Tiffany menarik napas dalam beberapa kali sebelum akhirnya dia menjadi tenang. “Baiklah, kita akan pergi setelah ini. Kebetulan, aku membawa mobilku hari ini. Kau bisa membantuku mengamati ekspresinya karena aku tidak terlalu pandai dalam hal itu. Bantu aku jika kau melihatnya panik atau jika bersikap defensif!”Arianne cemas. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika mereka benar-benar bertengkar.Setelah mereka selesai makan, Tiffany buru-buru mengajak Arianne ke perusahaan Jackson dan langsung lari ke kantornya.Arianne meraih Tiffany dan menyuruhnya duduk. Dia bersikeras agar Tiffany tetap tenang dan menekankan kalau Tiffany tidak boleh langsung mengambil kesimpulan hanya karena satu foto. Namun, sepertinya kata-katanya tidak didengar.Saat mereka sedang menunggu, Arianne mengeluarkan ponselnya. Ponselnya sedang dalam mode sunyi sebelumnya dan dia dia tidak memperhatikan bahwa nomor tidak dikenal itu juga telah mengirimkan foto yang sama padanya. Berdasarkan ini, s
Saat Arianne bangkit dan berjalan pergi, Tiffany mengikutinya. “Jackson West, lebih baik berhati-hatilah. Jika aku melihatmu minum di luar lagi, aku akan memukul kepalamu! Pulang lebih awal untuk makan malam malam ini. Aku akan segera kesana setelah aku selesai dengan ini!”Jackson berkeringat dingin. Dia mengangguk. Setelah kedua wanita itu pergi, Jackson tidak membuang waktu dan mengeluarkan ponselnya untuk memberitahu Mark tentang masalah ini.Dibandingkan dengan Tiffany, Arianne berada di level yang berbeda ketika dia sedang marah. Tiffany hanya akan merengek dan melakukan beberapa pukulan ringan. Dan akan mudah untuk membujuknya. Tapi Arianne benar-benar berbeda.Saat panggilan teleponnya tersambung, Jackson mengatakan semuanya pada Mark. “Arianne mengetahui kami minum-minum dengan Janice tadi malam. Aku yakin dia sedang menuju ke kantormu sekarang. Kau lebih baik berjaga-jaga. Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk membantumu sekarang. Aku tidak yakin siapa yang mengirim foto k
Arianne berjalan menuju meja Janice dan mengetukkan jarinya di atas meja. “Kau dipecat.”Janice mengangkat kepalanya dan menatap Arianne dengan bingung. “Maaf? Apa katamu, Nyonya Tremont?”Arianne mengulangi perkataannya. “Aku bilang, kau dipeact. Kau dipecat jadi kau tidak perlu kembali kesini lagi.”Wajah Janice langsung memucat. “Kenapa?!”Arianne mengangkat alisnya dan berkata, “Apa kau yakin ingin aku mengungkapkan alasannya di depan banyak orang? Aku sarankan kau sebaiknya pergi tanpa bertanya terlalu banyak demi menjaga martabatmu sendiri. Aku memberitahumu ini sebagai rasa hormat karena kita berdua sama-sama perempuan.”Janice menggertakkan gigi. “Aku tidak mau pergi. Kau bahkan tidak bekerja di sini sehingga kau tidak punya hak untuk memecatku meskipun kau adalah istri CEO. Kau tidak perlu menahannya, cukup beritahu aku alasan kenapa kau memecatku. Aku merasa aku tidak melakukan apa pun yang akan mempermalukan diriku.”Tidak ada hak untuk memecatnya? Kata-kata Janice ben
Telepon akhirnya tersambung setelah berdering sekitar sepuluh detik. Suara Mark terdengar dari sisi lain telepon. “Aku sedang sibuk sekarang, Ari. Aku akan meneleponmu lagi saat aku selesai.”Arianne berkata dengan nada datar, “Tidak perlu, aku hanya punya satu pertanyaan untukmu. Saat ini aku sedang ada di perusahaanmu, dan aku akan memecat Janice. Dia tidak puas dan berkata aku tidak punya hak untuk melakukannya. aku butuh pendapatmu tentang ini.”Setelah hening beberapa saat, Mark menjawab, “Aku tidak perlu mencampuri urusan sepele seperti itu. Kau bebas membuat keputusan di perusahaan.”Setelah panggilan terputus, seringai lebar muncul di wajah Arianne. Dia menyaksikan kemarahan dan keputusasaan di wajah pucat Janice. Dia sama sekali tidak merasakan simpati untuk Janice. Janice bukanlah gadis yang biasa, dan dia sangat menyadari hal itu. Semakin awal dia bisa menyingkirkan Janice, akan semakin bagus. Dia benci bagaimana Si Gemas suka berada di dekat Janice dan benci bagaimana Ja
