Menyelami Hati Devanka
"Rey, tinggallah lebih lama," bisik Monalisa seraya memeluk Reynold yang baru saja selesei mandi, aroma tubuhnya yang wangi alami tercium, membuat Monalisa seolah terhipnotis.
"Aku harus ke kantor," ucap Reynold.
"Tidak bisakah kau menemaniku," bisik Monalisa dengan suara yang begitu menggoda.
"Lepaskan, aku harus pergi," ucap Reynold yakin.
"Baiklah, semoga kau lebih sering datang menghabiskan waktu bersamaku," ucap Monalisa yang telah melepas pelukannya. Reynold segera mengenakan kemejanya, Monalisa terlihat membenahkan kancing baju Reynold.
Reynold meninggalkan apartemen Monalisa, sebelumnya dia sudah menghubungi Aldo untu
Masih Berjuang"Tuan muda, Devanka sudah bersedia untuk bertemu dengan tuan muda," ucap sekretaris Pete ketika berada di ruang kerja Reynold di kantor."Benarkah? Semoga ini menjadi waktu yang tepat," ucap Reynold."Kira kira kapan tuan muda akan menemui Devanka, saya akan menyampaikannya, sore ini Devanka sudah diperbolehkan pulang," sekretaris Pete memberikan informasi."Bagaimana keadaannya?" tanya Reynold."Sudah membaik tuan, hanya butuh istirahat," penjelasan sekretaris Pete."Bagus kalau begitu, malam ini aku akan menemuinya," ucap Reynold."Tuan muda, saya dengar tuan muda bersama
Tempat terindah untuk yang terindahReynold mengajak Devanka ke suatu tempat yang dia harap tidak akan pernah Devanka lupakan bahkan untuk seumur hidupnya, Reynold sudah mempersiapkan ini cukup lama, bahkan sebelum prahara itu terjadi, tepatnya ketika Reynold melihat ada kebahagiaan pada diri Devanka saat melihat bintang jatuh, peristiwa makan malam mereka di sebuah tempat yang tiba tiba ada, hanya tinggal menunggu waktu pelaksanaan yang tepat saja dan Reynold rasa hari ini lah saatnya.Mobil melaju dengan mulusnya, selama di dalam mobil mereka tidak telibat dalam pembicaraan sedikitpun, seolah seperti orang asing. Mereka hanya saling mencuri pandang. Reynold hanya fokus pada kemudinya, tidak banyak menoleh untuk hal yang sekiranya tidak diperlukan. Begitu juga dengan Devanka, ada rasa canggung dan tidak
Persahabatan di masa laluMobil Reynold sampai di depan rumah Devanka.Mereka menghabiskan waktu yang begitu indah. Reynold turun dari mobil dan berlari ke arah pintu mobil tempat Devanka, dibukakan pintu itu dan dengan isyarat seperti seorang raja yang meminta ratunya turun. Devanka tersenyum, perlakuan Reynold benar benar membuatnya menjadi seorang wanita yang istimewa. Mereka berjalan menuju ke arah rumah Devanka, di depan rumah sudah ada ayah Devanka, berdiri bersandar dinding, seolah menunggu kedatangan putrinya."Pak Lu, maaf aku mengantar Devanka hingga larut malam," ucap Reynold."Iya tidak apa apa, yang penting Devanka senang dan kalian pulang dengan selamat," ucap ayah Devanka.
