Home / CEO / Gadis Penari Sang Presdir / 226. Hentikan Ucapanmu

Share

226. Hentikan Ucapanmu

Author: juskelapa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Klub yang dipilih Novan adalah sebuah klub yang terletak di lantai teratas sebuah menara. Persis di seberang pintu masuk klub terdapat restoran Italia yang pencahayaannya dibuat remang-remang untuk menonjolkan suasana romantis.

Novan berjalan mendahului untuk menunjukkan tempat yang sudah dipilihnya siang tadi.

“Sebelah sini, Sir. Meja kita berada di atas sana,” kata Novan seraya menunjukkan sofa tinggi berbentuk setengah lingkaran yang terletak lebih tinggi dibanding kursi-kursi besi di depan panggung.

“Saya sudah menghubungi PR (Public Relations) yang menangani pemesanan. Dia sedang menuju ke sini,” jelas Novan saat menjajari langkah Roy.

Sofa tinggi berbentuk lingkaran itu tertutup dengan tirai-tirai putih tipis. Dalam pencahayaan klub yang minim, kemungkinan besar aktifitas yang di balik tirai akan tersamar.

Tiga orang wanita datang mendekati meja dan

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (27)
goodnovel comment avatar
Daanii Irsyad Aufa
ngurusin orang bgt, udah bener hidup loe?
goodnovel comment avatar
App Putri Chinar
mau kuburan.....atau rumah sakit...... hajaaarrrr oomm
goodnovel comment avatar
Puput Gendis
ksh bogem om msa diam ajh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gadis Penari Sang Presdir   227. Jangan Hina Istriku

    Pikiran Roy sedang berpindah-pindah dengan cepat. Sedetik pikirannya terfokus pada Zheng Huang yang sedang meraba paha seorang wanita di sebelahnya, detik berikutnya berpindah pada pelayan pria yang menaruh butir es batu terlalu banyak ke gelas Zheng Huang, lalu fokusnya berpindah pada Novan yang sedang berbicara dengan seorang wanita.Karena berada di tepi sofa tempat terkumpulnya tirai putih yang menyelubungi, Roy tak melihat wajah wanita yang berbicara dengan Novan. Mungkin itu adalah Public Relations yang dimaksud Novan tadi, pikirnya.Zheng Huang ternyata tak berbohong. Pria tua itu benar-benar menikmati waktu bersama wanita Asia dan Eropa yang dimintanya. Dua pegawai pria Zheng Huang pun terlihat mengangguk-anggukkan kepala mengikuti musik tanda mereka terhanyut dalam euforia klub.Lalu Novan bertanya soal berapa lama mereka akan berada di sana. Waktu pemesanan pertama hanya tiga jam. Roy sudah menyepakati hal itu

  • Gadis Penari Sang Presdir   228. Malam Bersenang-senang

    Beberapa saat sebelum Roy meminta Novan dan Herbert menyeret Billy ke basement. Di rumah, Sahara sedang gelisah luar biasa. Berkali-kali melihat ponselnya dan mengetuk layar sambil bersungut-sungut. “Mereka tetap pergi, kan, Miss? Mereka pasti berada di klub. Gimana kalau aku datang ke klub dan menyeret suamiku keluar?” tanya Sahara pada Rini yang duduk tak jauh darinya. Rini menggeleng, "Jangan bertingkah seperti itu. Kamu tidak akan tidur seminggu kalau sampai melihat Roy marah." Di tangan Rini ada alat menyulam yang dia belikan untuk Sahara untuk menyibukkan wanita itu. Tapi, Sahara hanya menghabiskan waktu sepuluh menit pertamanya mengikuti motif dan menyulamnya dengan benar. Menit berikutnya Sahara meletakkan alat menyulam ke meja dengan mulut mengerucut. “Sekarang udah ada mesin, kenapa aku harus capek-capek menyulam sapu tangan suamiku? Roy pasti enggak akan mau make hasil sulamanku. S

  • Gadis Penari Sang Presdir   229. Berita Dari Herbert

    Billy masih terduduk di bawah tiang, empat orang pria keluar dari lift tempat mereka datang tadi. Billy langsung berdiri karena merasa posisinya di atas angin. Kedatangan teman-temannya bagai menjadi sebuah tenaga baru baginya. Dua orang langsung berlari menuju Novan. Novan merunduk dan mendekap satu pria untuk langsung dibalik dan dibantingkan tubuhnya. “Uuugh ….” Roy meringis melihat tubuh seorang pria yang melengkung usai dibanting Novan. Di waktu bersamaan, Herbert menendang kaki pria yang baru mendekat padanya. Pria itu terhuyung dan punggungnya menghantam bagian depan mobil yang terparkir di dekat mereka. Tak jauh dari Herbert, Roy diserbu dua pria sekaligus. Inke terlihat baru saja keluar dari lift menyusul mereka. Wanita itu berlari tertatih-tatih dengan sepatu tingginya. Wajah wanita itu terlihat khawatir saat memandang Billy, saat itu Roy langsung mengambil kesimpulan kalau Inke mem

