Mark sepertinya sedang dalam mood yang bagus hari itu. Davy juga menyadarinya begitu Mark tiba di kantor.Tentu saja, Davy tidak bisa memahami mengapa Mark tampak dalam mood yang bagus dan bukannya kesal karena kehilangan kemitraan dengan Jessica, yang pastinya menimbulkan kerugian yang cukup besar.Davy tidak berani merasa tenang dulu, karena semua tampak terlalu baik tapi juga aneh pada saat yang sama. Davy lalu melangkah hati-hati dari biasanya dan berkata, “Tuan Tremont, apakah kau ingin kopi atau teh? Atau apa kau mau yang lain?”Mark berjalan ke mejanya dan duduk. Dia mengangkat matanya untuk melihat Davy dan tersenyum padanya. “Aku akan membiarkanmu memilihkannya untukku.”Davy menelan ludah, wajahnya menegang saat dia berkata, “Kalau begitu...bagaimana dengan teh?”Dari sepengetahuannya, Mark lebih suka teh; dia harus yakin dengan pilihan ini.Mark hanya mengangguk sebagai tanda setuju. Wajahnya sama sekali tidak terlihat dingin saat dia menjawab. Dan, dia bahkan tampak sa
Wajah Jessica memerah karena malu. “Mark Tremont! Kau orang pertama yang meremehkan aku seperti ini! Bukankah kau yang salah? Aku sudah menerima permintaan maafmu. Kemitraan kita masih bisa dilanjutkan. Apakah kau akan membuangnya begitu saja, hanya karena aku telah menemui istrimu?”Mark menarik napas dalam-dalam dan berkata, “Benar. Istriku adalah batasnya. Tidak ada yang boleh menyentuhnya. Aku salah, dan aku minta maaf. Ini sudah selesai sekarang, oke? Meskipun aku memiliki pengalaman yang sangat baik dengan kemitraan kita, Tremont Enterprises bisa melakukannya tanpa bermitra denganmu. Tidak ada gunanya jika kau terus melanjutkan perdebatan ini.”Jessica tertawa meskipun dia sedang marah. “Kau adalah pria tersulit yang pernah aku temui. Aku pergi menemui istrimu karena aku sudah salah paham dan mengira kau memiliki perasaan terhadapku. Aku tidak akan pergi menemuinya kalau aku tahu bahwa ini adalah kesalahpahaman saja. Secara logika, itu masih kesalahanmu, jadi kau tidak bisa men
Sedikit penghinaan melintas di mata Jessica. Dia tidak akan pernah minum teh susu dari warung pinggir jalan ucapnya dalam hati. “Pak Tremont sangat menghargai kau. Kunjunganku ke kantormu sebelumnya adalah kesalahpahaman. Mark-lah yang tidak sengaja memberikan anting-antingmu padaku dan membuat aku salah paham tentang perasaannya terhadapku. Aku kesini untuk meminta maaf. Ini adalah kesalahpahaman, dan meskipun itu sudah diselesaikan, Mark tetap memutuskan kemitraan kita hanya karena aku pernah menemuimu sebelumnya. Kau mungkin tidak tahu keuntungan besar yang bisa didapat dari kemitraan ini bagi kita berdua. Jadi, aku akan langsung ke intinya. Semoga kemitraan ini tetap berlanjut, dan hanya kaulah yang bisa merubah pikiran Mark. Bagaimana menurutmu.”Arianne tidak mau ikut campur dalam masalah ini, karena dia percaya pada keputusan Mark dan dia tidak menyukai gaya sombong dalam nada bicara Jessica. “Bukankah aku hanya gadis kecil yang naif bagimu? Aku sama sekali tidak memahami bisni
Mereka lalu menuju ke bagian buah. Arianne berpikir untuk membeli beberapa buah untuk dibawa pulang untuk Aristotle. Dia bertanya-tanya buah mana yang akan dibelinya, karena Aristotle belum pernah mencoba banyak buah sebelumnya. Dia hanya pernah maka satu jenis buah. Arianne tidak berani mencoba buah-buahan yang bisa menyebabkan alergi.Tiba-tiba, dia melihat sosok yang dikenalnya di sudut sekitar pintu belakang,sedang memindahkan kotak buah-buahan. Pintu belakang biasanya merupakan jalur kedatangan stok barang baru. Arianne berhenti dan mengamati dengan seksama beberapa saat sebelum menyadari bahwa sosok yang tidak asing itu adalah Harvey Wynn. Sekarang adalah liburan musim dingin dan Harvey akan segera lulus. Apakah dia mengambil pekerjaan paruh waktu selama liburan?Dia tidak langsung menyapa Harvey dan menunggu sampai dia hampir selesai dengan pekerjaannya sebelum mendekatinya. “Harvey, apa yang kau lakukan di sini?”Harvey terkejut saat melihatnya. Dia mencoba menghindari tatap
