Share

66. Permainanku

Penulis: juskelapa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-04 18:38:59

Di belahan dunia lain. Thomas terbangun dari tidurnya karena suara telepon. Telepon dari Edward yang tidak pernah melihat jam saat menelepon. Masih sangat pagi.

“Berita yang kau sampaikan harus penting,” geram Thomas di telepon.

“Sangat penting,” sahut Edward di seberang. “Aku sudah rapat bersama dengan para petinggi perusahaanmu di Indonesia. Spencer Hotel & Apartemen sepertinya collapse. Sangat berat untuk bertahan. Ada dua perusahaan yang awalnya menawarkan untuk proses akuisisi. Aku sudah cukup lega. Tapi dua perusahaan itu tiba-tiba membatalkan. Katanya hotel itu terlalu ketinggalan zaman dan manajemennya buruk. Dan kau tak mau melakukan penyuntikan menambah investasi,” jelas Edward.

“Bagaimana aku mau menambah investasi ke sana kalau aku tidak bisa memasuki negara itu?” geram Thomas.

“Ada satu perusahaan yang menawarkan untuk membeli hotel itu. Tapi harganya sangat rendah.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (21)
goodnovel comment avatar
Puspita Adi Pratiwi
om roy sudah muncul debaran itu tandanya mulai jatuh cinta pd Sahara ............
goodnovel comment avatar
Widya Nur Kartika Dewi
ayo mulai cintai sahara
goodnovel comment avatar
Azkiyahnurul
ihirrrr om roy bucin.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gadis Penari Sang Presdir   67. Ketika Semuanya Dimulai

    “Pak, Bu Irma baru saja mengirim email dan memberitahu kalau empat perusahaan baru sudah berdiri. Kita juga sudah memasukkan penawaran sesuai angka yang Bapak berikan.” Novan berbicara di depan pintu mobil yang baru dibukanya untuk Roy. “Irma selalu cekatan,” sahut Roy sedikit tercenung. “Malam nanti kita pasti sudah menerima berita. Aku akan memainkan pion catur dari rumah. Aku masuk ke dalam dulu, Novan. Terima kasih kabar baiknya.” Roy menggandeng Sahara masuk ke lobi mall. “Om yakin mau nonton?” tanya Sahara sedikit tak yakin. “Kenapa? Kamu mau kita pulang saja dan bercumbu? Aku memang lebih suka hal itu,” jawab Roy tersenyum. Sahara berdecak. Roy tertawa, lalu memeluk pinggang Sahara. “Hari ini aku akan menemanimu ke mana pun. Aku sedang menebus kesalahanku. Aku juga mau sepulang dari sini, kita singgah di toko bunga dan meletakkan buket di makam pengasuhm

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-06
  • Gadis Penari Sang Presdir   68. Kemajuan Rencanaku

    Di Indonesia sudah malam hari. Roy menggunakan piyama suteranya dan duduk menyilangkan tangan di depan dada. Sebuah kursi besi yang ditempatinya sesekali berputar saat pikirannya sedang berkerja. Rencana untuk mengambil alih hotel milik keluarga Spencer sudah disusunnya selama tiga tahun terakhir. Di masa kejayaannya, hotel itu adalah hotel bintang lima terbesar di lokasi emas dekat pantai. Dulunya orang memerlukan waktu jauh-jauh hari untuk bisa mendapatkan kamar di hotel yang bertuliskan nama Spencer sangat besar di puncaknya itu. Selama menjalankan rencananya, Roy memasukkan orang-orangnya untuk menggantikan manajemen lama, satu-persatu. Posisi pertama yang menjadi targetnya saat itu adalah bagian personalia. Thomas yang tidak pernah lagi berani menginjak Indonesia, lengah akan kontrolnya pada hotel itu. Di lain sisi, Roy memang tidak tahu siapa-siapa saja yang dikirim oleh Thomas untuk mengawasi perusahaannya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-07
  • Gadis Penari Sang Presdir   69. Obrolan Kita

    Sudah pukul sepuluh malam. Harusnya Sahara sudah makan, pikir Roy. Gadis itu masih merajuk dan tololnya, dia juga lupa menanyakan soal makan malam karena terlalu antusias menghadapi Thomas. Dia lagi-lagi mengabaikan Sahara. Oh, tidak. Ini bukan mengabaikan, batinnya. Lebih tepatnya menunda untuk mempedulikan gadis itu. Apa Sahara sudah tidur? Kenapa pesannya belum juga dibalas? Roy turun dari ruang kerjanya dan menyeberang ruangan menuju tangga kamar Sahara. Pintu kamar gadis itu tertutup. “Sahara,” panggil Roy. Dia mengetuk dua kali. Tak ada sahutan. Kemarin-kemarin rasanya dia biasa-biasa saja saat menerobos masuk ke sana. Entah kenapa sekarang dia merasa sedikit lancang, kalau melakukan hal itu. Roy mendekatkan telinganya ke pintu dan tak mendengar apa pun dari dalam. Dia memutar handle dan mendorong pintu kamar. Ternyata kosong. “Rara,” panggil Roy, menjengukkan kepalanya ke dala

