Kayaknya sdh ada yang tahu ya siapa dia hehehe
Di depan kafe, Amora telah dijemput oleh Regis. Akan tetapi, pria itu bukannya menunggunya di dalam mobil, malah keluar dari mobil tersebut.“Ada apa? Kenapa kamu malah turun?” tanya Amora dengan bingung.Namun, Regis tidak menjawab dan malah balik bertanya, “Kamu sudah selesai?" Amora mengangguk. "Ke mana saja kamu tadi?” tanya Regis lagi.Netra elangnya telah memicing tajam dan menatap Amora dengan penuh selidik.“Tadi?” Kening Amora mengernyit. Akhirnya ia mengerti arah pembicaraan suaminya tersebut. “Maksudmu panggilan telepon tadi?”Regis berdeham. Kali ini ia memalingkan wajahnya dari Amora, tetapi lanjut bertanya, “Tadi kamu bicara dengan siapa? Aku dengar kamu sedang bicara dengan seorang laki-laki. Dia temanmu?”Sepengetahuan Regis, hari ini Amora hanya ingin bertemu dengan istri Gino Moonstone dan rekan satu kerjanya dulu, Biana Curtix. Alangkah terkejutnya Regis ketika ia mendengar suara Amora yang berbicara dengan laki-laki beberapa saat tadi. Anehnya, ia merasa suara l
“Bekerja sama seperti apa maksudmu?” Manik mata hazel Amora menyipit tajam. Ia merasa ucapan Regis memiliki maksud yang lain.“Aku akan menambah pengawalan dan pengawasan di sekitarmu. Aku harap kamu tidak menolaknya.” Regis mengutarakan rencana yang telah dipersiapkannya demi keselamatan istrinya tersebut. Bola mata Amora terbelalak besar. “Maksudmu … akan ada orang-orang yang mengikutiku setelah identitasku disebarluaskan?” Regis mengangguk. “Semua demi keselamatanmu dan hal itu juga berlaku untuk Ray. Aku harap kamu bisa mengerti karena aku khawatir akan ada orang yang menargetkan kalian,” terangnya. Regis merasa pengawalan putranya juga perlu ditambah setelah acara perayaan tersebut. Ia khawatir Xavier akan kesulitan menghadapi semuanya sendiri.Amora memutar bola matanya dengan malas. “Musuhmu benar-benar merepotkan sekali,” gerutunya. Helaan napas panjang bergulir dari bibir Amora. Tentu saja ia merasa cukup kesal karena kebebasan yang didambakannya akan sirna sebentar lagi
Kerutan pada dahi Amora semakin bertambah. Ia tidak mengerti dengan alasan di balik perubahan ekspresi suaminya yang terjadi secara drastis. Ia dapat melihat kemarahan yang bercampur dengan kegelisahan dari sorot mata pria itu, tetapi ia tidak dapat menemukan alasannya. Masih dengan diliputi kebingungan, Amora mengulangi kembali ucapannya tadi, “Aku … aku bilang aku tidak mengenalnya. Tapi, aku yakin dia bukan orang jahat.”"Bukan itu. Maksudku tadi kamu bilang dia apa? Lumpuh?" tanya Regis memastikan jika pendengarannya tidaklah salah.“I-iya. Tadi dia duduk di kursi roda. Sepertinya dia punya masalah dengan kakinya,” jawab Amora yang berusaha menjelaskan kondisi pria yang dibantunya tadi. “Jadi aku harap kamu tidak sembarangan mencurigai orang lain sebelum melihat keadaannya seperti apa,” imbuh Amora yang tidak digubris oleh Regis. Kepalan tangan Regis mengetat. Emosinya semakin menggelora hebat. Ia melirik Mark yang juga tampak syok mendengar penjelasan Amora tersebut. Walaupun
