Halo Kakak Berikan ulasan positif dan rate bintang 5 untuk cerita ini ya kak. JIka berkenan, tolong rekomendasikan cerita ini kepada pembaca yang lain juga. Terima kasih ^^ Follow instagramku @alicelin08
“Maaf saya terlambat. Tadi mobil saya sedikit bermasalah,” ucap seorang wanita muda yang baru saja masuk ke dalam ruangan VIP.“Akhirnya kamu datang juga, Chelsea. Tante dan Nyonya Lorenzo sudah menunggumu sejak tadi,” sahut Julia yang telah beranjak dari tempat duduknya untuk menyambut kedatangannya.Wanita muda berpenampilan stylish dengan dress mini yang memperlihatkan sedikit paha mulusnya dan mantel bulu yang melingkar di lehernya itu segera menghampiri Julia dan memberikan salam dengan saling menempelkan pipi kiri dan kanannya.“Apa mobilmu rusak?” tanya Julia dengan khawatir.“Iya, Tante. Tiba-tiba saja mati mesin tadi. Jadi saya terpaksa mengurusnya dulu,” jawab wanita itu seraya melirik ke arah Nyonya Lorenzo yang sejak tadi memperhatikannya.Julia pun menyadari bahwa ia belum memperkenalkan keduanya. “Nyonya Lorenzo, ini gadis yang mau saya kenalkan kepada Anda. Namanya Chelsea Harrison,” ucapnya kepada wanita duduk di sampingnya itu.Ya, wanita muda yang dikatakannya sebagai
“Mari kita bersulang dulu, Nyonya Lysander.” Liliana mengangkat gelas kristalnya dan mengajak Julia untuk bersulang bersamanya. Ia mulai merasa segan karena sudah membuat kedua tamunya itu menunggu karena putranya masih belum menunjukkan batang hidungnya di dalam ruangan itu. “Maaf kalau putra saya sudah membuat Anda menunggu terlalu lama,” ucap Liliana dengan memaksakan seulas senyuman di wajahnya. Liliana melirik sang suami yang terlihat tenang meskipun melihatnya telah dipermalukan oleh putra tirinya secara tidak langsung melalui keterlambatannya ini. “Tidak apa-apa, Nyonya Lorenzo. Laki-laki sibuk itu sudah biasa. Suami saya juga sering pulang malam karena sibuk dengan pekerjaannya,” ujar Julia dengan penuh pengertian. Padahal Julia mulai merasa tidak tenang. Ia merasa perjodohan yang akan dilakukan kedua belah pihak sulit untuk dilanjutkan, mengingat tuan muda Lorenzo masih juga belum menampakkan dirinya. Julia melirik Chelsea yang mulai terlihat sedikit kesal karena merasa
“Makanan sudah datang rupanya.” Netra Regis melirik troli yang didorong dua orang juru masak ke dalam ruangan tersebut. Sudut bibirnya menyeringai tipis saat melihat pelayan wanita yang masih berdiri di ambang pintu tersebut. Perhatiannya tertuju pada label nama pada seragam pelayan yang dikenakan wanita itu. ‘Jadi namanya Biana, huh?’ batin Regis seraya mengerutkan keningnya. Nama itu terasa asing di dalam ingatannya, tetapi melihat kewaspadaan yang ditujukan wanita itu padanya, membuat Regis merasa semakin tertarik untuk mengulik lebih jauh tentang wanita itu. Seulas senyuman kembali terbit di bibir pria itu. Ia pun berbalik badan dan melangkah kembali menuju meja perjamuan. “Aroma makanannya ternyata sangat menggugah seleraku,” gumam Regis seraya mengedarkan pandangannya pada hidangan makanan pembuka yang saat ini sedang ditata oleh para koki di atas meja perjamuan. Tanpa mempedulikan pandangan semua orang, Regis mengambil tempat duduk yang kosong di samping ayahnya yang semp
