Arianne memberi Harvey perkiraan uang yang akan dibutuhkan Harvey hingga lulus dan magang. Dia tidak memberinya tambahan apapun, karena dia khawatir itu akan menyebabkan masalah nantinya. Harvey menerimanya, tapi dia tetap merasa bersalah. “Aku akan membayarmu kembali saat aku mulai bekerja, kak. Aku berjanji akan melakukannya.”Arianne tidak menolak tawarannya. “Tentu. Aku akan menunggu kau mulai mendapatkan gaji untuk membayarku kembali. Ongkos untuk pulang juga sudah termasuk. Cobalah untuk pulang lebih cepat dan selamat Natal.”Robin menunggu Harvey pergi, lalu bertanya, “Apakah itu kerabatmu?”Arianne mengangguk. “Dia putra bibiku. Nenekku mengadopsinya, jadi kami tidak memiliki hubungan darah. Namun, sepupuku anak yang baik. Dia tidak seperti orang tuanya.”Arianne berjalan-jalan sedikit lagi setelah membeli buah-buahan, lalu pulang ke rumah. Aristotle baru saja menghabiskan susunya dan merasa sangat bersemangat. Dia merangkak di tanah dan tidak mau berhenti.Mary yang malan
Arianne tidak tahan lagi melihatnya. “Haruskah kau melakukan itu? Bagaimana jika aku memberitahumu bahwa dia buang air besar di tempat tidurmu? Apakah kau akan mengganti seluruh tempat tidur?”Mark tercengang. “Mary, ganti sprei.”Arianne tidak bisa berkata-kata.Mark hampir tidak makan saat makan malam, mungkin karena dia terus memikirkannya. Dia bahkan tidak ingin menggendong Aristotle sebelum tidur. Dia bahkan mengendus seprai dan selimut yang baru diganti untuk memastikan bahwa tidak ada bau aneh sebelum dia bisa berbaring dengan tenang.Arianne berseru. “Kau sebaiknya mengamputasi dirimu sendiri jika Si Gemas buang air besar dibadanmu. Itu akan jauh lebih bersih. Bagaimana kau bisa merasa jijik dengan anakmu sendiri?”Mark mengangkat alisnya. “Aku tidak akan memberinya kesempatan untuk buang air besar di gendonganku. Ibu macam apa kau? Bagaimana kau bisa membiarkan bayi buang air besar di celananya?”Arianne mengeluarkan popok dan menjawabnya. “Apa gunanya memiliki popok? Di
Arianne masih bingung saat Mark menuangkan segelas wine untuk Helen dan berkata, “Selamat Natal, ibu.”Semua orang di meja makan terdiam.Henry dan Mary diam-diam menoleh untuk menatap Arianne.Arianne buru-buru mengangkat gelasnya untuk menghilangkan suasana canggung dan berkata, “Selamat Natal, semuanya. Ayo minum.”Semua orang tahu dia berusaha yang terbaik agar tidak tampak canggung jadi mereka mengikutinya.Arianne belum pernah memanggil Helen dengan sebutan ibu sebelumnya, Mark tahu dengan jelas bahwa dia belum bisa mengatasi rintangan di hatinya.Helen, adalah yang tertua di antara semua orang yang hadir, dia dengan cekatan mengubah topik. Dia bertanya kepada Mark, “Bagaimana kinerja perusahaan tahun ini, Mark?”Mark menjawab, “Baik-baik saja. ”Keduanya terus membicarakan bisnis. Karena Arianne tidak terlalu paham tentang hal ini, dia duduk dan mengurus Si Gemas.Setelah makan malam, keluarga itu pergi ke balkon di lantai dua untuk melihat kembang api yang di kejauhan.
