"Kemarilah, Amora. Aku ingin memelukmu sebentar. Aku ingin mengecas energiku dulu dengan memelukmu." Regis memasang wajah memelas dan kembali memberi isyarat kepada wanita itu.
“Dasar manja,” sungut Amora, tetapi ia tetap memberikan pelukan yang diinginkan suaminya tersebut.
Tidak terlintas sedikit pun di dalam benaknya jika Regis menginginkan sesuatu hal yang lebih dari sekedar pelukan.
"Kita masih punya sedikit waktu untuk melanjutkan kegiatan kita yang tertunda tadi, bukan?" lanjut Regis yang membuat Amora terkesiap dan menjadi salah tingkah.
Amora kembali teringat dengan ciuman panas yang sempat Regis lakukan padanya saat ia sedang berganti pakaian di ruangan walk-in closet tadi pagi.
Ciuman membara yang hampir membuat Amora kelepasan kendali dirinya itu harus terpaksa berhenti karena Rayden tiba-tiba saja memanggilnya.
"Regis, ini di kantormu," ucap Amora mengingatkan suaminya tersebut.
"Mem
“Mama sangat cantik sekali.” Pujian manis bergulir dari bibir Rayden ketika anak laki-laki itu mengamati penampilan ibunya yang baru saja selesai merias diri dan mengenakan gaun mewah yang membuatnya terpukau. Malam ini adalah malam perayaan ulang tahun Royal Dragon di mana Regis akan membawa Amora dan Rayden untuk muncul bersama pertama kalinya di hadapan publik. Amora berusaha untuk memberikan penampilan terbaiknya agar tidak mempermalukan Regis. Sejujurnya Amora merasa sangat gugup meskipun ia sudah memberikan penampilan terbainya. Ia khawatir orang-orang akan memandangnya dengan remeh walaupun sebelumnya Regis sudah berulang kali berkata jika ia tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut. "Mama adalah bidadari tercantik yang pernah kutemui," ucap Rayden memberikan pujian untuk ke sekian kalinya. Bibir Amora melengkung lebar. Ia menangkup wajah putranya yang juga terlihat sangat tampan malam ini. Anak laki-lakinya itu mengenakan set
Amora mengulum senyumnya, lalu menepuk pelan tangan Regis yang mulai bergerak nakal menuju ke atas tubuhnya. “Apa kamu tidak merasa kekanak-kanakkan, Regis?” sungut Amora atas sikap suaminya yang tadi ikut mempersulitnya. Regis tidak menjawab. Ia mematut penampilan Amora pada cermin panjang di hadapan mereka di mana memperlihatkan jelas kemolekan tubuh sintal istrinya dalam balutan gaun malam berwarna hitam berkilau kombinasi payetan rose gold yang membentuk ekor phoenix. Wanitanya tampak sangat memukau. Gaun backless yang dikenakan istrinya itu memancarkan keindahan yang membuat Regis tidak mampu melepaskan pandangan dari wanita itu. Belahan dada yang padat milik istrinya itu membuat Regis tak kuasa untuk menahan gairah yang tengah bergejolak di dalam dirinya. Perlahan Regis mendaratkan kecupan pada leher jenjang istrinya yang menguarkan aroma manis yang membuat dadanya berdebar semakin cepat. “Regis, tolong jangan kacaukan riasanku
Regis mengulum senyumnya dan bergumam, “Baiklah, aku akan berusaha mengendalikan diriku.”Sudut bibir Amora terangkat gugup. Manik mata gelap milik Regis menatapnya dengan lekat seolah menembus hati Amora lebih jauh dan membuat degup jantungnya berdebar hebat. Kharisma yang terpancar dari wajah Regis membuat Amora merasa sangat bangga karena dapat berada di sisi pria itu.Amora terkesiap ketika melihat perubahan tatapan Regis terhadap dirinya. Bola mata gelap itu bergerak semakin turun menelusuri lekuk tubuhnya.Seolah mendapatkan alarm peringatan bahaya, Amora bergegas memutuskan kontak mata mereka lebih dulu. Ia pun memutar tubuhnya dengan cepat.“Sepertinya sekarang sudah waktunya kita berangkat, Regis,” ujar Amora yang berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.“Tunggu sebentar.” Regis mencengkeram pergelangan tangan Amora, lalu lanjut berkata, “Aku punya hadiah untukmu, Sayang.”Tiba-tiba sa
