Meski sedang musim liburan, namun layanan pengiriman pos masih berjalan. Maka, Arianne membeli beberapa kacang dan mengirimkannya kepadanya sebagai ucapan terimakasih atas hadiahnya. Dia menggunakan alias di kolom pengirim sehingga Zoey dan suaminya tidak akan mengetahui bahwa dia yang telah mengirimkannya.Minggu liburan sudah berakhir saat Mark kembali. Dia tampak kelelahan.Arianne tidak mengeluh, dan hanya menanyakan bagaimana urusan di perusahaan.Mark tidak menjelaskan secara mendetail, “Tidak apa-apa, aku bisa menanganinya, jadi jangan khawatir. Apa kau sudah mulai bekerja?”Arianne menggelengkan kepalanya dan berkata, “Perusahaan kami memperlakukan kami dengan cukup baik. Kami baru akan mulai bekerja lagi besok.”Setelah tidak bertemu Si Gemas selama lebih dari sepuluh hari, Mark tidak beristirahat dan menggendong Si Gemas untuk bermain dengannya. Namun, sepertinya Si Gemas tidak suka digendong lagi. Dia lebih suka merangkak sekarang. Maka, saat Mark menggendongnya, dia me
Mark memeluknya lebih erat. “Ayolah.”“Aku tidak tahu bagaimana,” jawabnya, pura-pura bodoh.Dia berbisik pelan ke telinganya. “Katakan, 'Selamat tidur, sayang. Ayolah.”Arianne bisa mendengar jantungnya berdebar kencang. Dia membuka bibirnya dan dengan ragu-ragu berkata, “Selamat tidur...sayang?”Suaranya tidak terdengar seperti rayuan, imut, ataupun manja, jadi Mark tidak puas. “Suaramu pasti bisa terdengar lebih imut saat kau bersikap imut, mengerti? Mungkin…aku harus mengajarimu?”Begitu dia selesai berbicara, tangannya mulai menjelajah dengan nakal di tubuhnya.Arianne merasa napasnya tercekat di tenggorokannya. “Beri aku satu malam untuk memikirkannya. Kita akan bicara besok.”Mark tidak bersikeras. Mungkin, karena dia terlalu lelah. Nafasnya berangsur-angsur stabil, dan dia berhenti bergerak....Keesokan paginya, Arianne bangun dengan perasaa bingung. Begitu matanya terbuka, dia melihat tatapan tajam Mark.Sepertinya dia sudah bangun sejak lama. Dia menopang kepalany
Setelah sampai di kantor, Arianne baru saja duduk saat Robin menyapanya. “Bagaimana perayaan Natalmu, Arianne? aku senang melihatmu di hari pertama kembali bekerja.”Arianne telah menyiapkan hadiah kecil untuknya. “Ini, ini untukmu. Anggap saja sebagai hadiah Natal yang terlambat.”Robin menerima hadiah itu. Ekspresi senang dan malu terlihat di wajahnya. “Terima kasih. Aku belum memberikan hadiah untukmu… Ngomong-ngomong, aku dengar desainer busana yang sangat berbakat bergabung dengan perusahaan kita. Dia sangat tampan. Namun, dia belum datang. Sepertinya dia terlambat di hari pertamanya.”Berdasarkan perkataan Robin, sepertinya desainer ini lebih berpengalaman daripada dirinya. Karena itulah, Arianne jadi penasaran. “Seberapa hebat dia? Apakah dia lebih hebat dari aku?”“Oh, aku tidak tahu,” jawab Robin sambil tersenyum. “Kau adalah desainer paling hebat menurutku. Tidak ada yang bisa melakukannya sepertimu. Aku hanya mendengarnya dari orang-orang di kantor saja jadi aku mengulan
Tentu saja, Pak Yaleman tidak keberatan mengajak Robin karena Arianne. Pada dasarnya, dia adalah pria yang pelit dan jarang mengajak karyawan atau kliennya keluar untuk makan. Namun, hari ini, dia membawa mereka ke restoran mahal. Sepertinya dia tidak peduli dengan uang yang harus dikeluarkan. Itu tidak mengherankan. Lagi pula, dengan desainer seperti Sylvain, klien kaya akan berbondong-bondong ke perusahaan dan memberinya uang. Dia bermurah hati karena dia tahu dia akan menerima keuntungan besar.Ketika mereka tiba di restoran, Robin dengan cekatan menuangkan air untuk semua orang. Pak Yaleman menatap pada Sylvain dan Arianne. Semakin dia melihat mereka, semakin dia merasa bahagia. “Dengan adanya kalian berdua di perusahaan, maka perusahaanku yang masih biasa ini pasti akan naik pangkat menjadi luar biasa.”Sylvain mengerutkan bibirnya dan tersenyum. Dia tidak menjawab dan dengan anggun menyesap segelas airnya.Arianne juga tidak banyak bicara.Namun, meski mereka tidak banyak b