  • Gadis Penari Sang Presdir   230. Akhir Pertengkaran

    Roy masuk dari teras samping hampir pukul satu pagi. Matanya langsung tertuju pada jendela-jendela besar yang seolah menatapnya dengan raut muram. Dalam sekejab saja istrinya sudah menelanjangi semua jendela dan membiarkannya begitu saja. Roy menggeleng pelan seraya menaiki tangga.Dari bayangan lantai pintu kamar, Roy melihat cahaya lampu kamar sudah berubah menjadi kuning temaram. Istrinya pasti sudah tidur sambil menutup selimut ke setengah wajahnya.Roy memutar pegangan pintu dengan sangat pelan. Meminimalisir suara agar tak mengganggu Sahara. Namun, saat pintu terayun dan dia melongokkan kepala ke ranjang, jantungnya mencelos melihat Sahara berbaring menghadap pintu dan menatap tajam padanya.“Aku kira sudah tidur,” kata Roy.“Berharap aku tidur biar masalah kita selesai gitu aja?”“Aku tidak mengatakan hal seperti itu. Dan tidak merasa kalau kita memiliki masalah. Sudah dini hari, jangan memulai perte

  • Gadis Penari Sang Presdir   231. Aku Ulangi

    Roy dengan sangat percaya diri akan mengatakan kalau Sahara sangat mencintainya. Begitu pula dengan dia sendiri. Saat mengusap air mata dari pipi istrinya, Roy menatap sorot mata naif itu. Yang membuatnya jatuh semakin dalam dan tidak berdaya dari hari ke hari. Mata cantik itu mengerjap menatapnya. Bulu mata yang panjang dan tebal milik Sahara masih terlihat basah karena sisa air mata. Dalam hati, Roy belum berhenti mengutuk dirinya sendiri karena membentak wanita itu, calon ibu dari anaknya. Andai saja ibunya tahu, wanita yang melahirkannya itu pasti tak akan segan melemparkan selusin koleksi piring antik ke arahnya. Semoga Sahara tidak mengadukan pertengkaran mereka barusan, harap Roy dalam hati. “Maafkan aku,” ucap Roy lagi saat pelukan mereka terlepas. Tangannya merapikan helai rambut yang masih menempel di pipi istrinya. “Beberapa jam tadi aku memang berada di klub. Aku baru duduk sebentar dan seseorang datang menghampiri. Selanjutnya … kamu bisa menebak a

  • Gadis Penari Sang Presdir   232. Menjeratmu Dalam Pelukanku

    Sahara menyadari mata Roy tertuju pada dadanya yang bergerak sedikit gaduh saat terlepas dari gaun tidur yang bagian sekelilingnya semakin mengetat. Sepasang benda itu seakan terlepas dari kungkungan yang menyesakkan. Roy mendekatkan tubuh mereka. Mengusapkan ibu jari di puncak payudaranya. “Aku semakin menyukai bentuknya,” ucap Roy dengan suara parau. “Jangan memujinya berlebihan. Kurasa putingku terlalu kecil untuk menyusui. Aku melihat banyak video ibu menyusui dan putingnya lebih besar. Sementara aku … kurasa bayi kita—” “Aku sedang tidak membicarakan hal itu. Aku menyukai tiap jengkal tubuhmu. Kita akan memikirkan soal itu nanti." Roy bangkit dan membuka satu kancing kemejanya dan langsung menariknya melewati kepala. Membuka pengait celana dan menanggalkannya di bawah tatapan Sahara yang tak mengedip. Roy melepaskan semua yang dikenakannya. Tumpukan pakaian itu dia singkirkan ke sudut ranjang dengan satu gerakan. Ponsel dan jam tangan disus

