"Jangan asal menuduh, Adrian!! Aku bisa menuntutmu dengan tuduhan pencemaran baik," ancam Juan yang tidak terima dengan tuduhan Adrian."Tuntut saja!! Aku tidak pernah takut tapi aku tidak akan pernah tinggal diam kalau kau berani melakukan bisnis ilegal di rumah sakitku," tantang Adrian."Memangnya apa yang bisa kau lakukan? Kau sangat lemah dan kau tidak mempunyai kekuasaan ataupun kekuatan seperti musuhmu, Christian. Kau hanyalah seorang pemilik rumah sakit yang bodoh," hina Juan yang berhasil menyulut emosi Adrian."Aku memang tidak memiliki kekuatan ataupun kekuasaan seperti Christian akan tetapi aku memiliki sesuatu yang tidak kau miliki dan aku bisa menggunakannya untuk menghabisimu," ujar Adrian penuh penekanan sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Juan.Juan tersenyum sinis dan menatap Adrian dengan tatapan merendahkan, seumur hidupnya ia belum pernah berhadapan dengan pria lemah seperti Adrian sehingga ia terus merendahkan dan tak segan menghina sang dokter tampan. "Huu, aku
"Ahhh," desah Lucy saat Erick menciumi dan menikmati buah dadanya yang sintal.Erick mengangkat tubuh Lucy dan membawanya ke kamar tanpa memutus ciuman panas mereka. Erick menghisap bibir bawah Lucy dan lidahnya menerobos masuk ke dalam mulut sang wanita, sampai di dalam kamar ia membaringkan tubuh Lucy di atas ranjang lalu ia merangkak naik ke atas tubuh sang wanita.Leher jenjang dan dada mulus Lucy terus mendapatkan serangan bibir Erick yang mencumbu dengan liar. Puting payudara berwarna merah muda kembali dihisapnya dengan liar secara bergantian hingga membuat tubuh Lucy meliuk erotis, jantung keduanya berdegub semakin kencang dan memompa darah ke seluruh tubuh hingga tubuh Erick dan Lucy menjadi semakin panas karena terbakar gairah.Erick menjepit puting payudara Lucy dengan kedua bibir lalu menariknya perlahan, Ia tidak bisa mengontrol gejolak hasratnya setelah melihat tubuh mulus nan seksi sang wanita yang berhasil menggoda keimanannya dan mampu mengubah rasa bencinya kepada L
"Katakan kepadaku sekarang juga!! Apa kau tidak menginginkannya? Bukankah kau yang semalam menggodaku?" Erick menatap mata Lucy dalam-dalam sambil terus mengukung tubuh sang wanita dengan menggunakan tubuhnya.Lucy memalingkan wajahnya ke samping karena ia tidak ingin Erick melihat buliran-buliran bening terus terjatuh dari mata indahnya yang kini tampak sembab, sebenarnya ia sendiri masih berusaha mencerna kejadian tak terduga yang merenggut mahkotanya makanya ia tidak bisa banyak berbicara. Kepalanya hampir meledak sedangkan lidahnya kelu tak mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Erick."Jawab, Lucy!! Jangan diam saja!!" Bentak Erick sambil memukul tembok tepat di samping kepala sang wanita"A ... aku ... tidak sadar, aku mabuk. Aku tidak ingat kejadian semalam sama sekali!! Yang aku tahu hanyalah aku terbangun dengan tubuh telanjang dan kau sedang berbaring di sampingku dengan tubuh yang juga sama telanjangnya denganku," jawab Lucy dengan penuh emosi sambil menatap mata E
"Katakan kepadaku, Erick? Apakah kau dan Lucy sedang menjalin hubungan? Kalau iya, sejauh apa hubungan kalian berdua?" Ekspresi wajah Rain terlihat sangat serius saat menatap Erick dan berharap kalau jawaban yang akan diberikan oleh Erick sesuai dengan ekspektasinya."Aku hanya bertanya kepadaku tapi kau malah berkata yang tidak-tidak," balas Erick ."Oh, maafkan aku. Aku hanya merasa khawatir kepada Lucy," sahut Rain cepat."Khawatir kenapa?" Tanya Erick yang kini memasang wajah serius saat menatap Rain."Kau tahu sendiri 'kan kalau keluarga Adrian sangatlah kolot dan tidak bisa sebebas kita. Jika Lucy berbuat macam-macam maka keluarga besar Adrian pasti tidak akan tinggal diam karena mereka sangat menjaga perempuan di keluarga mereka," papar Rain."Aku tidak mengerti maksudmu, Rain. Memangnya apa yang akan mereka lakukan?" Tanya Erick lagi."Negara kelahiran ibu mereka sangatlah ketat dan kolot bahkan di negara mereka, jika anak gadis berani berbuat macam-macam maka mereka tidak ak