Sylvain mengangkat alis dan tersenyum simpul “Kupikir kau hanya… pemalu. Aku hanya pernah bertemu dua jenis wanita; mereka yang tidak bisa mengalihkan pandangan dariku dan mereka yang menghindari tatapanku. Namun, semuanya memiliki kesamaan—aku membuat hati mereka berdebar kencang…”Kepercayaan dirinya yang berani mengejutkan Arianne. Sepertinya dia cukup narsis. Arianne mengakui bahwa dia memang sangat tampan. Dia memiliki gaya, penampilan, dan uang. Jika dia tipenya, itu akan oke-oke saja. Mungkin dia akan meliriknya lagi. Namun, ternyata tidak. Kenapa dia banyak bicara? Mereka baru saja bertemu, dan mereka tidak dekat. Arianne terbatuk dengan canggung sebelum dia berdehem dan berkata, “Jantungku tidak berdebar kencang. Aku hanya tidak terbiasa memiliki orang yang begitu dekat denganku dan merayuku. Biar bagaimanapun, Pak Yaleman tidak akan keberatan. Kau bisa melakukan pendakian sekarang untuk mencari inspirasi jika kau suka…”Sylvain tercengang. Dia mendorong dirinya ke kursi. “A
##Biar bagaimanapun, Sylvain adalah perancang busana terkemuka. Mereka melakukan obrolan ringan selama perjalanan. Lalu, Arianne merasa bahwa diantar pulang oleh Sylvain bukanlah ide yang buruk.Sylvain melambai padanya ketika mereka tiba di luar pintu masuk Kediaman Tremont. “Sampai jumpa besok.”Dia berterima kasih padanya dan dengan cepat keluar dari mobil.Mary telah melihat semuanya dan melangkah maju dengan Aristotle dalam pelukannya. “Ari, siapa yang mengantarmu pulang? Itu bukan mobil Tuan Tremont.”“Dia rekan kerja.” jawab Arianne dengan santai.Mary semakin khawatir. “Seorang rekan kerja? Seorang laki-laki? Aku mungkin tidak punya banyak pengalaman, tapi setelah bekerja untuk keluarga Tremont selama bertahun-tahun, aku tahu betapa mahalnya mobil itu. Rekan kerja kau yang mana yang mungkin bisa mengendarai mobil semahal itu? Sekali melihat warna mobilnya, kau akan langsung bisa tahu betapa tidak bisa dipercayanya dia. Kau harus menghindarinya sebisa mungkin. Mengapa pria
Mark sepertinya berasumsi bahwa Arianne sudah tertidur disaat dia masuk melalui pintu, dan masih memegang ponselnya dalam genggamannya, alih-alih berusaha menyembunyikan percakapannya. "Aku tidak peduli apa pun yang kau rencanakan," Mark berkata dengan tegas. “Kau terus melangkah maju dan membuat sebanyak mungkin masalah yang kau suka sampai dunia ini berakhir. Aku tidak peduli. Maaf bukan berarti aku tidak percaya denganmu ataupun meremehkanmu, hanya saja aku sama sekali bukan orang yang tidak mempunyai prinsip."Mendengar kemarahan yang tegas dalam suara Mark, Arianne meletakkan penanya dan menatapnya.Mata mereka bertemu, dan tampak sedikit perubahan mengatasi ekspresi Mark sebelum dia segera menutup panggilan teleponnya. “Apakah kau masih bangun? Apa yang kau lakukan di ruang tamu?"Arianne menyisipkan tulisan yang belum diselesaikan diselipkan di sisinya. “Menunggumu, kau pikir apa lagi? Dengan siapa kau berbicara? Sepertinya kau terdengar sedang kesal."Kelelahan muncul di ma
Alasan pertama yang muncul di benak Arianne adalah bahwa Sylvain tinggal di lingkungan terdekat, yang merupakan penjelasan masuk akal yang tidak memerlukan pemikiran lebih lanjut. Karena Arianne tidak ingin bertemu dan menyapa selamat pagi, karena merasa sedikit terlalu risih dengannya, Arianne memutuskan untuk berbalik dan meninggalkan area itu melalui rute lain.Sylvain tiba-tiba menurunkan jendela mobilnya dan melambaikan tangan padanya. "Selamat pagi, matahari! Kita bekerja di tempat yang sama, bukan? Aku bisa memberikanmu tumpangan.”Arianne tidak bisa menangkap ekspresi dari Sylvain dari tempatnya di seberang jalan, tapi Arianne masih berhasil mengusirnya. Mengapa dia merasa seolah-olah pria ini ada disini memang berniat dengan sengaja menunggunya hanya untuk menyapanya?Tentu saja, sapaan Sylvain membuatnya tidak mungkin untuk berpura-pura tidak melihatnya. Dengan gelisah, Arianne masuk ke mobilnya dan bertanya, "Mengapa kau di sini?"Sylvain memperlihatkan senyuman yang pen