Home / CEO / Gadis Penari Sang Presdir / 160. Kedatangan dan Keberangkatan

Share

160. Kedatangan dan Keberangkatan

Author: juskelapa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sahara merasa lehernya sedikit kaku dan punggungnya pegal. Walau menempati kursi kelas bisnis yang bisa meluruskan kaki saat tidur, tetap saja rasanya beda dengan ranjang. Pramugari baru saja mengumumkan bahwa pesawat akan mendarat sesaat lagi. Pandangannya beralih ke luar jendela. Hanya terlihat tumpukan awan yang menyerupai ranjang.

Menyerupai ranjang?

Sahara mengembuskan napas panjang, seraya melipat selimut yang sudah selesai dia gunakan. Membenarkan letak tas yang dipangkunya, lalu kembali memandang ke luar jendela. Tangannya mengusap perut perlahan. Sergio di sebelahnya juga sedang memandang ke luar jendela dengan sisi yang berbeda. Sahara menyukai pria itu. Tak banyak bicara dan melakukan pekerjaannya dengan sepenuh hati.

Pikirannya kembali ke kamar Roy. Dia rindu ranjang besar tempatnya biasa bergulung dan memandangi Roy yang berdiri telanjang di balik kaca kamar mandi buram karena uap air hangat yang sedan

juskelapa

Terima kasih masih mengikuti GPSP sampai saat ini. Besok akan di -update lebih banyak. Saya menyisipkan sedikit bahasa Inggris demi kenikmatan saya menulis novel dan mempertegas diksi tertentu . Bagi yang kenikmatan membacanya terganggu, silakan diskip langsung ke bahasa Indonesia. Just make it simple. Kita sudah sama-sama dewasa. Seperti yang saya katakan sebelumnya, jika terdapat beberapa kesalahan PUEBI dan penempatan, akan diperbaiki setelah isi part dibaca ulang dan direview editor. Juga .... FYI, sedikit penambahan arti kata tidak berpengaruh pada jumlah koin yang pembaca keluarkan. Kenyamanan pembaca adalah yang utama. Tapi kenyamanan saya juga sangat penting. :V Salam sayang buat Boeboo kos-kosan kandang ayam yang sudah jauh-jauh mendukung juskelapa sampai ke sini.

| 6
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (43)
goodnovel comment avatar
Puspita Adi Pratiwi
sahara sdah d jmput 2 orangnx thomas
goodnovel comment avatar
ghaurii
sekarang juga masih suka baca lagi ulang2. gak tau klo novel mbak njuss gak pernah bisa move on ...sehat selalu mbak njuss
goodnovel comment avatar
Wulan Julia
ggp njuss walau kurang paham ma enggres..tp tetep dibaca juga cz itung² blajar juga kan.. Slam kompak slalu buat boebok kandang ayam..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gadis Penari Sang Presdir   161. Tugas Rini

    Rini berjalan hilir mudik di depan ruang ICU dengan sebuah laptop milik Novan yang diletakkannya di kursi besi. Sesekali dia berjongkok dan mengetikkan sesuatu di laptop. Setelah melihat layar kembali melakukan penolakan, dia kembali berdiri dan mengumpat. Kemarin Roy mengiriminya file yang berisi beberapa lembar rincian rencana yang disusun pria itu secara mendadak. Pada akhir pesan Roy, pria itu menyertakan sederet angka kombinasi untuk membuka laptop Novan. Rini tak tahu dari mana Roy mendapatkan angka-angka itu. Saat mencobanya satu persatu, otaknya ikut bekerja dengan menebak angka apa yang dijadikan Roy sebagai ide. Beberapa terlihat seperti tanggal. Dia kembali berpikir keras. Adakah hari-hari spesial yang dilalui Roy bersama Novan yang tidak dia ketahui? Lebih selusin mengetik angka yang disarankan Roy, Rini kembali bersungut-sungut pada laptop Novan. Dia menutup agenda dan membantingnya ke kursi dengan rau

  • Gadis Penari Sang Presdir   162. Kalian Baik-baik Saja?