Lift akhirnya tiba di lantai dasar.Arianne lah yang pertama kali keluar dari lift, dan Tiffany langsung menyusulnya. Dia diam-diam mengacungkan jempol padanya dan berkata. “Ari, yang tadi itu sangat keren. Kau hebat!”Arianne tampak lelah saat memasuki mobil. “Sesi sketsaku hari ini gagal lagi. Tiffie, kapan kau akan mulai bekerja lagi?”Tiffany memasang sabuk pengamannya. “Aku rasa besok. Lagipula, bayiku tidak bersamaku, dan aku mulai bosan. Aku harus memastikan kalau jadwalku padat jadi aku tidak akan malas. Kau mau kemana? Haruskan kita pergi berbelanja?”Arianne menggelengkan kepalanya. “Aku sedikit lelah. Pulang saja ya. Ayo bertemu lagi saat kau punya waktu. Antar aku ke kantorku saja. Aku harus mengurus sesuatu.”Tiffany khawatir melihat Arianne yang seperti sedang bingung. “Kau sudah memecat Janice. Mungkin kau sebaiknya melupakan masalah ini? Atau… apakah kau berencana untuk mengkonfrontasi Mark lagi malam ini? Sepertinya Jackson tidak berbohong. Itu pasti tidak ada hub
Sylvain tersenyum. “Aku tahu. Tidak peduli sebagus apapun desainku, tidak ada yang akan berani menerimanya. Ada alasan lain kenapa aku mengajakmu bertemu. Bisakah kau menjual sketsaku untukku? Kondisi keuanganku agak tidak bagus saat ini.”Arianne terkejut. Sylvain benar-benar meminta bantuannya. Sylvain bahkan rela memohon bantuannya tapi dia tidak mau menunjukan sisi lemahnya pada Robin. Sejujurnya, keputusannya sudah benar. Tidak akan ada yang mencurigai apapun jika Arianne yang menjual sketsanya. Biar bagaimanapun, para pembeli akan berpikir bahwa mereka membeli sketsanya dari nyonya Tremont. Mereka tidak akan berpikir bahwa itu adalah desain Sylvain. Setelah mempertimbangkannya, dia setuju. “Aku akan mencobanya. Berapa kau mau menjualnya? Hanya perusahaan sukses yang akan membeli desain ini, dan perusahaan besar akan mampu membayar desain ini dengan harga yang seharusnya. Tapi, itu tidak akan tinggi. Jika bukan karena skandal dengan Jessica, akan ada banyak orang yang akan mempek
Setelah itu, Mark akhirnya kembali sadar. Dia berbalik dan melihat Aristotle berdiri di sampingnya, menarik-narik kemejanya. Dia berseru dengan samar-samar, “Papa! Papa!” Saat melihat ini, ekspresi dingin di wajah Mark menghilang berubah menjadi lembut. Dia menggendong Aristotle ke dalam pelukannya. “Kenapa kau mencariku? Makan malam akan segera siap. Apakah kau lapar?”Aristotle tiba-tiba memeluk leher Mark dan mencium pipinya, meninggalkan bekas air liur di wajahnya. Mark terkejut. “Tidak biasanya kau menyayangiku seperti ini. Apakah kau minum susu basi hari ini? Kau bertingkah tidak seperti biasanya.”Arianne menimpali. “Bukan begitu. Dia baru saja minum susu, dan mulutnya belum dibersihkan. Dia tidak tahan jadi dia menyeka mulutnya di wajahmu. Ada noda di baju mu juga.”“Dan aku mengira dia menyayangiku. Tidak apa-apa, kau adalah anakku jadi aku akan memaafkanmu sekali ini saja.”Setelah makan malam, Mark mengajak Aristotle bermain di halaman. Dia telah membangun taman bermain
“Hebat sekali,” jawab Arianne, “Ibumu akhirnya mengakui bahwa kau bukan anak kecil lagi.”Robin tersenyum. “Arianne, kau bisa memesan apapun yang kau mau. Aku baru saja menerima gajiku jadi pesanlah sesukamu.”Arianne hanya memilih dua hidangan. Lagipula mereka berdua tidak mungkin makan sebanyak itu.Di tengah percakapan santai mereka, Arianne tiba-tiba bertanya, “Tentang Sylvain, apakah dia mengklarifikasi hubungan kalian saat dia menghubungimu?”Robin menggeleng. “Dia hanya menghubungi aku untuk memberi uang komisi itu padamu. Dia tidak menyebutkannya sama sekali. Ini pertama kalinya dia menghubungiku sejak malam itu. Tidak apa-apa. Dia tidak memaksa aku untuk membantunya. Aku masih berpikir dia orang yang luar biasa. Lagipula aku rasa aku tidak pantas mendapatkannya. Itu akan tidak masalah selama kita bisa tetap berteman. Aku akan melakukan yang terbaik untuk bisa menjadi sehebat dia! Jika dia berakhir dengan orang lain, aku akan menyerah dan menjauh darinya.”Arianne menghela