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-07
  • Gadis Penari Sang Presdir   70. Mendekatimu

    “Sekarang … aku sudah boleh menciummu?” Roy menyentuhkan hidung mereka. Sahara memalingkan wajahnya untuk kembali menatap dua potong brownies. Dari sudut matanya, dia bisa melihat kalau Roy belum memalingkan wajah. “Aku ngantuk, mau tidur.” Sahara menggeser duduknya, namun belum beranjak. “Oh, mengantuk?” Roy menatap Sahara dengan tatapan kecewa. Ternyata sulit sekali menjinakkan gadis itu. Dia kembali menghela napas dan melempar pandangan ke seberang dapur. Di sana tergantung lukisan murah yang dibelinya dari seorang pelukis jalanan di Italia. Sahara kembali mencuri pandang pada Roy. Membiarkan tatapannya naik perlahan-lahan dari kerah piyama dan berhenti di rahang tegas yang ditutupi bayangan gelap bekas bercukur. Beberapa waktu lalu, dia mengingat penampilan Roy yang sangat keras dengan sorot mata yang menatapnya sinis. Malam itu, dia menangkap profil Roy di ba

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-08
  • Gadis Penari Sang Presdir   71. Mencumbumu

    “Sebelumnya aku mau bicara,” kata Sahara. Ini lebih buruk daripada kata-kata manis. Bagi Roy, lebih berbahaya saat wanita ingin bicara. Entah kenapa itu membuat kuduk lebih meremang ketimbang ditodongkan sebuah senjata di mulutnya. Kenapa wanita tidak bisa membiarkan tindakan saja yang bicara? Andai saja dia bisa mengatakan hal itu pada Sahara. Oh, tidak. Dia tak boleh mengacaukan suasana. Dia sedang menggendong gadis itu menuju kamarnya. “Apa yang mau dibicarakan?” tanya Roy. Mereka telah tiba di kaki tangga. Sahara menyelipkan segumpal rambutnya ke belakang telinga. Dia merasakan detak jantung Roy di dekat telinganya. Suara napas laki-laki itu menghela kasar ketika mulai menaiki tangga. “Aku bertanya sekali lagi, apa yang ingin kamu katakan? Apa kamu mau mengakui kalau sekarang sudah mencintaiku?” tanya Roy. “Kamu mungkin bisa berbohong dengan berkali-kali mengatakan

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-09
  • Gadis Penari Sang Presdir   72. Menginginkanmu

    “Rara, kamu terlalu cantik sampai menyakitkan hatiku. Dan sekarang, sepertinya aku sudah menyakiti diriku sendiri.” Roy membelai pipi Sahara. “Kamu sangat wangi ….” Mata Roy terpejam, membenamkan jarinya semakin dalam. Sahara mengerang dan menelengkan kepalanya. Menelan ludah dengan susah payah. Sekarang dia malah terlena dan menikmati tiap sentuhan Roy. Tak sadar Sahara merintih. Jemari Roy menyusur semakin dalam dan menemukan celahnya untuk masuk. Membelai kelembutan miliknya yang sudah membengkak. Masuk satu inci, kemudian semakin dalam. Sahara merasakan sensasi yang penuh di dalam dirinya. Ibu jari Roy menemukan titik sensitif di sana, lalu mengitarinya dengan nakal. Belaian pada bagian terkecil itu dalam waktu singkat membuat Sahara bergerak gaduh. Dia menggerakkan pinggulnya menyambut tiap gerakan jari Roy. Dia semakin menyukai cara telapak tangan Roy menyentuh ringan kewanitaannya. “Kamu menyukainya?” tanya Roy dengan lembut. “Kam

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-09
  • Gadis Penari Sang Presdir   73. Kamu Semakin Cantik