Tanpa menaruh curiga sedikit pun terhadap Chelsea, Amora pun meletakkan semangkuk sup tourin di hadapan wanita itu. Namun, baru saja ia menaruhnya, gelas berisi anggur merah di sisi tangannya terjatuh seketika. Sontak, Amora pun bergegas menarik diri dengan cepat karena terkejut. Padahal ia merasa tidak menyenggol gelas tersebut tadi. Sebelum ia sempat menjelaskannya, satu tuduhan telah diberikan Chelsea untuknya. “Ya ampun. Apa kamu tidak bisa berhati-hati?” hardik Chelsea. Amora tersentak. Ia melihat Chelsea telah beranjak dari tempat duduknya karena khawatir, cairan anggur tersebut mengenai pakaian mahal yang dikenakan wanita itu saat ini. Karena suara lantang Chelsea, kini semua pasang mata telah tertuju pada Amora. Melihat keangkuhan yang terlukis samar di wajah sahabatnya itu, Amora tahu bahwa dirinya telah masuk ke dalam jebakan wanita itu. “Tapi, saya tidak—" “Apa kamu ingin mengatakan kalau kamu tidak sengaja? Bagaimana kalau tadi sup panasnya yang tumpah mengenai kulit
“Apa kamu tidak tahu siapa tamu penting kita malam ini, Amora?!”Bentakan yang terlontar dari bibir Alvin Jones terdengar memenuhi seluruh sudut ruangan. Untung saja saat ini di dalam ruangan VIP tersebut hanya ada Amora dan pria itu saja.Alvin memang sengaja memintanya masuk ke dalam ruangan yang kosong untuk mempertanyakan hal yang terjadi kepada Amora atas kelalaiannya dalam memberikan pelayanan yang memuaskan kepada tamu penting mereka.Tadi Alvin sudah mendapatkan laporan dari Hannah mengenai hal yang terjadi di dalam ruangan. Bukan kepuasan yang diterima tamu VIP mereka, melainkan kekesalan dan juga kekecewaan.Alvin benar-benar tidak menyangka jika Amora akan melakukan kecerobohan seperti itu. Padahal ia sangat mempercayai kinerja wanita itu setelah beberapa kali ia melihat kemampuan dan ketekunan sahabat Biana tersebut setiap kali Amora bekerja sebagai pelayan pengganti.Tidak pernah terpikirkan olehnya jika Amora akan mengecewakannya. Kini Alvin benar-benar menyesal telah me
“Maaf, saya rasa tidak ada yang perlu kita bicarakan, Tuan Muda Lorenzo.” Amora mencoba untuk tidak tergiur dengan hal yang ditawarkan pria asing itu padanya. Ia mengira pria itu memiliki ketertarikan dengannya. Bukan karena Amora merasa terlalu angkuh, tetapi ia tidak tertarik untuk menjalin hubungan dengan pria aneh yang memiliki kesan yang sangat berbahaya. Selain itu, Amora tidak ingin dianggap sebagai seorang wanita yang terlalu mudah didapatkan dengan uang. Aroma musk yang khas dari tubuh pria itu membuat kening Amora mengernyit. Ia merasa pernah mencium aroma yang sama dari seseorang di masa lalu. Namun, sebelum ia sempat menggali lebih jauh ingatannya, suara pria itu kembali terdengar menggelitik indera pendengarannya. “Seratus dolar untuk lima menit.” Amora tercengang. Nominal tersebut sangat besar untuknya dan bisa memenuhi kekurangan dari uang sewa rumahnya! ‘Sial! Apa sekarang aku harus mempertahankan harga diriku? Aku rasa berbicara saja tidak akan merugikan apa pun,