Alejandro menerima balasan dari Tiffany dan melihat kembang api di kejauhan saat dia duduk di kursi rodanya. Tiffany dan dia pasti melihat pemandangan yang sama karena mereka berada di kota yang sama, dunia yang sama…Melanie tiba-tiba membuka pintu dan masuk ke kamar tidur.Alejandro langsung meletakkan ponselnya diatas meja dengan layar menghadap ke bawah.Melanie melihatnya tetapi berpura-pura tidak peduli. “Kakek telah memberiku sejumlah uang sebagai hadiah natal, dan dia juga menitipkan beberapa uang untukmu. Kakek bahkan telah menyiapkan hadiah juga untuk bayinya.”Alejandro menjawab. “Kau bisa menyimpannya. Aku lelah jadi aku akan tidur lebih dulu.”Melanie berjalan dan membantunya naik ke tempat tidur dan melepaskan sepatunya untuknya. “Baiklah kalau begitu. Silakan tidur. Aku akan kembali ke bawah dan berbicara dengan kakek sebentar lagi.” Sebelum Melanie pergi, dia tidak bisa menahan untuk melirik ponselnya di atas meja. Apakah dia mengirim pesan kepada Tiffany sebelum d
Tanya mengumpulkan keberaniannya dan berjalan ke pintu kamarnya sebelum dengan lembut mengetuknya. “Jett, apakah kau sudah tidur?”Tidak ada balasan. Namun, tak lama kemudian, pintu terbuka. Jett menatapnya dan bertanya, “Ada apa?”Tanya merasa malu. Dia merasa sulit untuk mengungkapkan pikirannya ke dalam kata-kata. Setelah beberapa saat, dia mengumpulkan keberaniannya dan berkata, “Aku merasa… kita bisa mencobanya. Jika kau merasa kita tidak cocok, kita bisa berpisah, dan aku berjanji tidak akan mengganggumu lagi. Aku hanya merasa, karena kita akan punya anak bersama, memutuskan untuk bersama mungkin bukan ide yang buruk. Bagaimana jika itu berhasil? Maka, anak kita akan memiliki keluarga yang ideal.”Jett hanya diam.Dengan setiap detik dia diam, Tanya semakin merasa hatinya tenggelam. Pada akhirnya, dia bahkan tidak berani menatap matanya. Dia mulai sedikit menyesal karena begitu terburu-buru mengungkapkan perasaannya. Bagaimana jika Jett tidak memiliki pemikiran yang sama den
Arianne tidak senang karena Mark harus melakukan perjalanan bisnis selama musim liburan. Namun, dia tahu dia tidak punya pilihan. Sepertinya masalahnya cukup serius.Setelah Mark pergi, Arianne merasa bosan di rumah. Karena tidak ada kegiatan lain, dia memutuskan untuk mengunjungi Villa White Water Bay dengan Si Gemas.Tiffany telah berubah menjadi kaum rebahan saat itu. Dia tinggal di rumah dengan nyaman, menunggu untuk disajikan makanan dan minumannya tanpa peduli dengan hal lain.Jackson sudah mengatur segalanya. Summer akan mengurus Tiffany mewakilinya dan dia harus kembali bekerja. Dia akan melanjutkan merawatnya begitu dia kembali dari kerja. Awalnya, Jackson ingin mempekerjakan dua pengasuh tetapi Summer menolaknya. Summer mengatakan dia tidak ingin orang luar mengurus Tiffany dan menawarkan diri untuk membantu karena dia punya banyak waktu kosong.Tempat Tiffany sudah seperti surga bagi Si Gemas karena variasi makanan yang tersedia disana. Tak lama kemudian, Si Gemas kekeny
Meski sedang musim liburan, namun layanan pengiriman pos masih berjalan. Maka, Arianne membeli beberapa kacang dan mengirimkannya kepadanya sebagai ucapan terimakasih atas hadiahnya. Dia menggunakan alias di kolom pengirim sehingga Zoey dan suaminya tidak akan mengetahui bahwa dia yang telah mengirimkannya.Minggu liburan sudah berakhir saat Mark kembali. Dia tampak kelelahan.Arianne tidak mengeluh, dan hanya menanyakan bagaimana urusan di perusahaan.Mark tidak menjelaskan secara mendetail, “Tidak apa-apa, aku bisa menanganinya, jadi jangan khawatir. Apa kau sudah mulai bekerja?”Arianne menggelengkan kepalanya dan berkata, “Perusahaan kami memperlakukan kami dengan cukup baik. Kami baru akan mulai bekerja lagi besok.”Setelah tidak bertemu Si Gemas selama lebih dari sepuluh hari, Mark tidak beristirahat dan menggendong Si Gemas untuk bermain dengannya. Namun, sepertinya Si Gemas tidak suka digendong lagi. Dia lebih suka merangkak sekarang. Maka, saat Mark menggendongnya, dia me
Mark memeluknya lebih erat. “Ayolah.”“Aku tidak tahu bagaimana,” jawabnya, pura-pura bodoh.Dia berbisik pelan ke telinganya. “Katakan, 'Selamat tidur, sayang. Ayolah.”Arianne bisa mendengar jantungnya berdebar kencang. Dia membuka bibirnya dan dengan ragu-ragu berkata, “Selamat tidur...sayang?”Suaranya tidak terdengar seperti rayuan, imut, ataupun manja, jadi Mark tidak puas. “Suaramu pasti bisa terdengar lebih imut saat kau bersikap imut, mengerti? Mungkin…aku harus mengajarimu?”Begitu dia selesai berbicara, tangannya mulai menjelajah dengan nakal di tubuhnya.Arianne merasa napasnya tercekat di tenggorokannya. “Beri aku satu malam untuk memikirkannya. Kita akan bicara besok.”Mark tidak bersikeras. Mungkin, karena dia terlalu lelah. Nafasnya berangsur-angsur stabil, dan dia berhenti bergerak....Keesokan paginya, Arianne bangun dengan perasaa bingung. Begitu matanya terbuka, dia melihat tatapan tajam Mark.Sepertinya dia sudah bangun sejak lama. Dia menopang kepalany