Tiffany mengangguk dan melepaskan Summer. Sebenarnya, dia benar-benar tidak tega berpisah dengan Plato. Pikiran itu membuatnya cemas. Kebanyakan wanita akan menempatkan bayi mereka sebagai prioritas utama setelah melahirkan. Namun, dia juga tidak bisa mengabaikan Jackson yang jelas-jelas tertekan.Dua jam kemudian, Atticus tiba dengan mobil. Tiffany menyaksikan putranya diambil darinya dengan air mata mengalir di wajahnya. Seperti kata pepatah, ’Kau tidak akan bisa mencapai apapun, jika kau tidak berani mengorbankan sesuatu’.Rumahnya tiba-tiba terasa kosong. Dia tidak bisa tinggal di rumah lebih lama lagi dan menelepon Arianne. Dia mengetahui bahwa Arianne sedang membuat sketsa di luar dan langsung pergi untuk menemuinya. Dia perlu untuk mengobrol dan akan frustasi jika dia terus memendamnya sendirian.Lalu tibalah dia di sebuah taman dengan danau tempat Arianne berada. Matanya berkaca-kaca saat mereka bertemu. “Ari, ibu Jackson akan merawat bayiku.”Arianne mengeluarkan earphone-
Lalu, Jett menyetir mobilnya meninggalkan lokasi.Setelah beberapa saat, Alejandro berkata, “Kirim foto itu pada Arianne dan Tiffany.”Jett mengangguk. “Ngomong-ngomong, Don Smith telah meminta kau untuk segera mengunjungi Nyonya Smith di Ayashe. Kapan kau berencana pergi? aku akan memesan tiket penerbanganmu.”Alejandro mengerutkan alisnya. “Jika Melanie ingin melihatku, dia bisa datang sendiri dan menemuiku. Bukankah dia kembali ke Ayashe karena dia tidak mau melihatku? Abaikan kelelawar tua itu. Biarkan dia melakukan apapun yang dia inginkan. Jika dia sangat ingin menjaga hubungan antara keluarga ini, dia harus melakukannya sendiri.”...Sementara itu, Arianne dan Tiffany sedang pergi ke sebuah restoran.Ponsel Tiffany berdering tepat saat mereka memesan. Dia dengan senang memeriksa ponselnya, mengira itu pesan dari Jackson. Yang mengejutkan, ternyata itu adalah sebuah foto dari nomor tak dikenal. Foto itu menunjukkan ruangan di bar dengan pencahayaan romantis dan redup. Seora
Tiffany menarik napas dalam beberapa kali sebelum akhirnya dia menjadi tenang. “Baiklah, kita akan pergi setelah ini. Kebetulan, aku membawa mobilku hari ini. Kau bisa membantuku mengamati ekspresinya karena aku tidak terlalu pandai dalam hal itu. Bantu aku jika kau melihatnya panik atau jika bersikap defensif!”Arianne cemas. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika mereka benar-benar bertengkar.Setelah mereka selesai makan, Tiffany buru-buru mengajak Arianne ke perusahaan Jackson dan langsung lari ke kantornya.Arianne meraih Tiffany dan menyuruhnya duduk. Dia bersikeras agar Tiffany tetap tenang dan menekankan kalau Tiffany tidak boleh langsung mengambil kesimpulan hanya karena satu foto. Namun, sepertinya kata-katanya tidak didengar.Saat mereka sedang menunggu, Arianne mengeluarkan ponselnya. Ponselnya sedang dalam mode sunyi sebelumnya dan dia dia tidak memperhatikan bahwa nomor tidak dikenal itu juga telah mengirimkan foto yang sama padanya. Berdasarkan ini, s
Saat Arianne bangkit dan berjalan pergi, Tiffany mengikutinya. “Jackson West, lebih baik berhati-hatilah. Jika aku melihatmu minum di luar lagi, aku akan memukul kepalamu! Pulang lebih awal untuk makan malam malam ini. Aku akan segera kesana setelah aku selesai dengan ini!”Jackson berkeringat dingin. Dia mengangguk. Setelah kedua wanita itu pergi, Jackson tidak membuang waktu dan mengeluarkan ponselnya untuk memberitahu Mark tentang masalah ini.Dibandingkan dengan Tiffany, Arianne berada di level yang berbeda ketika dia sedang marah. Tiffany hanya akan merengek dan melakukan beberapa pukulan ringan. Dan akan mudah untuk membujuknya. Tapi Arianne benar-benar berbeda.Saat panggilan teleponnya tersambung, Jackson mengatakan semuanya pada Mark. “Arianne mengetahui kami minum-minum dengan Janice tadi malam. Aku yakin dia sedang menuju ke kantormu sekarang. Kau lebih baik berjaga-jaga. Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk membantumu sekarang. Aku tidak yakin siapa yang mengirim foto k