    Remang cahaya kamar tak membuat pandangan Sahara mengabur. Dia bisa melihat dengan jelas Roy berjalan dengan balutan handuk yang tersangkut di pinggulnya, menyeberang dari kamar mandi menuju lemari besar yang menyatu dengan dinding. Sahara berbaring menyamping dengan dua tangannya di bawah kepala sebagai penumpu. Memandang sosok tegap Roy dengan seksama.Mereka baru saja mandi bersama. Roy mengangkatnya lebih dulu dari bath tub dan membiarkannya berpakaian lebih dulu. Sementara pria itu sepertinya membutuhkan waktu sedikit lebih lama di kamar mandi. Setelah mengakui perasaannya, Sahara memutuskan untuk masa bodoh dengan penilaian Roy. Mustahil untuk tidak jatuh cinta, pikirnya. Dia membenci pria itu, tapi dia juga menyukai semua perlakuan Roy padanya. Selain mengigau menyebut nama perempuan lain dan selipan foto di dalam buku, sikap Roy sangat sempurna.Roy melepaskan handuknya di depan kaca tinggi yang memantulkan bayangan dengan j

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-11
  • Gadis Penari Sang Presdir   74. Permainan Sebenarnya

    Teriakan Thomas memang sempat membuat Edward terdiam sedetik, tapi detik berikutnya dia bergegas memungut tablet yang membentur jendela. Tablet itu masih utuh karena hanya sudutnya yang menghantam kaca tebal.Sejenak matanya terpekur memandang berita yang disodorkan Jamie. Sekretaris Thomas itu sekarang berdiri meremas tangannya dengan tubuh bergetar.“Jadi hotel itu dibeli oleh Smith … semua perusahaan kecil yang menawar hotel itu juga pasti miliknya. Sudah telanjur, Thomas. Dia tidak merampas itu dengan gratis darimu. Dia mengeluarkan uang meski … tidak banyak. Sekarang kau tinggal menjaga apa yang menjadi milikmu. Keluargamu, Thomas. Istri dan anak-anakmu. Kau harusnya merasa beruntung karena si Smith hanya mengganggumu dalam soal bisnis. Dia tak menyentuh anak-anakmu, apalagi istrimu. Bayangkan kalau istrimu dan keluarganya mengetahui apa yang sudah kau lakukan selama ini.” Edward menyodorkan tablet ke tangan Ja

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-12

Bab terbaru

  • Gadis Penari Sang Presdir   298. Hunian Baru (TAMAT)

    Suatu tempat di Pulau Bali. Roy baru saja menginjak usia empat puluh tujuh tahun saat itu. Matahari baru saja melorot dari puncak kepala saat Roy baru saja tiba dari Jakarta setelah hari terakhir rapat evaluasi tahunan. Pagi tadi dia mengunjungi kantor hanya untuk menutup agenda tahunan itu dengan sebuah pidato singkat, lalu kembali terburu-buru menuju airport untuk pulang ke rumah. Siang itu Novan melepasnya di airport dengan senyum simpul berkata, “Senang bisa melihat Anda dalam balutan jas setelah sekian lama. Saya benar-benar merindukan pemandangan ini.” Roy ikut memandang tubuhnya dari atas ke bawah. Memang benar. Dia sendiri terkadang merindukan saat-saat menyimpul dasinya dengan simetris dan meletakkan penjepit emas di bagian tengah. “Aku juga merindukan saat-saat harus berdandan rapi dan mentereng hanya untuk ke rapat harian. Tapi setelah lima hari di kota ini, aku lebih merindukan anak istriku,” sahut Roy tersenyum tipis. “Anda lebih santai dan terlihat lebih bahagia,” u

  • Gadis Penari Sang Presdir   297. Puncak Rasa Lengkap

    Roy mendorong paha Sahara agar membuka untuk dirinya. Lalu jemarinya tiba lebih dulu di bawah sana.Sahara memejamkan mata. Jemari Roy menuntunnya untuk terus membuka diri. Dia menikmati bagaimana jari Roy mengusapnya, menekannya dan membuatnya seakan terbang sejenak. Sahara menggeliat. Lalu tubuhnya menegang sejenak saat merasakan puncak kemaskulinan Roy mengusapnya. Mulut Sahara setengah ternganga menantikan dan tak lama lenguhan halus meluncur keluar dari bibirnya. Roy masuk perlahan, mendorong dan mengisi tubuhnya perlahan-lahan. “Mmmm,” lirih Sahara, menarik napas dan semakin melengkungkan tubuh untuk menerima Roy sepenuhnya.Telinga Sahara bisa mendengar napas Roy yang keras dan kasar. Seakan Roy merasakan kenikmatan yang sangat kuat hingga pria itu terlihat seperti kesakitan.Sahara memekik tertahan ketika jemari Roy kembali terjulur dan memijat di mana tempat mereka bersatu. Dia memang ingin disentuh di bagian itu. Sahara merintih. Tak lama serbuan kenikmatan itu berkumpul da