“Sekarang apa yang harus kulakukan pada Biana? Dia pasti akan sangat marah dan kecewa kalau tahu aku sudah menghilangkan pekerjaan pentingnya ini.” Amora bergumam pelan dengan kesedihan yang terlukis di wajahnya. Ia baru saja keluar dari Restoran Baymoon melalui pintu belakang karena khawatir Tuan Muda Lorenzo akan mencarinya. Amora tidak ingin bertemu lagi dengan pria yang sudah mengambil keperawanannya dulu. Meskipun pria itu adalah ayah kandung Rayden, tetapi ia tidak berniat membiarkan pria itu mengetahui bahwa hubungan intim yang telah mereka lakukan tujuh tahun lalu telah membuahkan hasil. Amora juga tidak ingin Rayden mengetahui bahwa ayahnya adalah seorang pembunuh! ‘Pantas saja aku merasa dia mirip dengan seseorang. Ternyata parasnya dan Rayden sangat mirip,’ batin Amora yang berusaha mengingat kembali wajah Regis Lorenzo yang ditemuinya tadi. Putranya dan pria itu memiliki kesamaan di bagian alis, hidung dan bibirnya. Amora berpikir jika semua orang pasti akan langsung
“Apa kamu yang sudah menaruh obat ke dalam minumanku dulu, Chelsea?” selidik Amora yang memulai interogasinya kepada wanita itu. Chelsea tidak menjawab. Ia hanya menarik sedikit sudut bibirnya. “Aku akan menganggapnya sebagai iya,” timpal Amora yang merasa sangat kecewa karena dugaannya ternyata benar. “Lalu, kamu juga yang sudah memberitahu Chris untuk menjemputku di hotel itu, hm?” tanya Amora lagi. Kali ini Amora tidak menunggu jawaban dari Chelsea dan kembali mencecarnya dengan pertanyaan, “Untuk apa kamu melakukan semua itu? Apa aku pernah melakukan hal yang buruk padamu sampai kamu tega melakukan semua ini padaku, hm?” Chelsea menggenggam erat setir kemudinya, kemudian ia menoleh dan berkata dengan nada mengejek, “Kenapa? Merasa tersakiti? Dikhianati?” Tatapan mereka bertemu dengan sorot mata yang beradu dengan penuh kebencian. “Untuk apa kamu melakukannya? Demi uang?” terka Amora lagi. Sebuah alasan klise yang me
Satu per satu acara pun dimulai dan berakhir dengan lancar. Regis juga memperkenalkan kedua putranya yang menjadi kebanggaan keluarga Lorenzo di hadapan para tamunya. Kali ini Regis tidak melarang beberapa awak media terpercaya untuk meliput kedua buah hatinya itu. Namun, para bawahan Regis tetap memberikan batasan-batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat mengambil gambar. Akhirnya tiba saatnya sesi pelemparan buket bunga yang dilakukan oleh Amora sebagai mempelai wanita. Para gadis maupun pemuda lajang telah bersiap-siap untuk berebutan buket dari sang mempelai wanita.Biana juga telah bersiap di posisinya. Pada hitungan ketiga, buket bunga tersebut melayang di udara dan semua orang berlomba-lomba menggapainya. Buket bunga tersebut beralih dari satu tangan ke tangan yang lain hingga akhirnya seseorang berhasil merebutnya! Seketika suasana menjadi sangat hening, semua orang berdiri mematung untuk melihat sosok yang beruntung tersebut. Biana tampak kesal karena ia tidak b
Dalam balutan gaun pengantin berwarna putih gading dan tiara cantik yang menghiasi puncak kepalanya serta juntaian wedding veil yang menutupi sebagian wajahnya, Amora berjalan selangkah demi selangkah menuju ke arah suaminya, Regis Lorenzo. Wanita itu mengamit lengan Alejandro Volker selaku ayah kandungnya. Mereka berjalan berdampingan. Terlihat sosok sepasang malaikat kecil di depan mereka yang berpenampilan tampan dan imut. Mereka tidak lain adalah Rayden dan Kimmy. Keduanya berjalan bergandengan tangan sembari menebarkan kelopak bunga mawar yang menuntun langkah mempelai wanita menuju ke ujung aisle. Sementara itu, tiga orang bridesmaid berjalan di belakang Amora. Mereka adalah Estelle Mauverick, Biana Curtiz dan Alicia Lorenzo. Amora memandang ke sekelilingnya. Ia bertemu pandang dengan beberapa orang terdekatnya seperti Noel Ritter, Chris Walden, Bianca Lysander, Hilde Maven, Henry Allen serta Emma Adams yang sedang menggendong buah hatinya, Ryuji Lorenzo. Amora memberikan la