Arianne berjalan menuju meja Janice dan mengetukkan jarinya di atas meja. “Kau dipecat.”Janice mengangkat kepalanya dan menatap Arianne dengan bingung. “Maaf? Apa katamu, Nyonya Tremont?”Arianne mengulangi perkataannya. “Aku bilang, kau dipeact. Kau dipecat jadi kau tidak perlu kembali kesini lagi.”Wajah Janice langsung memucat. “Kenapa?!”Arianne mengangkat alisnya dan berkata, “Apa kau yakin ingin aku mengungkapkan alasannya di depan banyak orang? Aku sarankan kau sebaiknya pergi tanpa bertanya terlalu banyak demi menjaga martabatmu sendiri. Aku memberitahumu ini sebagai rasa hormat karena kita berdua sama-sama perempuan.”Janice menggertakkan gigi. “Aku tidak mau pergi. Kau bahkan tidak bekerja di sini sehingga kau tidak punya hak untuk memecatku meskipun kau adalah istri CEO. Kau tidak perlu menahannya, cukup beritahu aku alasan kenapa kau memecatku. Aku merasa aku tidak melakukan apa pun yang akan mempermalukan diriku.”Tidak ada hak untuk memecatnya? Kata-kata Janice ben
Telepon akhirnya tersambung setelah berdering sekitar sepuluh detik. Suara Mark terdengar dari sisi lain telepon. “Aku sedang sibuk sekarang, Ari. Aku akan meneleponmu lagi saat aku selesai.”Arianne berkata dengan nada datar, “Tidak perlu, aku hanya punya satu pertanyaan untukmu. Saat ini aku sedang ada di perusahaanmu, dan aku akan memecat Janice. Dia tidak puas dan berkata aku tidak punya hak untuk melakukannya. aku butuh pendapatmu tentang ini.”Setelah hening beberapa saat, Mark menjawab, “Aku tidak perlu mencampuri urusan sepele seperti itu. Kau bebas membuat keputusan di perusahaan.”Setelah panggilan terputus, seringai lebar muncul di wajah Arianne. Dia menyaksikan kemarahan dan keputusasaan di wajah pucat Janice. Dia sama sekali tidak merasakan simpati untuk Janice. Janice bukanlah gadis yang biasa, dan dia sangat menyadari hal itu. Semakin awal dia bisa menyingkirkan Janice, akan semakin bagus. Dia benci bagaimana Si Gemas suka berada di dekat Janice dan benci bagaimana Ja
Lift akhirnya tiba di lantai dasar.Arianne lah yang pertama kali keluar dari lift, dan Tiffany langsung menyusulnya. Dia diam-diam mengacungkan jempol padanya dan berkata. “Ari, yang tadi itu sangat keren. Kau hebat!”Arianne tampak lelah saat memasuki mobil. “Sesi sketsaku hari ini gagal lagi. Tiffie, kapan kau akan mulai bekerja lagi?”Tiffany memasang sabuk pengamannya. “Aku rasa besok. Lagipula, bayiku tidak bersamaku, dan aku mulai bosan. Aku harus memastikan kalau jadwalku padat jadi aku tidak akan malas. Kau mau kemana? Haruskan kita pergi berbelanja?”Arianne menggelengkan kepalanya. “Aku sedikit lelah. Pulang saja ya. Ayo bertemu lagi saat kau punya waktu. Antar aku ke kantorku saja. Aku harus mengurus sesuatu.”Tiffany khawatir melihat Arianne yang seperti sedang bingung. “Kau sudah memecat Janice. Mungkin kau sebaiknya melupakan masalah ini? Atau… apakah kau berencana untuk mengkonfrontasi Mark lagi malam ini? Sepertinya Jackson tidak berbohong. Itu pasti tidak ada hub
Sylvain tersenyum. “Aku tahu. Tidak peduli sebagus apapun desainku, tidak ada yang akan berani menerimanya. Ada alasan lain kenapa aku mengajakmu bertemu. Bisakah kau menjual sketsaku untukku? Kondisi keuanganku agak tidak bagus saat ini.”Arianne terkejut. Sylvain benar-benar meminta bantuannya. Sylvain bahkan rela memohon bantuannya tapi dia tidak mau menunjukan sisi lemahnya pada Robin. Sejujurnya, keputusannya sudah benar. Tidak akan ada yang mencurigai apapun jika Arianne yang menjual sketsanya. Biar bagaimanapun, para pembeli akan berpikir bahwa mereka membeli sketsanya dari nyonya Tremont. Mereka tidak akan berpikir bahwa itu adalah desain Sylvain. Setelah mempertimbangkannya, dia setuju. “Aku akan mencobanya. Berapa kau mau menjualnya? Hanya perusahaan sukses yang akan membeli desain ini, dan perusahaan besar akan mampu membayar desain ini dengan harga yang seharusnya. Tapi, itu tidak akan tinggi. Jika bukan karena skandal dengan Jessica, akan ada banyak orang yang akan mempek