Kelicikan Monalisa Monalisa melangkahkan kaki ke kantor Reynold, dia berjalan dengan begitu santai. Tubuhnya dibalut style yang sangat menawan. Baju bermerek Gucci yang harganya hampir setara satu unit kendaraan bermotor, sepatu christian louboutin dan tas louis vuitton berukuran agak besar. Dia berjalan dengan begitu yakin, seolah tidak ada masalah yang terjadi. Wajahnya tergambar senyuman tipis, berbanding terbalik dengan suasana hatinya beberapa jam lalu. Jam menunjukkan pukul sebelas siang, sebentar lagi waktunya istirahat, dia akan menemui Reynold tanpa mengacaukan jam kerjanya. Dia tau betul, Reynold akan marah dan mungkin memakinya habis habisan jika dia datang tidak tepat pada waktunya, walaupun tadi Reynold memintanya datang dua jam setelah dia menelephone, sekitar pu
Kekecewaan Reynold"Maria, minta sekretaris Pete ke ruangan saya, sekarang!" ucap Reynold dengan nada yang cukup tinggi dan bercampur dengan emosi."Ma-maaf tuan muda, sekretaris Pete hari ini hingga tiga hari ke depan berada di Singapura tuan muda, sekretaris Pete mewakili kakek Hamzah untuk menghadiri rapat penting," ucap Maria yang terlihat gugup karna merasa suasana hati tuan mudanya sedang tidak baik baik saja.Sebenarnya Reynold sudah mengetahui mengenai hal itu, namun kekecewaan dan amarah di hatinya membuat dia tidak mampu berpikir dengan jernih. Reynold menutup telephonenya. Dia terlihat membanting beberapa barang yang ada di mejanya sebagai pelampiasan rasa kesal dan kecewa. Dia tidak menyangka, ada hal seperti ini, tadinya dia berpikir semuanya sudah membaik dan akan baik
Kecurangan MonalisaJam menunjukkan pukul empat sore. Devanka menunggu Reynold dengan perasaan yang bercampur aduk, antara gugup, bahagia dan sedikit ada rasa takut, takut jika dia melakukan kesalahan atau tidak sesuai apa yang Reynold harapkan. Rasa cinta di dalam hati Devanka benar benar sudah menjadi perasaan utama, selama masa menunggu bibirnya tidak lepas dari senyum kecil."Dev, Reynold belum datang?" tanya pak Lumawi."Belum ayah, mungkin sebentar lagi. Jakarta sedang macet macetnya," ucap Devanka berusaha menenangkan dirinya. "Anak ayah cantik sekali," ucap ayah Devanka."Ayah, terimakasih su
Sesak itu kembali datangDi kantor Reynold dia terlihat sibuk dengan pekerjaannya, seolah tidak ada sesuatu yang terjadi, sesuatu yang mengguncangkan hati dan pikirannya.Reynold mengisi detik demi detik hidupnya dengan bekerja, untuk mengikis kekecewaan di hatinya. "Tok, tok, tok," terdengar suara pintu di ketuk. "Masuk!" teriak Reynold. Beberapa detik setelahnya terlihat Maria masuk ke dalam ruangannya."Tuan muda, hari ini ada meeting dengan Berlian Grup, semua berkas sudah disiapkan oleh Melodi," penjelasan Maria. Semua pekerjaan sekretaris Pete untuk sementara dilimpahkan kepada Melodi, asisten sekretaris yang biasanya membantu sekretaris Pete mengurus semua
Mencari Reynold berjalan cepat menuju ke arah parkiran mobil, dia harus pergi ke suatu tempat yang cukup penting, ini tidak lagi bisa dibiarkan, dia tidak boleh membohongi perasaannya, semua harus jelas seperti apa yang dipirkan dan juga realita. "Aldo, antar saya," ucap Reynold. Mobil melaju dengan segera, Reynold memberi arahan ke mana mobil itu akan menuju. Setelah kurang lebih tiga puluh menit mobil membelah keramaian kota Jakarta yang padat merayap, akhirnya mobil sampai ke tempat tujuan, yaitu kediaman Devanka. Reynold segera turun dan berlari ke arah rumah Devanka. Di depan pintu Reynold telrihat mengetuk pintu dengan cepat, beberapa menit dia menunggu, tidak ada jawaban atau seseorang yang keluar dari dalam rumah.
Semuanya MembaikSatu tahun berlalu, sepertinya semuanya membaik. Aron sudah sehat, menjadi anak yang ceria, namun dia tetap harus mendapatkan terapy untuk tumbuh kembangnya. Benturan di kepala ketika kecelakaan yang dia alamai setahun yang lalu menyisakan masalah yang harus diseleseikan, tubuhnya harus banyak dilatih supaya bisa tumbuh dengan normal, namun semuanya bisa diatasi, dia tumbuh dengan baik. Aron memiliki sumber daya, dia menjadi putra tertua Reynold Hamzah.Tuan Domani mendapatkan hukumannya, sesuai dengan kejahatan yang dia lakukan. Dia akan lama berada di penjara, lebih dari sepuluh tahun. Dia dan istrinya memutuskan untuk berhenti memperjuangkan Aron, menyerahkan Aron pada tangan yang tepat. "Ayah pulang," ucap Reynold ketika masuk ke dalam kamar anak anaknya. Di sana terlihat Aron sedang bermain dengan perawat Susi, sedangkan Arion, putra keduanya yang berusia lima bulan berada di gendongan Devanka. Mendengar suaminya datang, Devanka memberi isyarat kepada Reynold un