  • Gadis Penari Sang Presdir   296. Aku Mencintaimu, Sahara

    Dari ruang kerjanya di lantai satu, Roy tak lagi mendengar suara-suara dari luar. Ia baru saja membongkar lemari besinya dan mengambil beberapa lembar foto yang disukainya.“Akhirnya aku bisa meletakkan ini dalam pigura. Sungguh, aku baru sadar kalau aku sudah jatuh cinta padamu saat itu.” Roy memandang pigura foto berukuran jumbo yang baru saja disisipkannya foto Sahara. Foto ketika Sahara berulang tahun ketujuh belas sedang memeluk sebuket baby breath mengenakan blouse berwarna kuning. Dua hal yang paling disukai Roy sampai sekarang. Sahara mengenakan pakaian berwarna kuning dan tersenyum memeluk buket bunganya.Roy kembali memasukkan semua isi lemari besinya, lalu keluar ruangan itu dengan empat buah foto di tangannya. Tujuannya selanjutnya adalah kamar tidur. Sahara mungkin sudah terlelap kembali dan akan bangun tengah malam nanti. Dia akan memeluk istrinya seraya menunggu kantuk.“Lagi banyak pekerjaan, ya?” Sahara langsung menoleh saat pintu kamar terbuka.“Aku sengaja meningga

  • Gadis Penari Sang Presdir   295. Menyambut Pendatang Baru

    “Aku kira sudah tidur,” ucap Roy, membungkuk di atas pipi Sahara dan menenggelamkan hidungnya. “Jangan basa-basi. Kamu pasti tahu kalau aku sedang menunggu. Aku ngantuk, tapi mau tidur nanggung,” ucap Sahara, meletakkan telapak tangan kirinya ke pipi Roy. “Baiklah, aku mandi sekarang. Minggu depan aku sudah bersiap menyambut tangis bayi yang ingin menyusu di tengah malam.” Roy meninggalkan Sahara di ranjang dan pergi ke ruang ganti. Saat melintasi kamar dengan balutan bath robe, dia sengaja mengerling Sahara yang mengerjapkan matanya terkantuk-kantuk. Saat keran air menyala, Sahara mengeratkan pelukannya pada guling. Pandangannya cermat memperhatikan siluet tubuh Roy di balik dinding kaca yang beruap. Bahu yang lebar, lengan yang berisi dan pinggul yang kecil. Roy memang sangat seksi, pikirnya. Di tambah dengan lembaran rambut keperakan yang muncul di antara sisiran rambut Roy yang rapi. Rambut perak itu seakan disusun untuk memberi warna kedewasaan baru pada diri Roy. “Sudah tidu

  • Gadis Penari Sang Presdir   294. Menungguku Pulang

    “Kenapa dia jadi berubah begitu? Biasanya dia ramah denganku. Ramah dan santai. Sering cerita macam-macam soal pengalamannya kuliah di luar negeri. Tapi … tapi tadi terlalu kaku,” Sahara menoleh ke belakang tempat di mana seorang pria muda yang baru menyapanya dengan sebutan ‘Nyonya Smith’ menghilang. “Karena dia sudah memahami di mana posisinya sekarang. Bisa jadi ayahnya sudah menceritakan padanya bahwa mereka butuh untuk tetap bekerja sama dengan perusahaanku. Ini kelasmu, kan?” Roy menghentikan langkahnya di depan kelas yang bahkan Sahara juga lupa.Sahara menghentikan langkahnya di depan ruangan yang memang kelasnya. Di ruangan itu tak ada dua gadis yang dicarinya. Hanya ada teman yang tak bisa dikatakan benar-benar teman.“Mencari teman-temanmu? Mereka ada di kafetaria,” seru seorang gadis dari kursinya. Sahara tidak terlalu sering bicara dengan gadis itu. Dan gadis itu pun jarang bicara dengan siapa pun. “Hamil anak pertama? Kamu makin cantik, Ra.” Sahara sedikit terkesima. B