    “Selamat datang di Sao Paulo. Kita akan langsung menuju hotel di mana kantor Tuan Thomas Sebastian Spencer berada. Jangan kecewa karena hotel ini bukan berada di Avenida Paulista. Meski jauh dari distrik bisnis terbesar di kota ini, hotel orang tua Anda cukup terkenal dan megah di Santo Andre.” Seorang pria yang duduk di sebelah supir berbicara dalam bahasa Inggris yang sedikit dimengerti oleh Sahara. Bersyukur karena Roy menyekolahkannya di sekolah swasta terbaik yang cukup mahal. Sahara mengabaikan penjelasan soal kota yang baru disebutkan oleh pria di depannya. Awal tadi, dia mengira kalau kedua pria itu adalah suruhan ayahnya. Tapi ternyata, penyebab perdebatan Sergio beberapa saat yang lalu sudah terjelaskan. “Simpan ponselmu, Sergio. Jangan hubungi Tuan Spencer sebelum Tuan Thomas berbicara dengan adiknya. Katanya dia tak sabar ingin reuni keluarga. Tuan Thomas akan membawa adiknya pulang dan memperkenalkanny

  • Gadis Penari Sang Presdir   163. Kabar Novan

    “Ini gila—gila,” bisik Rini, membuka semua email dari mendiang Irfan. Dia mengunduh semua berkas dan menyimpannya ke dalam sebuah folder di cloud. “Lalu—lalu? Apa lagi yang diminta Roy tadi?” Rini merasa seluruh tubuhnya gatal-gatal karena rasa panik diburu waktu. “Oh, lihat rencana—lihat rencana,” ucap Rini sendirian, merogoh kantong sweater-nya lagi. “Bu Rini, diminta Pak Novan masuk ke dalam," seru perawat dari pintu ruang ICU. “Novan? Sudah selesai diperiksa? Bagaimana, Sus? Mana dokternya?” Rini melongok ke balik dinding kaca dan tak melihat dokter yang memeriksa Novan tadi. “Dokter baru keluar. Hasil pemeriksaan Pak Novan semuanya baik. Tidak linglung. Sadar situasi sekeliling dan bisa menceritakan kejadian terakhir yang menimpanya. Selesai masa observasi, Pak Novan bakal dipindahkan ke ruang rawat biasa. Sekarang Pak Novan mau bertemu istrinya,” jelas Perawat. Pe

  • Gadis Penari Sang Presdir   164. Memilih Rencana

    “Biar aku yang mengerjakan. Kamu belum pulih. Lebih baik berkonsentrasi menumbuhkan rambutmu yang dicukur karena operasi itu,” kata Rini, menarik laptop dari pangkuan Novan. “Aku bisa. Harus aku yang mengerjakannya. Urutan rencana ini tertulis sampai PLAN D.” Novan mengetuk layar laptop. “Kamu tahu sendiri Pak Roy pasti memikirkan semua kemungkinan sampai ke hal terkecil. Dan aku masuk dalam PLAN A, Rin. Sebelum berangkat dia masih berharap penuh aku segera bangun. Jadi … harus aku yang mengerjakannya.” Novan kembali mengambil laptop dan memangkunya. “Apa yang dilakukan Pak Roy pertama kali? Menjemput Sahara? Di mana?” Rini menjengukkan kepalanya memandang layar. “Sabar. Aku harus menyusun kronologi kejadian dari awal sampai akhir. Disertai dengan bukti-bukti lengkap yang kita peroleh dari Irfan,” kata Novan. “Kalau kamu nggak bangun dan laptop belum bisa dibuka, apa bukti yang harus aku sert

  • Gadis Penari Sang Presdir   165. Thomas Yang Terkecoh

    Gerbang terbuka, mobil terus berjalan perlahan melewati halaman. Melewati bangunan besar dan melewati taman belakang yang sangat luas. Mobil belum juga berhenti. Sahara menoleh sekeliling. Melihat berapa lapis gerbang yang mereka lewati, sampai tiba di depan sebuah air mancur kecil dengan patung cupid yang menumpahkan air dari mulutnya.“Turunlah,” pinta pria yang berada di belakang kemudi.“Talita, ayo.” Sergio menggamit lengan Sahara dan cepat-cepat turun. Memutari mobil dan menuju bagasi mengambil tas pakaian mereka.“Ayo—ayo, cepat.” Sergio mendahului Sahara seolah khawatir dua pria di belakang mereka akan berubah pikiran.Sahara melirik tas pakaiannya yang tak tertutup rapat. Entah apa yang dicari Thomas di antara barang bawaannya.Sergio berjalan cepat melewati seorang pria di ruang depan. Pria itu sontak berdiri saat mereka masuk.

