong Si Gemas sambil bercanda.Mark telah kembali. Dia telah memutuskan untuk tidak bekerja hari ini.Arianne ingin melewatinya dan menaiki tangga, tetapi hati nuraninya membujuknya untuk tidak melakukan apa pun yang dapat memberi isyarat kepada Si Gemas tentang retaknya hubungan mereka. Setelah sedikit ragu, Arianne mendekatinya dan bertanya, "Apakah kau tidak bekerja hari ini?"Mark membeku sesaat sebelum menempatkan Si Gemas di lantai, namun Mark sama sekali tidak melihat Arianne sekali pun. Mark juga tidak membalasnya. Dia langsung naik ke lantai atas dan pergi menuju ruang kerjanya.Arianne menarik napas dengan cepat. Bagaimanapun, Mark tidak berpikir seperti Arianne pikirkan — sementara Arianne terbuka untuk negosiasi dan kerja sama demi putra mereka, dan bukan sama sekali karena Mark sepenuhnya. Saat-saat seperti inilah yang membuat Arianne merasa beruntung ka
Mark pergi sebelum Arianne bisa mengatakan sepatah kata pun. Kali ini, Mark langsung mengemudikan mobilnya. Apakah tinggal di bawah atap yang sama dengan Arianne sekarang begitu tak tertahankan baginya?Arianne tidak pernah mengira bahwa meminjamkan uang kepada Will akan menyebabkan konsekuensi yang begitu berat. Dia tidak menyesal memberikan pinjaman kepada Will, tetapi dia menyesal memilih untuk tidak mempercayai Mark dan tidak membicarakannya sebelumnya. Rencana awalnya adalah untuk menghindari konflik, tetapi pada akhirnya konflik itu kini meledak di hadapan wajahnya.Setelah jeda beberapa lama, Mary membuka pintu dan memasuki ruang kerja, menggendong Aristoteles. Mary menemukan Arianne, masih berdiri diam di tempatnya, dengan air mata berlinang dan tahu bahwa masalahnya tidak akan diselesaikan dengan mudah kali ini. “Ari… Mengapa Tuan Tremont pergi lagi?”Arianne tertawa di tengah tangis air matanya. “Mark bilang dia muak, muak… Hehe… Yang aku lakukan hanyalah memberi bantuan k
Pikiran Arianne kini berputar-putar dengan kemungkinan situasi Mark di dalam ruang kantornya saat ini, saat lift bergerak naik ke atas. Mungkin Mark akan menolak untuk melihatnya nanti. Arianne sungguh tidak siap untuk semua ini.Lift tiba di lantai 46. Begitu lift berbunyi "ding", pintu terbuka.Arianne menarik nafas dalam-dalam, membusungkan dadanya, dan berjalan keluar dari lift. Arianne berusaha menghindari dan terlihat putus asa sebanyak mungkin.Davy masih bekerja. Dia panik saat melihat Arianne datang. "Nyonya Tremont, apa yang kau lakukan disini? Tuan Tremont sedang… ”Arianne berhenti di langkahnya. “Apakah aku harus mengganti sepatuku?”Davy menggelengkan kepalanya. "Tidak tidak Tidak. Tidak harus. Masuklah, kau bisa langsung masuk! ”Sesuatu terasa aneh bagi Arianne, tetapi dia tidak dapat untuk menganalisis secara berlebihan apa yang sedang terjadi. Kemudian, Ari mendorong pintu hingga terbuka. Selain dinginnya suhu AC, ada bau alkohol yang menyengat di udara. Mark ti
Janice melotot padanya dan mengikuti Arianne keluar dari lift. Dia menunggu pintu lift ditutup lalu mendesis, "Apakah kau tahu mengapa Tuan Tremont mengadopsi mu? Karena ibunya telah membunuh ayahmu. Itu saja. Dia cukup baik untuk mencegahmu menjadi seorang pengemis di jalanan. Mark telah menjagamu selama bertahun-tahun, jadi dia tidak berhutang apapun padamu sekarang. Aku yakin kau tidak menyadarinya, bukan?"Arianne menatap dengan tajam. Arianne berbalik dan meraih kerah Janice. "Apa katamu? Siapa yang memberitahumu?"Janice panik pada awalnya lalu ingat bahwa tidak ada orang di sekitar, jadi dia mendorong Arianne menjauh. “Apakah kau tidak tahu? Tuan Tremont menyebutkan hal ini kepada Jackson di bar tadi malam, dan aku tidak sengaja mendengarnya. Kudengar ayahmu yang menyebabkan kecelakaan pesawat itu karena dia adalah pilot pesawat pribadi keluarga Tremonts, dan ayahmu sedang mabuk dalam bertugas saat itu. Sekarang, sepertinya ada rahasia dibalik itu semua. Kau tahu yang sebenarn
Mark akhirnya menunjukkan tanda-tanda emosi. Dia mengencangkan cengkeramannya sambil memegang gelas alkoholnya dan melemparkannya ke lantai, menghancurkannya hingga pecah berkeping-keping. "Berhenti berbicara!"Arianne sedikit takut pada sisi diri Mark yang terlihat sekarang. Namun, Arianne tetap berdiri di tempatnya dan menyampaikan permintaan maaf yang telah dia sudah persiapkan sebelumnya. "Maafkan aku ... kali ini adalah salahku. Aku seharusnya mempercayaimu dan mendiskusikannya dengan dirimu terlebih dahulu. Mary benar, kita adalah suami dan istri. Aku seharusnya tidak melakukan semuanya sendiri. Aku harus mempertimbangkan perasaanmu juga."Mark bangkit dan berjalan ke arahnya, mengulurkan tangan dan meraih dagunya. “Mengapa permintaan maafmu terasa seperti sesuatu hal yang diperoleh dengan susah payah, Arianne? Kau pasti berpikir bahwa hal-hal di antara kita akan berdampak buruk bagi Si Gemas. Kau tidak perlu meminta maaf demi Si Gemas, atau fakta bahwa aku sebenarnya tidak ber