Tabir Rencana PembunuhanTuan Domani masuk ke dalam kamarnya, dia mulai duduk di tempat tidur. Dia terlihat menghela nafas panjang, lalu mulai menangis sejadi jadinya, dia tidak menyangka apa yang direncanakannya justru menyebabkan penyesalan yang mendalam. Tuan Domani mengingat waktu ketika dia bertemu dengan dua orang kepercayaannya.Di ruang kunjungan penjara, terlihat tuan Domani sedang menemui pengunjung yang merupakan dua orang anak buahnya, anak buah kepercayaannya."Semua sudah siap tuan, kami akan melaksanakan semua perintah tuan," ucap salah seorang. "Baiklah, lakukan dengan baik, saya tidak ingin ada kesalahan sekecil apapun," ucap tuan Domani. "Baik tuan, kami akan mulai mengintainya, dan ketika ada kesempatan, kami akan segera melaksanakan rencana itu," ucap orang yang lain. Dua orang dengan pakaian serba hitam itu terlihat begitu serius dan menakutkan. Sepertinya ada rencana jahat yang serang mereka rencanakan. Satu jam sebelumnya, tuan Domani sudah bertemu dengan asi
Tersandung RasaDevanka dan Reynold sudah berada di rumah sakit tempat pembacaan hasil tes DNA, di sana sudah ada cukup banyak wartawan, perwakilan dari rumah sakit, dan beberapa orang yang memiliki kepentingan. Dari pintu terlihat seorang wanita yang tidak asing bagi Reynold."Kenapa dia ada di sini," bisik Reynold seraya melihat ke arah wanita bertubuh tambun itu. Terlihat elegan, berkelas dengan dress warna putih, membuat penampilannya menarik walaupun berbobot lebih dari delapan puluh kilogram."Siapa Rey?" tanya Devanka."Dia," ucap Reynold seraya melihat ke arah wanita itu. Devanka mengarahkan matanya, terlihat mengerutkan dahi, lalu dia menyakini bahwa belum pernah melihat wanita itu sebelumnya. "Dia nyonya Domani, istri dari presdir Domani. Untuk apa dia datang, dia juga di temani pengacara," ucap Reynold."Apa jangan jangan," ucap Reynold terhenti ketika melihat seseorang mulai berbicara dari alat pengeras suara.Salah seorang perwakilan dari rumah sakit terlihat sudah menai
Upacara PemakamanSemua orang mengantar kepergian Monalisa, dengan tatapan kesedihan, hati yang lara, menyakitkan, seorang ibu harus meninggalkan anaknya yang masih berusia tiga bulan bulan. Bayi kecil itu bahkan belum mengenal ibunya dengan baik, belum belajar memanggilnya, mengenali suaranya dengan jelas, belum meraba raba wajahnya, banyak hal yang belum dilakukan dan itu sangat menyayat hati.Semua orang memakai pakaian serba hitam, menandakan hati yang sedang kelam. Devanka terus menangis, menempel di dada suaminya, mencari perlindungan dari rasa sakit kehilangan. Monalisa di makamkan di area pemakaman elit untuk kelas atas, yang memiliki harga hampir setengah miliar per kaplingnya. Tuan besar Hamzah mengatur semua upacara pemakaman dan Monalisa mendapatkan penghormatan terakhirnya dengan layak.Di dalam penjara, ayah Monalisa menatap tembok, menyembunyikan kepedihannya. Dari punggungnya terlihat bahwa dia sedang menangis, tersedu sedu, seorang pria yang sangar akhirnya bisa tumba
Cinta MembaraJaksa Putri sampai di rumah sakit, dia dan Evo segera berlari masuk. Di depan pintu unit gawat darurat ada tuan muda Reynold, inspektur Yusuf, sekretaris Pete dan juga beberapa anak buah dari inspektur Yusuf.Langkah Evo terhenti, dia terdiam sejenak."Itu inspektur Yusuf?" tanya Evo."I-iya, kau mengenalnya? tanya jaksa Putri."Ayo kita segera mendekat ke sana," ucap Evo yang kemudian melanjutkan langkahnya mendekat ke arah ruang unit gawat darurat."Selamat malam," sapa jaksa Putri pada semua orang yang ada di sana."Oh, jaksa Putri, kau juga ada di sini?" tanya inspektur Yusuf."Jaksa Putri menangani kasus Monalisa," ucap sekretaris Pete."Oh begitu rupanya, bagaimana kelanjutan kasusnya?" tanya inspektur Yusuf."Hasil tes DNA akan diumumkan besok pagi, kasus ini mendekati akhir," ucap inspektur Yusuf."Walaupun dia sudah tidak ada, kau harus menuntaskan kasusnya, hingga selesei," pinta inspektur Yusuf."Ti-tidak ada?" tanya jaksa Putri yang belum mengerti dengan situ