Arianne memberi Harvey perkiraan uang yang akan dibutuhkan Harvey hingga lulus dan magang. Dia tidak memberinya tambahan apapun, karena dia khawatir itu akan menyebabkan masalah nantinya. Harvey menerimanya, tapi dia tetap merasa bersalah. “Aku akan membayarmu kembali saat aku mulai bekerja, kak. Aku berjanji akan melakukannya.”Arianne tidak menolak tawarannya. “Tentu. Aku akan menunggu kau mulai mendapatkan gaji untuk membayarku kembali. Ongkos untuk pulang juga sudah termasuk. Cobalah untuk pulang lebih cepat dan selamat Natal.”Robin menunggu Harvey pergi, lalu bertanya, “Apakah itu kerabatmu?”Arianne mengangguk. “Dia putra bibiku. Nenekku mengadopsinya, jadi kami tidak memiliki hubungan darah. Namun, sepupuku anak yang baik. Dia tidak seperti orang tuanya.”Arianne berjalan-jalan sedikit lagi setelah membeli buah-buahan, lalu pulang ke rumah. Aristotle baru saja menghabiskan susunya dan merasa sangat bersemangat. Dia merangkak di tanah dan tidak mau berhenti.Mary yang malan
Arianne tidak tahan lagi melihatnya. “Haruskah kau melakukan itu? Bagaimana jika aku memberitahumu bahwa dia buang air besar di tempat tidurmu? Apakah kau akan mengganti seluruh tempat tidur?”Mark tercengang. “Mary, ganti sprei.”Arianne tidak bisa berkata-kata.Mark hampir tidak makan saat makan malam, mungkin karena dia terus memikirkannya. Dia bahkan tidak ingin menggendong Aristotle sebelum tidur. Dia bahkan mengendus seprai dan selimut yang baru diganti untuk memastikan bahwa tidak ada bau aneh sebelum dia bisa berbaring dengan tenang.Arianne berseru. “Kau sebaiknya mengamputasi dirimu sendiri jika Si Gemas buang air besar dibadanmu. Itu akan jauh lebih bersih. Bagaimana kau bisa merasa jijik dengan anakmu sendiri?”Mark mengangkat alisnya. “Aku tidak akan memberinya kesempatan untuk buang air besar di gendonganku. Ibu macam apa kau? Bagaimana kau bisa membiarkan bayi buang air besar di celananya?”Arianne mengeluarkan popok dan menjawabnya. “Apa gunanya memiliki popok? Di
Arianne masih bingung saat Mark menuangkan segelas wine untuk Helen dan berkata, “Selamat Natal, ibu.”Semua orang di meja makan terdiam.Henry dan Mary diam-diam menoleh untuk menatap Arianne.Arianne buru-buru mengangkat gelasnya untuk menghilangkan suasana canggung dan berkata, “Selamat Natal, semuanya. Ayo minum.”Semua orang tahu dia berusaha yang terbaik agar tidak tampak canggung jadi mereka mengikutinya.Arianne belum pernah memanggil Helen dengan sebutan ibu sebelumnya, Mark tahu dengan jelas bahwa dia belum bisa mengatasi rintangan di hatinya.Helen, adalah yang tertua di antara semua orang yang hadir, dia dengan cekatan mengubah topik. Dia bertanya kepada Mark, “Bagaimana kinerja perusahaan tahun ini, Mark?”Mark menjawab, “Baik-baik saja. ”Keduanya terus membicarakan bisnis. Karena Arianne tidak terlalu paham tentang hal ini, dia duduk dan mengurus Si Gemas.Setelah makan malam, keluarga itu pergi ke balkon di lantai dua untuk melihat kembang api yang di kejauhan.
Alejandro menerima balasan dari Tiffany dan melihat kembang api di kejauhan saat dia duduk di kursi rodanya. Tiffany dan dia pasti melihat pemandangan yang sama karena mereka berada di kota yang sama, dunia yang sama…Melanie tiba-tiba membuka pintu dan masuk ke kamar tidur.Alejandro langsung meletakkan ponselnya diatas meja dengan layar menghadap ke bawah.Melanie melihatnya tetapi berpura-pura tidak peduli. “Kakek telah memberiku sejumlah uang sebagai hadiah natal, dan dia juga menitipkan beberapa uang untukmu. Kakek bahkan telah menyiapkan hadiah juga untuk bayinya.”Alejandro menjawab. “Kau bisa menyimpannya. Aku lelah jadi aku akan tidur lebih dulu.”Melanie berjalan dan membantunya naik ke tempat tidur dan melepaskan sepatunya untuknya. “Baiklah kalau begitu. Silakan tidur. Aku akan kembali ke bawah dan berbicara dengan kakek sebentar lagi.” Sebelum Melanie pergi, dia tidak bisa menahan untuk melirik ponselnya di atas meja. Apakah dia mengirim pesan kepada Tiffany sebelum d