"Barusan ada informasi kalau kemarin Alejandro Volker telah mengumumkan secara resmi jika Cedric Volker akan menjadi penerus utama Golden Snake. Sepertinya akan disebarkan ke media secara resmi mulai besok," terang Mark yang membacakan pesan masuk yang baru saja dikirimkan oleh rekannya.Seringai dingin terbit di sudut bibir Regis. "Sepertinya dia sudah tidak betah duduk di kursi rodanya dan ingin bermain api denganku, Mark." "Saya rasa juga begitu. Kita tidak bisa membiarkannya, Tuan Muda," tutur Mark yang juga berpikir Cedric telah merencanakan sesuatu di belakang mereka."Apa rencana kita sudah dipersiapkan dengan matang, Mark?" selidik Regis. Selama beberapa hari terakhir ini Regis memang telah mempersiapkan sebuah kejutan untuk memberikan pukulan telak kepada Cedric Volker pada saat transaksi ilegal yang akan dilakukan putra Alejandro dalam beberapa minggu ke depan. Regis akan menunjukkan kepada Alejandro jika memilih putra bungsunya yang cacat itu sebagai penerus Golden Snake
“Maksudmu … Cedric Volker, putra keluarga Volker yang cacat itu?” Xavier sangat kaget setelah mendengar jika putra Alejandro Volker sudah berani mendekati istri Regis di kafe tadi.Regis mengangguk. “Iya dia. Tadi CCTV di kafe memang sudah disabotase oleh bawahannya, tapi Mark berhasil memastikan kalau orang itu adalah Cedric Volker melalui CCTV yang ada di sekitar kafe,” geramnya.Regis masih kesal karena putra Alejandro satu itu berhasil memasang topeng berwajah polos dan lemah untuk mengelabui istrinya. Rasanya ia ingin menghajar wajah tersebut dan memberikan beberapa luka di sana.Regis belum bisa mengatakan kepada Amora karena ia khawatir wanita itu tidak akan percaya dengan ceritanya mengenai sosok Cedric tersebut. Namun, ia akan tetap mengatakannya nanti setelah amarah wanita itu sedikit mereda.“Wah, nekat sekali dia. Apa dia sedang mengumumkan perang?” cetus Xavier dengan gigi yang telah bergemeretak. Ia tidak menyangka putra Alejandro akan melakukan tindakan senekat itu den
“Pa, memangnya harus memakai baju seperti ini?” Rayden bertanya kepada sang ayah yang sedang memperhatikan penampilannya di depan cermin panjang yang memperlihatkan sosoknya yang tampan dan menggemaskan. Saat ini mereka telah berada di dalam butik di mana Regis telah memesan setelan pakaian untuk putranya dan gaun yang akan digunakan oleh istrinya nanti di acara perayaan ulang tahun Royal Dragon. Rayden sedang berada di dalam ruangan fitting yang sama dengan sang ayah. Ibunya berada di dalam ruangan fitting yang berbeda dengan mereka. Saat ini Rayden mencoba setelan tuxedo berwarna hitam dengan dasi berwarna perak yang dihiasi dengan butiran berlian. Ini adalah setelan pakaian termahal yang pernah dimilikinya dan ia merasa tidak nyaman karena pakaian itu terasa sedikit berat untuk ukuran tubuhnya yang kecil. “Putraku sangat tampan sekali,” puji Regis dengan seulas senyuman yang melengkung lebar. “Tapi, ini sangat berat, Pa,” keluh Rayden. Regis dapat memahami perasaan putran