Rembulan perak bersinar indah di langit kota New York. Terlihat keramaian yang mengelilingi dermaga di Chelsea yang berada di area Manhattan bagian barat di di mana tampak beberapa penjagaan super ketat di seluruh area tersebut. Di atas langit malam terlihat beberapa helikopter yang turut memberikan penerangan di sekitar dermaga tersebut. Sekaligus memperluas penjagaan untuk mencegah terjadinya sebuah insiden yang tidak diinginkan. Karpet merah terbentang panjang dari batas perhentian mobil mewah hingga ke tangga yang merupakan pintu masuk menuju kapal pesiar mewah yang tengah berlabuh di dermaga tersebut. Kapal pesiar dengan ukiran nama “Dragon Spirit” pada bagian busur kapal tersebut merupakan salah satu aset milik keluarga Lorenzo yang akan menjadi lokasi acara peringatan bedirinya Royal Dragon selama 100 tahun. Tampak beberapa tamu penting berpakaian serba elit nan elegan yang turun dari mobil mewah mereka masing-masing. Mereka datang ke dermaga t
“Silakan ikuti saya, Tuan,” ucap Pablo.Ia mempersilakan Alejandro dan Cedric untuk mengikuti langkahnya menuju ke jalur masuk khusus tamu VIP.Alejandro berjalan dengan tetap menggunakan tongkat untuk menopang dirinya. Tongkat di tangan Alejandro tentu saja bukan hanya sekedar untuk menuntun langkahnya, tetapi juga digunakan sebagai alat perlindungan dirinya dari bahaya yang mengancamnya.Tanpa bantuan siapa pun, Cedric berjalan beriringan bersama Alejandro dengan menggerakkan kursi roda elektriknya.Pandangan Alejandro beralih kepada Cedric sekilas. “Adikmu tidak jadi ikut bersamamu?” tanyanya.“Dia belum selesai berias diri tadi. Nanti dia akan menyusul bersama ibu, Ayah,” sahut Cedric.“Wanita memang merepotkan. Katakan kepada mereka untuk tidak datang saja kalau masih belum berangkat juga,” ucap Alejandro.Cedric mengisyaratkan kepada salah satu bawahannya untuk menyampaikan pesan a
“Ada apa dengan putri Ayah satu ini, hm?” Pandangan Gino beralih kepada putri tirinya, Kimmy Moonstone yang tampak memasang wajah masam.“Apa kamu lelah, Sayang?” Gino kembali bertanya kepada gadis kecil yang tampak cantik dalam balutan gaun ala putri kerajaan yang dikenakannya.Kimmy mendongakkan wajahnya dan bertanya, “Apa nanti Rayden juga akan datang, Papa?”Kening Gino mengernyit. Ia memasang wajah kecewa. Bukannya menjawab pertanyaan gadis kecil itu, ia malah menoleh kepada istrinya dan mengeluh, “Istriku, sepertinya tidak berapa lama lagi posisiku akan menjadi nomor dua.”Estelle terkekeh geli dan berkata, “Tidak perlu menunggu lama. Sekarang pun kamu sudah menjadi nomor dua karena di dalam kepalanya hanya ada Rayden saja.”Wajah Gino berubah semakin masam. Ia tidak dapat membantah pernyataan istrinya tersebut karena memang seperti itulah kenyataannya saat ini. Hampir setiap waktu p