  • Gadis Penari Sang Presdir   166. Ikuti Permainanku

    Roy dan orang-orangnya, keluar satu persatu dari bandara dan menumpangi taksi yang berbeda. Mereka berusaha tampak tidak saling mengenal satu sama lain. Roy juga hanya mengabari segelintir pegawai soal kedatangannya. Para pekerja penduduk asli di proyeknya, tak pernah tahu siapa pemilik gedung yang sedang mereka kerjakan. Sedikit isu yang dihembuskan Ramos adalah, bahwa proyek gedung itu milik kerabat Jorge Saverin. Saat berada di dalam taksi, Roy mengeluarkan ponsel dan menyalakannya. Pesan pertama yang dilihatnya adalah pesannya untuk Sahara. Belum terkirim. Roy memutuskan tak menghubungi istrinya lagi. Khawatir kalau teleponnya malah membahayakan wanita itu. Pesan kedua yang dilihatnya dari bawah adalah pesan dari Novan. “Oh, akhirnya … plan C? Oke,” bisik Roy, mengetikkan balasan pesan untuk Novan. ‘Aku akan menjalankan PLAN C untuk merayakan kebangkitanmu.’ Roy men

  • Gadis Penari Sang Presdir   167. Menyiapkan Kejutan

    “Sepertinya Anda bukan penduduk asli sini,” kata Christine seusai pertemuan Roy dengan Goulart.Jorge Saverin jalan sambil bercakap-cakap dengan Belchior Marques Goulart mendahului Roy. Sedangkan Roy yang sedang menimbang situasi berikutnya harus bersabar menghadapi pertanyaan Christine, sekretaris Goulart yang ternyata penuh rasa ingin tahu.“Aku penduduk asli yang suka bekerja di balik layar,” sahut Roy, memaksakan seulas senyuman. Dia tiba di Guarulhos dengan setelan jas berwarna cokelat tua dan dasi berwarna krem dengan penjepit berlapis emas. Christine memandangnya seakan tak pernah melihat pria dengan setelan jas sebelumnya.“Bolehkah aku menghubungimu nanti?”—Christine menunjuk mejanya—”aku melihat nomor kontakmu di sana,” ucap Christine.Roy menggaruk dagunya dengan tangan kanan seraya menatap Christine. Bibirnya sedikit mengerucut s

  • Gadis Penari Sang Presdir   168. Kekuatan Hati Anna

    “Dad, inikah sebab Sergio keluar dari rumah?” Anna memandang Sahara. Lucio Spencer mengangguk. “Aku ingin bertemu dengan Talita sebelum aku mati. Umurku pasti tak akan lama lagi, Anna. Aku semakin sulit tidur dan tak memiliki selera makan.” “Tak boleh mengatakan hal seperti itu. Mmm … Dad, bolehkah aku lihat video itu sekarang?” tanya Anna, memandang ayah mertuanya. “Kau yakin mau melihatnya sekarang? Aku juga tak ada bayangan video itu tentang apa,” kata Lucio Spencer. “Itu tentang hal mengerikan, Papa. Mungkin akan sulit bagi iparku,” kata Sahara, memandang ayahnya. Anna mengangguk, “Aku siap,” ucapnya, berdiri dan berjalan ke balik meja kerja kecil. Ada komputer tua dengan CPU sangat besar yang sudah lama tak pernah dinyalakan. “Kuharap ini masih bisa menyala,” gumam Anna, menyambungkan kabel ke sebuah steker di dinding bagian bawah. “Anna—”

Latest chapter

  • Gadis Penari Sang Presdir   298. Hunian Baru (TAMAT)

    Suatu tempat di Pulau Bali. Roy baru saja menginjak usia empat puluh tujuh tahun saat itu. Matahari baru saja melorot dari puncak kepala saat Roy baru saja tiba dari Jakarta setelah hari terakhir rapat evaluasi tahunan. Pagi tadi dia mengunjungi kantor hanya untuk menutup agenda tahunan itu dengan sebuah pidato singkat, lalu kembali terburu-buru menuju airport untuk pulang ke rumah. Siang itu Novan melepasnya di airport dengan senyum simpul berkata, “Senang bisa melihat Anda dalam balutan jas setelah sekian lama. Saya benar-benar merindukan pemandangan ini.” Roy ikut memandang tubuhnya dari atas ke bawah. Memang benar. Dia sendiri terkadang merindukan saat-saat menyimpul dasinya dengan simetris dan meletakkan penjepit emas di bagian tengah. “Aku juga merindukan saat-saat harus berdandan rapi dan mentereng hanya untuk ke rapat harian. Tapi setelah lima hari di kota ini, aku lebih merindukan anak istriku,” sahut Roy tersenyum tipis. “Anda lebih santai dan terlihat lebih bahagia,” u