“Ada apa? Kamu masih saja cemburu dengan mantan istrimu?” goda Gino yang sejak tadi memperhatikan Regis di belakangnya. Malam ini pria itu memang menjadi groomsmen-nya alias pendamping mempelai pria. Regis hanya melayangkan tatapan tajamnya. Ia enggan menanggapinya. “Aku mengerti. Mantan memang sulit dilupakan. Apalagi mantan pertama. Rasanya aku ingin mencabik-cabiknya,” geram Gino yang dapat memahami perasaan Regis. Istrinya juga masih beberapa kali bertemu dengan mantan suaminya karena mantan suami istrinya itu ingin bertemu dengan Kimmy, putri mereka. “Apa mau aku membantumu?” tawar Regis dengan serius. Gino langsung meliriknya dengan syok. Tentu saja ia memahami maksud dari Regis. “Mengambil nyawanya bukan penyelesaian yang baik, Regis. Kalau Estelle dan Kimmy tahu aku yang sudah menghabisi ayah kandungnya, mau ditaruh di mana wajahku ini,” timpalnya. Regis mengulum senyumnya. “Dasar pengecut,” ledeknya. Gino mencebikkan bibirnya dengan malas. Ia mengedarkan pandangannya ke
“Ada apa, Amora?” tanya Estelle dan Biana secara serempak. Mereka tampak khawatir melihat kondisi Amora. Namun, Amora menggeleng pelan. “Tidak apa-apa. Sepertinya aku harus memompa asiku dulu deh. Tapi, aku tidak bawa alatnya lagi,” cicitnya. “Tenang saja. Aku bawa kok. Pakai punyaku dulu saja,” sahut Estelle sembari mengambil tas ransel yang berisi berbagai barang keperluan putra keduanya. Amora pun meminjam peralatan pompa asi dari sahabatnya, lalu bergegas menyelesaikan kegiatannya dan kembali melanjutkan persiapannya untuk acara malam ini. “Tolong kalian gunakan jari-jari ajaib kalian untuk menyulapnya menjadi ratu tercantik sejagat raya malam ini,” pinta Estelle kepada para penata rias dan penata busana pilihannya. “Serahkan saja kepada kami, Nyonya Moonstone!” sahut tim tersebut. *** Suara alunan piano memenuhi di sekitar lahan hijau yang telah didekorasi dengan sangat cantik. Pintu masuk menuju ke area resepsi acara juga telah dihiasi dengan aneka bunga segar berwarna put
“Apa? Pesta pernikahan?” Amora menatap Mark dengan syok, lalu memandang Biana dan Estelle yang sedang tersenyum sumringah padanya. “Sejak kapan kalian merencanakan semua ini, hm?” selidik Amora dengan sengit. “Maaf, Amora. Kami benar-benar tulus ingin memberikan kejutan. Tolong jangan marah,” cicit Estelle. “Benar, Amora. Aku juga terpaksa mengikuti rencana mereka. Tapi, percayalah kalau kami tidak pernah bermaksud buruk padamu,” timpal Biana dengan bersungguh-sungguh. “Ck, kalian benar-benar tidak setia kawan, huh?” Amora mengomeli kedua sahabatnya. Ia masih sangat kesal dibohongi dan dipermainkan seperti orang bodoh. “Tentu saja kami setia kawan, Amora. Kami ingin kamu bahagia,” cetus Estelle yang diikuti anggukan oleh Biana. “Sia-sia saja air mataku tadi,” sungut Amora dengan wajah ditekuk masam. Regis menghampiri istrinya tersebut, lalu menyeka sudut mata wanita itu yang masih berair. “Jangan marah lagi, Sayang. Maafkan aku. Aku bersedia menerima hukuman apa pun,” ucapnya.