“Apa sekarang kita sudah boleh turun, Sayang?” tanya Regis seraya mencubit dagu istrinya, lalu lanjut berkata, “Tapi, kalau kamu masih ingin berada di dalam mobil dulu hingga merasa tenang, aku akan menunggumu.”“Aku sudah lebih baik kok. Terima kasih, Regis,” timpal Amora seraya membalas senyuman Regis.Tiba-tiba saja pria itu memberikan kecupan lembut pada bibirnya sehingga Amora terlonjak kaget dan refleks memundurkan tubuhnya sedikit.“Regis ….” Amora menoleh kepada putra mereka yang masih meyaksikan pembicaraan mereka sejak tadi.“Apa kalian tidak merasa cukup bermesraan di rumah saja? Mataku semakin ternoda,” keluh Rayden yang membuat Amora terkekeh geli.“Putraku, kamu harus terbiasa.” Regis menimpali dengan senyuman penuh kemenangan.Rayden hanya bisa menghela napas panjang.“Nanti setelah kamu dewasa, kamu akan mengerti apa yang telah Papa la
“Siapa wanita itu?”“Apa dia ibu dari anak itu?”“Apa dia istri dari Tuan Muda Lorenzo?”Pertanyaan demi pertanyaan bergulir dari bibir semua orang dan membuat Amora merasa gugup. Samar-samar ia dapat mendengar celotehan dari sekelilingnya dan merasakan tatapan tajam yang ditujukan untuknya."Dari keluarga mana wanita itu? Sepertinya tidak ada keluarga setara yang memiliki putri seperti wanita itu."Para wartawan mulai mencari tahu mengenai latar belakang wanita yang datang bersama Regis, Mereka berusaha mengulik identitas wanita tersebut, tetapi tidak menemukan ada yang mengetahui identitasnya secara pasti."Sepertinya mereka sudah menikah. Lihatlah! Tuan Muda Lorenzo dan wanita itu memakai cincin di jari manis mereka."Salah seorang wartawan wanita memberikan petunjuk dari hal yang diamatinya dan membuat para kru media yang lain menjadi lebih antusias. Mereka langsung menyoroti kamera dan me
Satu per satu acara pun dimulai dan berakhir dengan lancar. Regis juga memperkenalkan kedua putranya yang menjadi kebanggaan keluarga Lorenzo di hadapan para tamunya. Kali ini Regis tidak melarang beberapa awak media terpercaya untuk meliput kedua buah hatinya itu. Namun, para bawahan Regis tetap memberikan batasan-batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat mengambil gambar. Akhirnya tiba saatnya sesi pelemparan buket bunga yang dilakukan oleh Amora sebagai mempelai wanita. Para gadis maupun pemuda lajang telah bersiap-siap untuk berebutan buket dari sang mempelai wanita.Biana juga telah bersiap di posisinya. Pada hitungan ketiga, buket bunga tersebut melayang di udara dan semua orang berlomba-lomba menggapainya. Buket bunga tersebut beralih dari satu tangan ke tangan yang lain hingga akhirnya seseorang berhasil merebutnya! Seketika suasana menjadi sangat hening, semua orang berdiri mematung untuk melihat sosok yang beruntung tersebut. Biana tampak kesal karena ia tidak b
Dalam balutan gaun pengantin berwarna putih gading dan tiara cantik yang menghiasi puncak kepalanya serta juntaian wedding veil yang menutupi sebagian wajahnya, Amora berjalan selangkah demi selangkah menuju ke arah suaminya, Regis Lorenzo. Wanita itu mengamit lengan Alejandro Volker selaku ayah kandungnya. Mereka berjalan berdampingan. Terlihat sosok sepasang malaikat kecil di depan mereka yang berpenampilan tampan dan imut. Mereka tidak lain adalah Rayden dan Kimmy. Keduanya berjalan bergandengan tangan sembari menebarkan kelopak bunga mawar yang menuntun langkah mempelai wanita menuju ke ujung aisle. Sementara itu, tiga orang bridesmaid berjalan di belakang Amora. Mereka adalah Estelle Mauverick, Biana Curtiz dan Alicia Lorenzo. Amora memandang ke sekelilingnya. Ia bertemu pandang dengan beberapa orang terdekatnya seperti Noel Ritter, Chris Walden, Bianca Lysander, Hilde Maven, Henry Allen serta Emma Adams yang sedang menggendong buah hatinya, Ryuji Lorenzo. Amora memberikan la