  • Gadis Penari Sang Presdir   233. Leburan Hasrat

    Roy bisa membuktikan bahwa gairah Sahara sama besar dengannya. Wanita itu merintih halus seraya menggeliat. Meletakkan pinggulnya pada posisi ternyaman agar bisa merasakan bagian tubuh mereka menyatu dengan sempurna.Sahara merangkulkan kakinya lebih tinggi agar tersangkut di pinggul Roy. Pria itu menarik tubuhnya sedikit, seperti sengaja ingin menggodanya. Lalu kembali mendorong dalam dan kuat. Desahan keras meluncur dari bibirnya. Roy seketika menyesap bahunya saat mendengar suara desahan itu. Roy lalu bergerak perlahan, Seakan berusaha menjangkau tiap sudut dalam tubuhnya.Walau bantal perut mini berada di sisi kirinya, napas Sahara dengan cepat terengah. Perutnya terasa mengetat dan bayi mereka seperti menggeliat di dalam perutnya. Roy mengait satu pahanya agar tetap terbuka. Hunjaman Roy memenuhi dirinya semakin dalam. Erangan bercampur desahan tak kuasa lagi untuk ditahan. Rasa malu terbang begitu saja. Roy menyelipkan satu tangan di bawah lengannya yang me

  • Gadis Penari Sang Presdir   234. Pertunjukan Pagi

    “Ayo, bangkit sebentar.” Roy mengulurkan tangannya dari tepi ranjang dan masih dalam keadaan telanjang.Sahara mencoba mengabaikan bagian tubuh suaminya yang terlihat normal tak memiliki emosi. Tapi bagian tubuh Roy seakan memiliki magnet. Dia bangkit dari ranjang dengan pandangan tertuju pada kemaskulinan suaminya. Bagian tubuh pria yang satu itu memang membawa banyak rasa penasaran buat Sahara. Di usia semuda itu, matanya minim pengalaman dan selalu mau tahu banyak hal.“Jangan terlalu dilihat. Kamu sudah mengatakan capek tadi,” kata Roy santai, memegangi lengan Sahara dan menarik selimut untuk menutup seluruh permukaan ranjang.“Aku mau pakai piyama,” kata Sahara.“Tak perlu. Suhu ruangan ini sudah pas untukmu. Berbaring di dalam selimut ditambah pelukanku sudah cukup hangat. Aku semakin suka melihat tubuhmu. Jangan berpakaian setidaknya sampai bayiku lahir. Di luar negeri, tidur telanjang sudah sangat biasa. J

Latest chapter

  • Gadis Penari Sang Presdir   298. Hunian Baru (TAMAT)

    Suatu tempat di Pulau Bali. Roy baru saja menginjak usia empat puluh tujuh tahun saat itu. Matahari baru saja melorot dari puncak kepala saat Roy baru saja tiba dari Jakarta setelah hari terakhir rapat evaluasi tahunan. Pagi tadi dia mengunjungi kantor hanya untuk menutup agenda tahunan itu dengan sebuah pidato singkat, lalu kembali terburu-buru menuju airport untuk pulang ke rumah. Siang itu Novan melepasnya di airport dengan senyum simpul berkata, “Senang bisa melihat Anda dalam balutan jas setelah sekian lama. Saya benar-benar merindukan pemandangan ini.” Roy ikut memandang tubuhnya dari atas ke bawah. Memang benar. Dia sendiri terkadang merindukan saat-saat menyimpul dasinya dengan simetris dan meletakkan penjepit emas di bagian tengah. “Aku juga merindukan saat-saat harus berdandan rapi dan mentereng hanya untuk ke rapat harian. Tapi setelah lima hari di kota ini, aku lebih merindukan anak istriku,” sahut Roy tersenyum tipis. “Anda lebih santai dan terlihat lebih bahagia,” u

  • Gadis Penari Sang Presdir   297. Puncak Rasa Lengkap

    Roy mendorong paha Sahara agar membuka untuk dirinya. Lalu jemarinya tiba lebih dulu di bawah sana.Sahara memejamkan mata. Jemari Roy menuntunnya untuk terus membuka diri. Dia menikmati bagaimana jari Roy mengusapnya, menekannya dan membuatnya seakan terbang sejenak. Sahara menggeliat. Lalu tubuhnya menegang sejenak saat merasakan puncak kemaskulinan Roy mengusapnya. Mulut Sahara setengah ternganga menantikan dan tak lama lenguhan halus meluncur keluar dari bibirnya. Roy masuk perlahan, mendorong dan mengisi tubuhnya perlahan-lahan. “Mmmm,” lirih Sahara, menarik napas dan semakin melengkungkan tubuh untuk menerima Roy sepenuhnya.Telinga Sahara bisa mendengar napas Roy yang keras dan kasar. Seakan Roy merasakan kenikmatan yang sangat kuat hingga pria itu terlihat seperti kesakitan.Sahara memekik tertahan ketika jemari Roy kembali terjulur dan memijat di mana tempat mereka bersatu. Dia memang ingin disentuh di bagian itu. Sahara merintih. Tak lama serbuan kenikmatan itu berkumpul da