  • Gadis Penari Sang Presdir   293. Menjelang Kelahiran

    “Apa aku harus mengantarmu?" Roy meraih jas di tiang besi dan memakainya. “Kamu tidak boleh berangkat sendirian,” sambungnya.Sahara tak langsung menjawab pertanyaan suaminya karena masih sibuk mematut tubuh pada cermin besar di sudut kamar. Tangannya mengusap perut berkali-kali. Hal yang membuat bentuk kehamilannya terlihat jelas.“Perutku besar banget. Ya, Tuhan … kapan lagi aku bisa langsing,” gumam Sahara. Kali ini tangannya berada di bawah perut seakan menopang kehamilannya yang dalam waktu dua minggu lagi akan segera berakhir.“Oke, kalau begitu aku akan mengantarmu. Ayo, kita turun sekarang. Jangan bicarakan lagi soal kapan akan kembali langsing.” Sahara memandang Roy dari pantulan cermin dengan mulut mencebik. Sahara sudah cukup lama tidak datang ke kampusnya. Rini mengurus soal pembelajaran jarak jauhnya dengan baik sekali. Namun, untuk pengambilan nilai di akhir semester Sahara mengatakan ingin datang ke kampus menemui dua temannya. Dan dengan usia kehamilan yang bisa membu

  • Gadis Penari Sang Presdir   292. Percakapan Berdansa

    Resepsi pernikahan Herbert dan Letta dilaksanakan di taman sebuah resor pinggiran kota. Roy mendanai lebih dari setengah biaya yang dikeluarkan untuk resepsi itu. Walau dia dengan tegas mengatakan akan menanggung semua, tampaknya Herbert dan Letta berusaha keras untuk meyakinkannya bahwa mereka juga punya tabungan. Malam itu Roy meminta staf khususnya untuk menjadi supir dan ajudan pribadi sebagai pengganti Novan dan Herbert. Dua orang babysitter turut menyertai langkah mereka saat memasuki venue. Sabina dan Elara melangkah ceria dengan gaun berwarna sama dengan Sahara, dalam genggaman tangan masing-masing pengasuhnya.“Cantik sekali dekorasinya,” ucap Sahara.“Kamu sedang memuji wanita yang membuatmu cemburu,” kata Roy mengingatkan.“Aku tidak terlalu buta melihat kelebihan orang lain meskipun aku tak menyukainya. Aku hanya mencoba realistis,” bisik Sahara.“Realistis,” ulang Roy.“Kalau aku tidak realistis, mungkin aku akan berpindah kamar saat mengetahui kalau wanita itu pernah ti

  • Gadis Penari Sang Presdir   291. Mengenalku Luar Dalam

    Novan melambatkan laju mobil saat tiba di jalan yang kanan-kirinya dipenuhi pohon jati. Mereka hampir tiba di gerbang besi tinggi. Setidaknya dia harus memberi waktu kepada atasannya untuk berpakaian dengan benar sebelum turun dari mobil nanti.Tiba di depan teras samping, Novan bahkan tak perlu turun untuk membukakan pintu mobil. Roy langsung keluar dan berjalan tergesa sambil memeluk Sahara yang terkikik-kikik dengan buket bunga dalam dekapannya. Keduanya langsung menuju anak tangga terbawah.“Seperti sepasang remaja jatuh cinta,” gumam Novan, lanjut melajukan mobil ke bagian belakang rumah.Langkah kaki Roy dan Sahara melambat di anak tangga paling atas. Keduanya kembali berciuman cukup lama. Sahara yang sedang mendekap bunga, membuka satu-persatu sepatunya tanpa melepaskan bibir dari pagutan Roy. Tubuh Sahara membelakangi pintu kamar dengan langkah kakinya yang mundur merangsek mendekati kamar yang dituju Roy.Malam itu, Sahara bahkan lupa dengan mualnya. Lupa bahwa biasanya pukul

  • Gadis Penari Sang Presdir   290. Penyatuan Kebahagiaan

    Tak salah lagi kalau malam itu menjadi perjalanan pulang dari suatu tempat ke rumah yang terasa paling singkat dirasa Roy dan Sahara. Novan ternyata tak sampai menjemput atasannya ke dalam. Roy dan Sahara berada di depan lift lantai mezanin. “Tidak menunggu sampai selesai, Sir?” tanya Novan saat beradu pandang dari pintu lift yang terbuka. “Acara selanjutnya kuserahkan pada Herbert. Aku menjamin kalau Letta tak akan berani menolak lamaran itu. Letta pasti cukup sadar bahwa Herbert dipinjamkan nyaris seisi gedung hanya untuk melamarnya,” Roy memeluk pinggang Sahara dan membawa wanita itu masuk ke dalam lift. Novan mengangkat bahu. Benar juga. Saat atasan calon pengantin meminjamkan gedung untuk prosesi kebahagiaan mereka, apa salah satunya akan bertingkah? Mustahil, pikir Novan. Dia yang tadi keluar sejenak untuk menahan tombol lift, masuk kembali untuk membawa Roy dan Sahara kembali ke basement. Mobil yang ditumpangi mereka baru meninggalkan basement gedung. Roy mengatakan pada Nov

DMCA.com Protection Status