Terlintas kebingungan di dalam benak Rayden setelah mendengar pertanyaan yang diajukan sang ayah padanya. Ia ingat dengan jelas jika ibunya pernah mengajukan pertanyaan sejenis yang hampir mirip seperti ini sebelum ibunya benar-benar memutuskan untuk menikah dengan Regis.Akan tetapi, saat itu Rayden mengira sang ibu sedang bercanda. Lagipula ibunya hanya sekedar bertanya mengenai pendapatnya apabila Regis menjadi ayahnya dan hal itu cukup mengembirakannya karena Rayden memang ingin memiliki sosok seorang ayah.Pertanyaan yang serupa, tetapi memiliki maksud yang berbeda ini tentu saja membuat Rayden berpikir keras. Ia merasa Regis bukan sekedar ingin meminta pendapatnya, tetapi ada maksud lain yang ingin diketahui pria ittu darinya.JIka ingin menyamakan sosok Regis dengan sang ayah kandung, tentu saja Rayden tidak menyukainya. Walaupun ia tidak pernah bertemu langsung dan tidak tahu menahu siapa sosok ayah kandungnya itu, tetapi di dalam pikirannya hanya ada penilaian negatif terhada
"Tidak mungkin kan Papa Regis adalah ayah kandungku?" Rayden bergumam di depan cermin. Tiba-tiba saja pikiran itu tetlintas begitu saja. Kecurigaan demi kecurigaan mendadak timbul, tetapi Rayden menggeleng dengan kuat."Tidak ... tidak mungkin. Dia bukan ayah kandungku," gumam Rayden yang berusaha menepis analisanya itu.“Mana nih pangeran tampan Mama?” Suara Amora menyela lamunan Rayden. Anak laki-laki itu langsung menoleh dan menemukan sosok ibunya yang baru saja berdiri di depan pintu ruangan gantinya. Wanita itu terlihat sangat cantik dan elegan dalam balutan gaun yang mewah dan indah. Rayden sampai pangling melihat penampilan ibunya tersebut. “Wahhh … anak Mama memang tampan sekali,” puji Amora dengan antusias. Ia tersenyum lebar ketika melihat putranya dalam busana formal yang baru pertama dikenakan olehnya. "Kamu tahu tidak, Ray. Mama kira kamu itu pangeran cilik yang keluar dari buku dongeng," seloroh Amora yang merasa konyol dengan pikirannya tersebut. Rayden tersenyum
Satu per satu acara pun dimulai dan berakhir dengan lancar. Regis juga memperkenalkan kedua putranya yang menjadi kebanggaan keluarga Lorenzo di hadapan para tamunya. Kali ini Regis tidak melarang beberapa awak media terpercaya untuk meliput kedua buah hatinya itu. Namun, para bawahan Regis tetap memberikan batasan-batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat mengambil gambar. Akhirnya tiba saatnya sesi pelemparan buket bunga yang dilakukan oleh Amora sebagai mempelai wanita. Para gadis maupun pemuda lajang telah bersiap-siap untuk berebutan buket dari sang mempelai wanita.Biana juga telah bersiap di posisinya. Pada hitungan ketiga, buket bunga tersebut melayang di udara dan semua orang berlomba-lomba menggapainya. Buket bunga tersebut beralih dari satu tangan ke tangan yang lain hingga akhirnya seseorang berhasil merebutnya! Seketika suasana menjadi sangat hening, semua orang berdiri mematung untuk melihat sosok yang beruntung tersebut. Biana tampak kesal karena ia tidak b
Dalam balutan gaun pengantin berwarna putih gading dan tiara cantik yang menghiasi puncak kepalanya serta juntaian wedding veil yang menutupi sebagian wajahnya, Amora berjalan selangkah demi selangkah menuju ke arah suaminya, Regis Lorenzo. Wanita itu mengamit lengan Alejandro Volker selaku ayah kandungnya. Mereka berjalan berdampingan. Terlihat sosok sepasang malaikat kecil di depan mereka yang berpenampilan tampan dan imut. Mereka tidak lain adalah Rayden dan Kimmy. Keduanya berjalan bergandengan tangan sembari menebarkan kelopak bunga mawar yang menuntun langkah mempelai wanita menuju ke ujung aisle. Sementara itu, tiga orang bridesmaid berjalan di belakang Amora. Mereka adalah Estelle Mauverick, Biana Curtiz dan Alicia Lorenzo. Amora memandang ke sekelilingnya. Ia bertemu pandang dengan beberapa orang terdekatnya seperti Noel Ritter, Chris Walden, Bianca Lysander, Hilde Maven, Henry Allen serta Emma Adams yang sedang menggendong buah hatinya, Ryuji Lorenzo. Amora memberikan la