  • Gadis Penari Sang Presdir   296. Aku Mencintaimu, Sahara

    Dari ruang kerjanya di lantai satu, Roy tak lagi mendengar suara-suara dari luar. Ia baru saja membongkar lemari besinya dan mengambil beberapa lembar foto yang disukainya.“Akhirnya aku bisa meletakkan ini dalam pigura. Sungguh, aku baru sadar kalau aku sudah jatuh cinta padamu saat itu.” Roy memandang pigura foto berukuran jumbo yang baru saja disisipkannya foto Sahara. Foto ketika Sahara berulang tahun ketujuh belas sedang memeluk sebuket baby breath mengenakan blouse berwarna kuning. Dua hal yang paling disukai Roy sampai sekarang. Sahara mengenakan pakaian berwarna kuning dan tersenyum memeluk buket bunganya.Roy kembali memasukkan semua isi lemari besinya, lalu keluar ruangan itu dengan empat buah foto di tangannya. Tujuannya selanjutnya adalah kamar tidur. Sahara mungkin sudah terlelap kembali dan akan bangun tengah malam nanti. Dia akan memeluk istrinya seraya menunggu kantuk.“Lagi banyak pekerjaan, ya?” Sahara langsung menoleh saat pintu kamar terbuka.“Aku sengaja meningga

  • Gadis Penari Sang Presdir   295. Menyambut Pendatang Baru

    “Aku kira sudah tidur,” ucap Roy, membungkuk di atas pipi Sahara dan menenggelamkan hidungnya. “Jangan basa-basi. Kamu pasti tahu kalau aku sedang menunggu. Aku ngantuk, tapi mau tidur nanggung,” ucap Sahara, meletakkan telapak tangan kirinya ke pipi Roy. “Baiklah, aku mandi sekarang. Minggu depan aku sudah bersiap menyambut tangis bayi yang ingin menyusu di tengah malam.” Roy meninggalkan Sahara di ranjang dan pergi ke ruang ganti. Saat melintasi kamar dengan balutan bath robe, dia sengaja mengerling Sahara yang mengerjapkan matanya terkantuk-kantuk. Saat keran air menyala, Sahara mengeratkan pelukannya pada guling. Pandangannya cermat memperhatikan siluet tubuh Roy di balik dinding kaca yang beruap. Bahu yang lebar, lengan yang berisi dan pinggul yang kecil. Roy memang sangat seksi, pikirnya. Di tambah dengan lembaran rambut keperakan yang muncul di antara sisiran rambut Roy yang rapi. Rambut perak itu seakan disusun untuk memberi warna kedewasaan baru pada diri Roy. “Sudah tidu

  • Gadis Penari Sang Presdir   294. Menungguku Pulang

    “Kenapa dia jadi berubah begitu? Biasanya dia ramah denganku. Ramah dan santai. Sering cerita macam-macam soal pengalamannya kuliah di luar negeri. Tapi … tapi tadi terlalu kaku,” Sahara menoleh ke belakang tempat di mana seorang pria muda yang baru menyapanya dengan sebutan ‘Nyonya Smith’ menghilang. “Karena dia sudah memahami di mana posisinya sekarang. Bisa jadi ayahnya sudah menceritakan padanya bahwa mereka butuh untuk tetap bekerja sama dengan perusahaanku. Ini kelasmu, kan?” Roy menghentikan langkahnya di depan kelas yang bahkan Sahara juga lupa.Sahara menghentikan langkahnya di depan ruangan yang memang kelasnya. Di ruangan itu tak ada dua gadis yang dicarinya. Hanya ada teman yang tak bisa dikatakan benar-benar teman.“Mencari teman-temanmu? Mereka ada di kafetaria,” seru seorang gadis dari kursinya. Sahara tidak terlalu sering bicara dengan gadis itu. Dan gadis itu pun jarang bicara dengan siapa pun. “Hamil anak pertama? Kamu makin cantik, Ra.” Sahara sedikit terkesima. B