"Bertanggung jawab? Apa maksudmu dengan mempertanggungjawabkan perbuatanmu? Katakan kepadaku, apa yang telah kau lakukan kepada adikku sampai kau mau bertanggung jawab? Apa kau menghamili adikku, huh?!" Teriak Adrian yang membuat Richie menangis ketakutan."JAWAB PERTANYAANKU, ERICK!!" Teriak Adrian.Richie menangis semakin kencang hingga Lucy juga memeluk sang bocah semakin erat, bocah tampan itu selalu ketakutan setiap kali mendengar suara bentakan ataupun suara keras dan mungkin ini adalah efek trauma yang dideritanya setelah kejadian penyerangan beberapa waktu yang lalu."Kak Adrian, kita bicarakan ini di rumah saja. Richie ketakutan karena mendengar suara teriakanmu, Kak." Lucy memelas dan meminta kakaknya untuk sedikit memperhatikan Richie yang tengah menangis dalam gendongannya."Lucy, bawa Richie ke ruangan Rain. Aku yang akan bicara kepada Adrian," titah Erick."Apa maksudmu? Bicara tentang apa? Tolong, Erick. Jangan membuat masalah ini jadi semakin runyam," pinta Lucy yang k
"Kak ... kkhhh ... kkkh." Lucy hampir kehabisan napas karena cekikan Adrian, perempuan cantik berwajah oval itu berpikir kalau nyawanya akan berakhir detik ini juga akan tetapi di detik-detik terakhir, Adrian melepaskan cekikannya.Lucy terbatu-batuk sambil menghirup udara sebanyak mungkin dari hidung mancungnya, tubuhnya gemetaran dan ia masih terbatuk-batuk sambil menatap sang kakak dengan tatapan ketakutan. Dulu kakaknya tidak pernah memukulnya sama sekali bahkan jika ia sangat nakal dan sering membantah kakaknya akan tetapi hari ini ia tahu kalau kakaknya sudah sangat berubah menjadi pria kejam nan kasar, sungguh ... Lucy sangat terkejut dengan perubahan sang kakak yang sangat drastis."Ka ... kak ... kau tega sekali kepadaku," lirih Lucy sambil menangis terisak."Jangan salahkan aku, Lucy!! Lihat dirimu di cermin, kau tampak seperti pelacur yang bisa dengan mudahnya tidur dengan pria lain!! Aku sangat malu," teriak Adrian."Aku tidak sengaja, aku benar-benar tidak sengaja, Kak. K
"Tuan Christian, syukurlah anda sudah pulang." Samantha langsung berdiri dari tempatnya duduk setelah melihat Christian masuk dari pintu utama. Ekspresi wajah Samantha antara senang, bingung, takut dan juga khawatir saat menyambut kedatangan sang billionaire. Netranya sesekali menatap ke lantai atas dimana kamar Rain dan Christian berada, lidahnya bahkan terasa kelu saat hendak memberitahukan satu masalah besar yang akan dihadapi oleh sang billionaire. "Kenapa memangnya?" Tanya Christian dengan wajah dan suara yang terdengar sangat dingin. "I ... itu ... tuan muda tadi terus mengamuk karena tuan tidak mengajaknya. La ... lalu ... lalu nona Rain menelepon anda ... dan ... tadi ... yang ... mengangkatnya ...." Ucapan Samantha yang terbata-bata akhirnya terhenti karena jantungnya berdebar sangat-sangat kencang. "Samantha!! Kalau bicara yang benar, aku tidak tahu apa maksudmu!! Richie dan Rain kenapa?" Christian yang masih kesal langsung membentak Samantha dan ia menjadi semakin kesal
"Apa-apaan ini, Christian?!!! Kenapa aku bisa terdampar di sini padahal aku tadi sedang tidur di kamar!!" Rain mengamuk setelah ia terbangun dari tidurnya tapi ia malah berada di tempat bermain anak-anak bukannya ranjang.Christian berjalan mendekati Rain sambil memasang wajah memelas. "Rain, please. Marahnya ditunda dulu sampai nanti, ya? Kasihan Richie, dia hanya ingin bermain bersama kita berdua."Rain yang sedang marah lantas menarik lengan baju Christian menjauh dari putra mereka yang sedang digandeng oleh Chen, ekspresi wajahnya menunjukkan kemarahan yang tidak mau ia tunjukkan di hadapan sang putra."Apakah bagimu, perasaanku dan diriku ini hanya sebuah mainan saja?!! Kau selalu saja menggunakan Richie sebagai tameng untuk menutupi semua perbuatan bejatmu, Christian!!""Rain, sekali saja ... tolong percayalah kepadaku. Aku tidak pernah melakukan hal yang kau tuduhkan," ucap Christian."Dan aku bukan wanita bodoh yang bisa setiap saat kau selingkuhi," sengit Rain. "Chen!!" Pangg