“Ada apa? Kamu masih saja cemburu dengan mantan istrimu?” goda Gino yang sejak tadi memperhatikan Regis di belakangnya. Malam ini pria itu memang menjadi groomsmen-nya alias pendamping mempelai pria. Regis hanya melayangkan tatapan tajamnya. Ia enggan menanggapinya. “Aku mengerti. Mantan memang sulit dilupakan. Apalagi mantan pertama. Rasanya aku ingin mencabik-cabiknya,” geram Gino yang dapat memahami perasaan Regis. Istrinya juga masih beberapa kali bertemu dengan mantan suaminya karena mantan suami istrinya itu ingin bertemu dengan Kimmy, putri mereka. “Apa mau aku membantumu?” tawar Regis dengan serius. Gino langsung meliriknya dengan syok. Tentu saja ia memahami maksud dari Regis. “Mengambil nyawanya bukan penyelesaian yang baik, Regis. Kalau Estelle dan Kimmy tahu aku yang sudah menghabisi ayah kandungnya, mau ditaruh di mana wajahku ini,” timpalnya. Regis mengulum senyumnya. “Dasar pengecut,” ledeknya. Gino mencebikkan bibirnya dengan malas. Ia mengedarkan pandangannya ke
“Ada apa, Amora?” tanya Estelle dan Biana secara serempak. Mereka tampak khawatir melihat kondisi Amora. Namun, Amora menggeleng pelan. “Tidak apa-apa. Sepertinya aku harus memompa asiku dulu deh. Tapi, aku tidak bawa alatnya lagi,” cicitnya. “Tenang saja. Aku bawa kok. Pakai punyaku dulu saja,” sahut Estelle sembari mengambil tas ransel yang berisi berbagai barang keperluan putra keduanya. Amora pun meminjam peralatan pompa asi dari sahabatnya, lalu bergegas menyelesaikan kegiatannya dan kembali melanjutkan persiapannya untuk acara malam ini. “Tolong kalian gunakan jari-jari ajaib kalian untuk menyulapnya menjadi ratu tercantik sejagat raya malam ini,” pinta Estelle kepada para penata rias dan penata busana pilihannya. “Serahkan saja kepada kami, Nyonya Moonstone!” sahut tim tersebut. *** Suara alunan piano memenuhi di sekitar lahan hijau yang telah didekorasi dengan sangat cantik. Pintu masuk menuju ke area resepsi acara juga telah dihiasi dengan aneka bunga segar berwarna put
“Apa? Pesta pernikahan?” Amora menatap Mark dengan syok, lalu memandang Biana dan Estelle yang sedang tersenyum sumringah padanya. “Sejak kapan kalian merencanakan semua ini, hm?” selidik Amora dengan sengit. “Maaf, Amora. Kami benar-benar tulus ingin memberikan kejutan. Tolong jangan marah,” cicit Estelle. “Benar, Amora. Aku juga terpaksa mengikuti rencana mereka. Tapi, percayalah kalau kami tidak pernah bermaksud buruk padamu,” timpal Biana dengan bersungguh-sungguh. “Ck, kalian benar-benar tidak setia kawan, huh?” Amora mengomeli kedua sahabatnya. Ia masih sangat kesal dibohongi dan dipermainkan seperti orang bodoh. “Tentu saja kami setia kawan, Amora. Kami ingin kamu bahagia,” cetus Estelle yang diikuti anggukan oleh Biana. “Sia-sia saja air mataku tadi,” sungut Amora dengan wajah ditekuk masam. Regis menghampiri istrinya tersebut, lalu menyeka sudut mata wanita itu yang masih berair. “Jangan marah lagi, Sayang. Maafkan aku. Aku bersedia menerima hukuman apa pun,” ucapnya.