  • Gadis Penari Sang Presdir   293. Menjelang Kelahiran

    “Apa aku harus mengantarmu?" Roy meraih jas di tiang besi dan memakainya. “Kamu tidak boleh berangkat sendirian,” sambungnya.Sahara tak langsung menjawab pertanyaan suaminya karena masih sibuk mematut tubuh pada cermin besar di sudut kamar. Tangannya mengusap perut berkali-kali. Hal yang membuat bentuk kehamilannya terlihat jelas.“Perutku besar banget. Ya, Tuhan … kapan lagi aku bisa langsing,” gumam Sahara. Kali ini tangannya berada di bawah perut seakan menopang kehamilannya yang dalam waktu dua minggu lagi akan segera berakhir.“Oke, kalau begitu aku akan mengantarmu. Ayo, kita turun sekarang. Jangan bicarakan lagi soal kapan akan kembali langsing.” Sahara memandang Roy dari pantulan cermin dengan mulut mencebik. Sahara sudah cukup lama tidak datang ke kampusnya. Rini mengurus soal pembelajaran jarak jauhnya dengan baik sekali. Namun, untuk pengambilan nilai di akhir semester Sahara mengatakan ingin datang ke kampus menemui dua temannya. Dan dengan usia kehamilan yang bisa membu

  • Gadis Penari Sang Presdir   292. Percakapan Berdansa

    Resepsi pernikahan Herbert dan Letta dilaksanakan di taman sebuah resor pinggiran kota. Roy mendanai lebih dari setengah biaya yang dikeluarkan untuk resepsi itu. Walau dia dengan tegas mengatakan akan menanggung semua, tampaknya Herbert dan Letta berusaha keras untuk meyakinkannya bahwa mereka juga punya tabungan. Malam itu Roy meminta staf khususnya untuk menjadi supir dan ajudan pribadi sebagai pengganti Novan dan Herbert. Dua orang babysitter turut menyertai langkah mereka saat memasuki venue. Sabina dan Elara melangkah ceria dengan gaun berwarna sama dengan Sahara, dalam genggaman tangan masing-masing pengasuhnya.“Cantik sekali dekorasinya,” ucap Sahara.“Kamu sedang memuji wanita yang membuatmu cemburu,” kata Roy mengingatkan.“Aku tidak terlalu buta melihat kelebihan orang lain meskipun aku tak menyukainya. Aku hanya mencoba realistis,” bisik Sahara.“Realistis,” ulang Roy.“Kalau aku tidak realistis, mungkin aku akan berpindah kamar saat mengetahui kalau wanita itu pernah ti

  • Gadis Penari Sang Presdir   291. Mengenalku Luar Dalam

    Novan melambatkan laju mobil saat tiba di jalan yang kanan-kirinya dipenuhi pohon jati. Mereka hampir tiba di gerbang besi tinggi. Setidaknya dia harus memberi waktu kepada atasannya untuk berpakaian dengan benar sebelum turun dari mobil nanti.Tiba di depan teras samping, Novan bahkan tak perlu turun untuk membukakan pintu mobil. Roy langsung keluar dan berjalan tergesa sambil memeluk Sahara yang terkikik-kikik dengan buket bunga dalam dekapannya. Keduanya langsung menuju anak tangga terbawah.“Seperti sepasang remaja jatuh cinta,” gumam Novan, lanjut melajukan mobil ke bagian belakang rumah.Langkah kaki Roy dan Sahara melambat di anak tangga paling atas. Keduanya kembali berciuman cukup lama. Sahara yang sedang mendekap bunga, membuka satu-persatu sepatunya tanpa melepaskan bibir dari pagutan Roy. Tubuh Sahara membelakangi pintu kamar dengan langkah kakinya yang mundur merangsek mendekati kamar yang dituju Roy.Malam itu, Sahara bahkan lupa dengan mualnya. Lupa bahwa biasanya pukul

  • Gadis Penari Sang Presdir   290. Penyatuan Kebahagiaan

    Tak salah lagi kalau malam itu menjadi perjalanan pulang dari suatu tempat ke rumah yang terasa paling singkat dirasa Roy dan Sahara. Novan ternyata tak sampai menjemput atasannya ke dalam. Roy dan Sahara berada di depan lift lantai mezanin. “Tidak menunggu sampai selesai, Sir?” tanya Novan saat beradu pandang dari pintu lift yang terbuka. “Acara selanjutnya kuserahkan pada Herbert. Aku menjamin kalau Letta tak akan berani menolak lamaran itu. Letta pasti cukup sadar bahwa Herbert dipinjamkan nyaris seisi gedung hanya untuk melamarnya,” Roy memeluk pinggang Sahara dan membawa wanita itu masuk ke dalam lift. Novan mengangkat bahu. Benar juga. Saat atasan calon pengantin meminjamkan gedung untuk prosesi kebahagiaan mereka, apa salah satunya akan bertingkah? Mustahil, pikir Novan. Dia yang tadi keluar sejenak untuk menahan tombol lift, masuk kembali untuk membawa Roy dan Sahara kembali ke basement. Mobil yang ditumpangi mereka baru meninggalkan basement gedung. Roy mengatakan pada Nov

DMCA.com Protection Status