  • Gadis Penari Sang Presdir   297. Puncak Rasa Lengkap

    Roy mendorong paha Sahara agar membuka untuk dirinya. Lalu jemarinya tiba lebih dulu di bawah sana.Sahara memejamkan mata. Jemari Roy menuntunnya untuk terus membuka diri. Dia menikmati bagaimana jari Roy mengusapnya, menekannya dan membuatnya seakan terbang sejenak. Sahara menggeliat. Lalu tubuhnya menegang sejenak saat merasakan puncak kemaskulinan Roy mengusapnya. Mulut Sahara setengah ternganga menantikan dan tak lama lenguhan halus meluncur keluar dari bibirnya. Roy masuk perlahan, mendorong dan mengisi tubuhnya perlahan-lahan. “Mmmm,” lirih Sahara, menarik napas dan semakin melengkungkan tubuh untuk menerima Roy sepenuhnya.Telinga Sahara bisa mendengar napas Roy yang keras dan kasar. Seakan Roy merasakan kenikmatan yang sangat kuat hingga pria itu terlihat seperti kesakitan.Sahara memekik tertahan ketika jemari Roy kembali terjulur dan memijat di mana tempat mereka bersatu. Dia memang ingin disentuh di bagian itu. Sahara merintih. Tak lama serbuan kenikmatan itu berkumpul da

  • Gadis Penari Sang Presdir   296. Aku Mencintaimu, Sahara

    Dari ruang kerjanya di lantai satu, Roy tak lagi mendengar suara-suara dari luar. Ia baru saja membongkar lemari besinya dan mengambil beberapa lembar foto yang disukainya.“Akhirnya aku bisa meletakkan ini dalam pigura. Sungguh, aku baru sadar kalau aku sudah jatuh cinta padamu saat itu.” Roy memandang pigura foto berukuran jumbo yang baru saja disisipkannya foto Sahara. Foto ketika Sahara berulang tahun ketujuh belas sedang memeluk sebuket baby breath mengenakan blouse berwarna kuning. Dua hal yang paling disukai Roy sampai sekarang. Sahara mengenakan pakaian berwarna kuning dan tersenyum memeluk buket bunganya.Roy kembali memasukkan semua isi lemari besinya, lalu keluar ruangan itu dengan empat buah foto di tangannya. Tujuannya selanjutnya adalah kamar tidur. Sahara mungkin sudah terlelap kembali dan akan bangun tengah malam nanti. Dia akan memeluk istrinya seraya menunggu kantuk.“Lagi banyak pekerjaan, ya?” Sahara langsung menoleh saat pintu kamar terbuka.“Aku sengaja meningga

  • Gadis Penari Sang Presdir   295. Menyambut Pendatang Baru

    “Aku kira sudah tidur,” ucap Roy, membungkuk di atas pipi Sahara dan menenggelamkan hidungnya. “Jangan basa-basi. Kamu pasti tahu kalau aku sedang menunggu. Aku ngantuk, tapi mau tidur nanggung,” ucap Sahara, meletakkan telapak tangan kirinya ke pipi Roy. “Baiklah, aku mandi sekarang. Minggu depan aku sudah bersiap menyambut tangis bayi yang ingin menyusu di tengah malam.” Roy meninggalkan Sahara di ranjang dan pergi ke ruang ganti. Saat melintasi kamar dengan balutan bath robe, dia sengaja mengerling Sahara yang mengerjapkan matanya terkantuk-kantuk. Saat keran air menyala, Sahara mengeratkan pelukannya pada guling. Pandangannya cermat memperhatikan siluet tubuh Roy di balik dinding kaca yang beruap. Bahu yang lebar, lengan yang berisi dan pinggul yang kecil. Roy memang sangat seksi, pikirnya. Di tambah dengan lembaran rambut keperakan yang muncul di antara sisiran rambut Roy yang rapi. Rambut perak itu seakan disusun untuk memberi warna kedewasaan baru pada diri Roy. “Sudah tidu