Suara letusan konfeti mengagetkan Amora. Refleks, ia memejamkan matanya dan taburan potongan kertas warna-warni menghujani tubuhnya. “Surprise!” Seruan penuh semangat terdengar di telinganya. Ketika ia membuka matanya kembali, ia disuguhkan dengan kehadiran Regis yang telah berdiri di depan matanya. “Regis?” Amora menatap suaminya dengan kening yang berkerut. Pandangan Amora pun mengedar ke sekelilingnya. Ia tidak menemukan sosok yang mencurigakan di dalam ruangan itu. Justru ia malah dikagetkan dengan kehadiran beberapa orang yang dikenalnya. “Kalian ….” Amora memandang satu per satu sosok tersebut dengan bingung. Tatapannya terhenti pada Alicia yang berdiri di sampingnya. Gadis itu memegang konfeti yang diletuskannya tadi. Amora pun menginterogasinya. “Alicia, kenapa kamu bisa ada di sini? Apa maksud semua ini? Di mana wanita itu?" "Wanita?" Regis memandang Amora dengan bingung. "Tidak usah berpura-pura, Regis. Apa kamu menyembunyikannya?" selidik Amora. Ia telah mendorong d
Perasaan Amora terasa tidak karuan. Ucapan Alicia masih terngiang jelas di dalam benaknya. “Ini tidak mungkin. Tidak mungkin,” gumam Amora berulang kali.Seth melirik kaca spion mobil tengah untuk memantau kondisi nyonya mudanya tersebut. Ia tidak tahu menahu tentang hal yang terjadi. Tadi wanita itu hanya memintanya untuk segera mengantarkannya ke Mansion Blue Lake.Tadi Alicia berkata jika ia melihat Regis bertemu dengan seorang wanita saat ia dalam perjalanan menuju taman bermain dengan Rayden. Padahal sepengetahuannya, pria itu seharusnya berada dalam perjalanan ke Italia seperti yang dikatakannya kemarin kepadanya.Alicia berkata kepada Amora jika ia telah membuntuti Regis dan melihat keduanya masuk ke dalam Mansion Blue Lake. Tentu saja hal tersebut membuat Amora sangat terkejut. Ia tidak percaya jika Regis melakukan sesuatu yang mengkhianati cinta mereka.Namun, di satu sisi, Amora juga yakin kalau Alicia tidak mungkin membohonginya. ‘Apa mungkin Regis tidak jadi berangkat ke
“Bagaimana? Apa kamu bisa tenang membiarkan Emma membantumu mulai hari ini?” tanya Liliana meminta pendapat menantunya tersebut. Amora tertegun. Ia menatap Emma yang masih menunggu tanggapannya. “Tentu saja aku setuju,” sahutnya dengan mengulas senyuman lebar di bibirnya. Dibandingkan para pengasuh lain, Amora tentu saja akan lebih percaya dengan Emma. Dulu wanita paruh baya itu juga sering membantunya menjaga Rayden. “Tapi, apa Nyonya Adams tidak apa-apa? Aku tidak ingin terus-menerus merepotkan Anda. Apa Henry dan Hilde mengizinkannya?” tanya Amora dengan penuh selidik. Ia tidak ingin putra dan menantu Emma tidak menyetujui hal tersebut. Apalagi kondisi Emma yang pernah dirawat di rumah sakit dulu. “Tenang saja, Amora. Malah mereka memintaku untuk membantumu. Hilde malah lebih mendukungku,” terang Emma yang dapat memahami pemikiran Amora tersebut. “Nanti Tante akan sering-sering datang dan ikut membantu kok,” timpal Liliana yang mencoba meyakinkan menantunya itu. Amora tersen
“Selamat pagi Anak Mama. Bagaimana tidurnya semalam, hm?”Amora berceloteh sendiri dengan Ryuji yang sedang duduk di dalam box bayinya. Amora baru saja bangun saat mendengar suara bayi bertubuh gembul itu.“Anak Mama sudah bangun saja pagi begini. Siapa yang sudah menggantikan popokmu, hm? Papa?” tanya Amora ketika melihat putranya telah berganti pakaian.Ryuji hanya menanggapinya dengan senyuman lebar dan menendang kedua tangan dan kakinya berulang kali. Ia asyik memasukkan teether ke dalam mulutnya dan menggigit-gigitnya dengan gemas.Amora pun menggendong Ryuji keluar dari tempat tidurnya dan mengelilingi kamarnya untuk mencari keberadaan Regis.“Sayang,” panggil Amora. Namun, tidak ada yang menyahutnya.“Ke mana dia?” gumam Amora yang akhirnya kembali ke kamarnya. Ia baru menyadari jika koper yang dipersiapkannya semalam untuk Regis sudah tidak ada di tempatnya.“Dia sudah pergi?” terka Amora dengan terheran-heran.Tidak biasanya Regis pergi tanpa berpamitan padanya. Biasanya Regi