“Ada apa? Kamu masih saja cemburu dengan mantan istrimu?” goda Gino yang sejak tadi memperhatikan Regis di belakangnya. Malam ini pria itu memang menjadi groomsmen-nya alias pendamping mempelai pria. Regis hanya melayangkan tatapan tajamnya. Ia enggan menanggapinya. “Aku mengerti. Mantan memang sulit dilupakan. Apalagi mantan pertama. Rasanya aku ingin mencabik-cabiknya,” geram Gino yang dapat memahami perasaan Regis. Istrinya juga masih beberapa kali bertemu dengan mantan suaminya karena mantan suami istrinya itu ingin bertemu dengan Kimmy, putri mereka. “Apa mau aku membantumu?” tawar Regis dengan serius. Gino langsung meliriknya dengan syok. Tentu saja ia memahami maksud dari Regis. “Mengambil nyawanya bukan penyelesaian yang baik, Regis. Kalau Estelle dan Kimmy tahu aku yang sudah menghabisi ayah kandungnya, mau ditaruh di mana wajahku ini,” timpalnya. Regis mengulum senyumnya. “Dasar pengecut,” ledeknya. Gino mencebikkan bibirnya dengan malas. Ia mengedarkan pandangannya ke
“Ada apa, Amora?” tanya Estelle dan Biana secara serempak. Mereka tampak khawatir melihat kondisi Amora. Namun, Amora menggeleng pelan. “Tidak apa-apa. Sepertinya aku harus memompa asiku dulu deh. Tapi, aku tidak bawa alatnya lagi,” cicitnya. “Tenang saja. Aku bawa kok. Pakai punyaku dulu saja,” sahut Estelle sembari mengambil tas ransel yang berisi berbagai barang keperluan putra keduanya. Amora pun meminjam peralatan pompa asi dari sahabatnya, lalu bergegas menyelesaikan kegiatannya dan kembali melanjutkan persiapannya untuk acara malam ini. “Tolong kalian gunakan jari-jari ajaib kalian untuk menyulapnya menjadi ratu tercantik sejagat raya malam ini,” pinta Estelle kepada para penata rias dan penata busana pilihannya. “Serahkan saja kepada kami, Nyonya Moonstone!” sahut tim tersebut. *** Suara alunan piano memenuhi di sekitar lahan hijau yang telah didekorasi dengan sangat cantik. Pintu masuk menuju ke area resepsi acara juga telah dihiasi dengan aneka bunga segar berwarna put
“Apa? Pesta pernikahan?” Amora menatap Mark dengan syok, lalu memandang Biana dan Estelle yang sedang tersenyum sumringah padanya. “Sejak kapan kalian merencanakan semua ini, hm?” selidik Amora dengan sengit. “Maaf, Amora. Kami benar-benar tulus ingin memberikan kejutan. Tolong jangan marah,” cicit Estelle. “Benar, Amora. Aku juga terpaksa mengikuti rencana mereka. Tapi, percayalah kalau kami tidak pernah bermaksud buruk padamu,” timpal Biana dengan bersungguh-sungguh. “Ck, kalian benar-benar tidak setia kawan, huh?” Amora mengomeli kedua sahabatnya. Ia masih sangat kesal dibohongi dan dipermainkan seperti orang bodoh. “Tentu saja kami setia kawan, Amora. Kami ingin kamu bahagia,” cetus Estelle yang diikuti anggukan oleh Biana. “Sia-sia saja air mataku tadi,” sungut Amora dengan wajah ditekuk masam. Regis menghampiri istrinya tersebut, lalu menyeka sudut mata wanita itu yang masih berair. “Jangan marah lagi, Sayang. Maafkan aku. Aku bersedia menerima hukuman apa pun,” ucapnya.