Debaran Hati Sang JaksaTiba tiba seolah awan mendung berkumpul di langit, sunyi sepi, dengan hembusan angin dingin. Sebentar lagi badai kepedihan akan menerjang. Kabar duka ini sungguh sangat mengerikan.Devanka terhuyung, pandangannya gelap, lalu tidak sadarkan diri."Rey," bisiknya setelah tersadar dan dia mendapati dirinya sudah berada di sebuah ruang perawatan."Dev, kau sudah siuman," bisik Reynold seraya mendekat ke arah Devanka, menggenggam tangannya lalu memeluknya erat untuk sekedar menyalurkan perasaan."Aku sungguh tidak menyangka Monalisa akan seperti ini," ucap Devanka, lalu dia kembali menangis. "Tenanglah," bisik Reynold. "Ada Aron yang harus kau pikirkan, kau harus bangkit dan kuatkan hatimu," bisik Reynold."Anak sekecil itu Rey, dia harus kehilangan ibunya," ucap Devanka dalam tangis."Rey, kakek sudah meminta orang untuk menyiapkan prosesi pemakaman, kita urus saja," ucap kakek Hamzah seraya memegang bahu Reynold."Baik kek," ucap Reynold. Devanka melepaskan pel
Sebuah KehilanganReynold dan Devanka masuk ke dalam rumah sakit. Mereka terlihat gugup, mencari keberadaan Monalisa juga Aron."Nur, hubungi Aldo dan sekretaris Pete, minta mereka menghubungi inspektur Yusuf untuk mengurus masalah ini," pinta Reynold pada pengawal Nur."Baik tuan," ucap pengawal Nur yang kemudian segera menjalankan perintah tuan mudanya itu.Beberapa saat kemudian, Aldo dan sekretaris Pete sudah ada di gurun hijau, bersama dengan inspektur Yusuf dan tim investigasi. "Ini semua rekaman kamera pengawas yang ada di tempat ini, mereka benar benar sudah merencanakannya," ucap inspektur Yusuf yang terlihat mengecek hasil tangkapan kamera pengawas yang dia kumpulkan."Mereka mensabotase kamera pengawas, semuanya," ucap inspektur Yusuf. Mendengar hal itu, Sekretaris Pete terlihat berpikir."Bagaimana dengan kamera dashboard? mobil antik tuan besar Hamzah di pajang di gedung ini, berhadapan langsung dengan lapangan golf. Mobil itu dilengkapi kamera dashboard yang selalu meny
Tragedi Pesta LampionDevaka terlihat begitu cantik, dengan gaun berwarna putih, transparan di bagian lengan dan punggung. Perutnya yang sudah terlihat lebih menonjol membuat penampilannya semakin menawan, ibu hamil yang mempesona. Kehamilannya memasuki usia tiga bulan, kehamilan yang sehat dan di dambakan hampir semua orang, karna Devanka sama sekali tidak merasa repot, mual muntah berlebihan, sakit di sana sini, dia tidak merasakan itu semua, perasaannya hanya sangat bahagia, menerima kehamilannya dengan perasaan luar biasa."Kau cantik," ucap Reynold."Terimakasih, apa tidak terlihat gendut? sepertinya berat badanku naik," ucap Devanka."Tidak dan tidak menjadi masalah, kau harus banyak makan, supaya kehamilanmu sehat," ucap Reynold yang terlihat memeluk Devanka dari belakang, tepat di depan cermin besar yang ada di kamarnya. "Semoga kau tidak melihat wanita lain setelah melihatku bertambah berat badan," ucap Devanka seraya tersenyum."Tidak mungkin, aku hanya jatuh cinta padamu,"
Kasih Tulus Devanka pada AronDevanka dengan telaten mengurus Aron, terlihat seperti tidak merasa lelah sedikitpun. Monalisa melihat ketulusan itu, rasa kasih dan sayang itu, apa mungkin dia selama ini sangat keterlaluan pada Devanka, seperti duri di dalam daging, seperti bayangan buruk, seperti musuh dalam selimut, hatinya tidak benar benar tulus. Dia ingat ketika Miki atau lebih dikenal dengan Mike membuatnya jatuh dari tebing, walaupun bukan dia secara langsung, namun orang suruhan itu berhasil membuat Devanka dan Reynold melewati hari hari sulit di kota kecil.Devanka berusaha membuat Aron tersenyum, dengan senyumnya, ekspresi lucu wajahnya, nada suara lucunya, terlihat seperti seorang ibu yang sedang bermain dengan anaknya. Monalisa masih menatapnya dengan segala pandangan rasa, dia mulai merasa Devanka lebih pantas menjadi ibu Aron daripada dirinya."Ada apa?" tanya Devanka yang ternyata mengamati Monalisa sedari tadi."Ti-tidak, Aron beruntung memilikimu," ucap Monalisa."Apa