Suara letusan konfeti mengagetkan Amora. Refleks, ia memejamkan matanya dan taburan potongan kertas warna-warni menghujani tubuhnya. “Surprise!” Seruan penuh semangat terdengar di telinganya. Ketika ia membuka matanya kembali, ia disuguhkan dengan kehadiran Regis yang telah berdiri di depan matanya. “Regis?” Amora menatap suaminya dengan kening yang berkerut. Pandangan Amora pun mengedar ke sekelilingnya. Ia tidak menemukan sosok yang mencurigakan di dalam ruangan itu. Justru ia malah dikagetkan dengan kehadiran beberapa orang yang dikenalnya. “Kalian ….” Amora memandang satu per satu sosok tersebut dengan bingung. Tatapannya terhenti pada Alicia yang berdiri di sampingnya. Gadis itu memegang konfeti yang diletuskannya tadi. Amora pun menginterogasinya. “Alicia, kenapa kamu bisa ada di sini? Apa maksud semua ini? Di mana wanita itu?" "Wanita?" Regis memandang Amora dengan bingung. "Tidak usah berpura-pura, Regis. Apa kamu menyembunyikannya?" selidik Amora. Ia telah mendorong d
Perasaan Amora terasa tidak karuan. Ucapan Alicia masih terngiang jelas di dalam benaknya. “Ini tidak mungkin. Tidak mungkin,” gumam Amora berulang kali.Seth melirik kaca spion mobil tengah untuk memantau kondisi nyonya mudanya tersebut. Ia tidak tahu menahu tentang hal yang terjadi. Tadi wanita itu hanya memintanya untuk segera mengantarkannya ke Mansion Blue Lake.Tadi Alicia berkata jika ia melihat Regis bertemu dengan seorang wanita saat ia dalam perjalanan menuju taman bermain dengan Rayden. Padahal sepengetahuannya, pria itu seharusnya berada dalam perjalanan ke Italia seperti yang dikatakannya kemarin kepadanya.Alicia berkata kepada Amora jika ia telah membuntuti Regis dan melihat keduanya masuk ke dalam Mansion Blue Lake. Tentu saja hal tersebut membuat Amora sangat terkejut. Ia tidak percaya jika Regis melakukan sesuatu yang mengkhianati cinta mereka.Namun, di satu sisi, Amora juga yakin kalau Alicia tidak mungkin membohonginya. ‘Apa mungkin Regis tidak jadi berangkat ke
“Bagaimana? Apa kamu bisa tenang membiarkan Emma membantumu mulai hari ini?” tanya Liliana meminta pendapat menantunya tersebut. Amora tertegun. Ia menatap Emma yang masih menunggu tanggapannya. “Tentu saja aku setuju,” sahutnya dengan mengulas senyuman lebar di bibirnya. Dibandingkan para pengasuh lain, Amora tentu saja akan lebih percaya dengan Emma. Dulu wanita paruh baya itu juga sering membantunya menjaga Rayden. “Tapi, apa Nyonya Adams tidak apa-apa? Aku tidak ingin terus-menerus merepotkan Anda. Apa Henry dan Hilde mengizinkannya?” tanya Amora dengan penuh selidik. Ia tidak ingin putra dan menantu Emma tidak menyetujui hal tersebut. Apalagi kondisi Emma yang pernah dirawat di rumah sakit dulu. “Tenang saja, Amora. Malah mereka memintaku untuk membantumu. Hilde malah lebih mendukungku,” terang Emma yang dapat memahami pemikiran Amora tersebut. “Nanti Tante akan sering-sering datang dan ikut membantu kok,” timpal Liliana yang mencoba meyakinkan menantunya itu. Amora tersen
“Selamat pagi Anak Mama. Bagaimana tidurnya semalam, hm?”Amora berceloteh sendiri dengan Ryuji yang sedang duduk di dalam box bayinya. Amora baru saja bangun saat mendengar suara bayi bertubuh gembul itu.“Anak Mama sudah bangun saja pagi begini. Siapa yang sudah menggantikan popokmu, hm? Papa?” tanya Amora ketika melihat putranya telah berganti pakaian.Ryuji hanya menanggapinya dengan senyuman lebar dan menendang kedua tangan dan kakinya berulang kali. Ia asyik memasukkan teether ke dalam mulutnya dan menggigit-gigitnya dengan gemas.Amora pun menggendong Ryuji keluar dari tempat tidurnya dan mengelilingi kamarnya untuk mencari keberadaan Regis.“Sayang,” panggil Amora. Namun, tidak ada yang menyahutnya.“Ke mana dia?” gumam Amora yang akhirnya kembali ke kamarnya. Ia baru menyadari jika koper yang dipersiapkannya semalam untuk Regis sudah tidak ada di tempatnya.“Dia sudah pergi?” terka Amora dengan terheran-heran.Tidak biasanya Regis pergi tanpa berpamitan padanya. Biasanya Regi