Suara letusan konfeti mengagetkan Amora. Refleks, ia memejamkan matanya dan taburan potongan kertas warna-warni menghujani tubuhnya. “Surprise!” Seruan penuh semangat terdengar di telinganya. Ketika ia membuka matanya kembali, ia disuguhkan dengan kehadiran Regis yang telah berdiri di depan matanya. “Regis?” Amora menatap suaminya dengan kening yang berkerut. Pandangan Amora pun mengedar ke sekelilingnya. Ia tidak menemukan sosok yang mencurigakan di dalam ruangan itu. Justru ia malah dikagetkan dengan kehadiran beberapa orang yang dikenalnya. “Kalian ….” Amora memandang satu per satu sosok tersebut dengan bingung. Tatapannya terhenti pada Alicia yang berdiri di sampingnya. Gadis itu memegang konfeti yang diletuskannya tadi. Amora pun menginterogasinya. “Alicia, kenapa kamu bisa ada di sini? Apa maksud semua ini? Di mana wanita itu?" "Wanita?" Regis memandang Amora dengan bingung. "Tidak usah berpura-pura, Regis. Apa kamu menyembunyikannya?" selidik Amora. Ia telah mendorong d
Perasaan Amora terasa tidak karuan. Ucapan Alicia masih terngiang jelas di dalam benaknya. “Ini tidak mungkin. Tidak mungkin,” gumam Amora berulang kali.Seth melirik kaca spion mobil tengah untuk memantau kondisi nyonya mudanya tersebut. Ia tidak tahu menahu tentang hal yang terjadi. Tadi wanita itu hanya memintanya untuk segera mengantarkannya ke Mansion Blue Lake.Tadi Alicia berkata jika ia melihat Regis bertemu dengan seorang wanita saat ia dalam perjalanan menuju taman bermain dengan Rayden. Padahal sepengetahuannya, pria itu seharusnya berada dalam perjalanan ke Italia seperti yang dikatakannya kemarin kepadanya.Alicia berkata kepada Amora jika ia telah membuntuti Regis dan melihat keduanya masuk ke dalam Mansion Blue Lake. Tentu saja hal tersebut membuat Amora sangat terkejut. Ia tidak percaya jika Regis melakukan sesuatu yang mengkhianati cinta mereka.Namun, di satu sisi, Amora juga yakin kalau Alicia tidak mungkin membohonginya. ‘Apa mungkin Regis tidak jadi berangkat ke
“Bagaimana? Apa kamu bisa tenang membiarkan Emma membantumu mulai hari ini?” tanya Liliana meminta pendapat menantunya tersebut. Amora tertegun. Ia menatap Emma yang masih menunggu tanggapannya. “Tentu saja aku setuju,” sahutnya dengan mengulas senyuman lebar di bibirnya. Dibandingkan para pengasuh lain, Amora tentu saja akan lebih percaya dengan Emma. Dulu wanita paruh baya itu juga sering membantunya menjaga Rayden. “Tapi, apa Nyonya Adams tidak apa-apa? Aku tidak ingin terus-menerus merepotkan Anda. Apa Henry dan Hilde mengizinkannya?” tanya Amora dengan penuh selidik. Ia tidak ingin putra dan menantu Emma tidak menyetujui hal tersebut. Apalagi kondisi Emma yang pernah dirawat di rumah sakit dulu. “Tenang saja, Amora. Malah mereka memintaku untuk membantumu. Hilde malah lebih mendukungku,” terang Emma yang dapat memahami pemikiran Amora tersebut. “Nanti Tante akan sering-sering datang dan ikut membantu kok,” timpal Liliana yang mencoba meyakinkan menantunya itu. Amora tersen
“Selamat pagi Anak Mama. Bagaimana tidurnya semalam, hm?”Amora berceloteh sendiri dengan Ryuji yang sedang duduk di dalam box bayinya. Amora baru saja bangun saat mendengar suara bayi bertubuh gembul itu.“Anak Mama sudah bangun saja pagi begini. Siapa yang sudah menggantikan popokmu, hm? Papa?” tanya Amora ketika melihat putranya telah berganti pakaian.Ryuji hanya menanggapinya dengan senyuman lebar dan menendang kedua tangan dan kakinya berulang kali. Ia asyik memasukkan teether ke dalam mulutnya dan menggigit-gigitnya dengan gemas.Amora pun menggendong Ryuji keluar dari tempat tidurnya dan mengelilingi kamarnya untuk mencari keberadaan Regis.“Sayang,” panggil Amora. Namun, tidak ada yang menyahutnya.“Ke mana dia?” gumam Amora yang akhirnya kembali ke kamarnya. Ia baru menyadari jika koper yang dipersiapkannya semalam untuk Regis sudah tidak ada di tempatnya.“Dia sudah pergi?” terka Amora dengan terheran-heran.Tidak biasanya Regis pergi tanpa berpamitan padanya. Biasanya Regi