  • Gadis Penari Sang Presdir   294. Menungguku Pulang

    “Kenapa dia jadi berubah begitu? Biasanya dia ramah denganku. Ramah dan santai. Sering cerita macam-macam soal pengalamannya kuliah di luar negeri. Tapi … tapi tadi terlalu kaku,” Sahara menoleh ke belakang tempat di mana seorang pria muda yang baru menyapanya dengan sebutan ‘Nyonya Smith’ menghilang. “Karena dia sudah memahami di mana posisinya sekarang. Bisa jadi ayahnya sudah menceritakan padanya bahwa mereka butuh untuk tetap bekerja sama dengan perusahaanku. Ini kelasmu, kan?” Roy menghentikan langkahnya di depan kelas yang bahkan Sahara juga lupa.Sahara menghentikan langkahnya di depan ruangan yang memang kelasnya. Di ruangan itu tak ada dua gadis yang dicarinya. Hanya ada teman yang tak bisa dikatakan benar-benar teman.“Mencari teman-temanmu? Mereka ada di kafetaria,” seru seorang gadis dari kursinya. Sahara tidak terlalu sering bicara dengan gadis itu. Dan gadis itu pun jarang bicara dengan siapa pun. “Hamil anak pertama? Kamu makin cantik, Ra.” Sahara sedikit terkesima. B

  • Gadis Penari Sang Presdir   293. Menjelang Kelahiran

    “Apa aku harus mengantarmu?" Roy meraih jas di tiang besi dan memakainya. “Kamu tidak boleh berangkat sendirian,” sambungnya.Sahara tak langsung menjawab pertanyaan suaminya karena masih sibuk mematut tubuh pada cermin besar di sudut kamar. Tangannya mengusap perut berkali-kali. Hal yang membuat bentuk kehamilannya terlihat jelas.“Perutku besar banget. Ya, Tuhan … kapan lagi aku bisa langsing,” gumam Sahara. Kali ini tangannya berada di bawah perut seakan menopang kehamilannya yang dalam waktu dua minggu lagi akan segera berakhir.“Oke, kalau begitu aku akan mengantarmu. Ayo, kita turun sekarang. Jangan bicarakan lagi soal kapan akan kembali langsing.” Sahara memandang Roy dari pantulan cermin dengan mulut mencebik. Sahara sudah cukup lama tidak datang ke kampusnya. Rini mengurus soal pembelajaran jarak jauhnya dengan baik sekali. Namun, untuk pengambilan nilai di akhir semester Sahara mengatakan ingin datang ke kampus menemui dua temannya. Dan dengan usia kehamilan yang bisa membu

  • Gadis Penari Sang Presdir   292. Percakapan Berdansa

    Resepsi pernikahan Herbert dan Letta dilaksanakan di taman sebuah resor pinggiran kota. Roy mendanai lebih dari setengah biaya yang dikeluarkan untuk resepsi itu. Walau dia dengan tegas mengatakan akan menanggung semua, tampaknya Herbert dan Letta berusaha keras untuk meyakinkannya bahwa mereka juga punya tabungan. Malam itu Roy meminta staf khususnya untuk menjadi supir dan ajudan pribadi sebagai pengganti Novan dan Herbert. Dua orang babysitter turut menyertai langkah mereka saat memasuki venue. Sabina dan Elara melangkah ceria dengan gaun berwarna sama dengan Sahara, dalam genggaman tangan masing-masing pengasuhnya.“Cantik sekali dekorasinya,” ucap Sahara.“Kamu sedang memuji wanita yang membuatmu cemburu,” kata Roy mengingatkan.“Aku tidak terlalu buta melihat kelebihan orang lain meskipun aku tak menyukainya. Aku hanya mencoba realistis,” bisik Sahara.“Realistis,” ulang Roy.“Kalau aku tidak realistis, mungkin aku akan berpindah kamar saat mengetahui kalau wanita itu pernah ti

  • Gadis Penari Sang Presdir   291. Mengenalku Luar Dalam

    Novan melambatkan laju mobil saat tiba di jalan yang kanan-kirinya dipenuhi pohon jati. Mereka hampir tiba di gerbang besi tinggi. Setidaknya dia harus memberi waktu kepada atasannya untuk berpakaian dengan benar sebelum turun dari mobil nanti.Tiba di depan teras samping, Novan bahkan tak perlu turun untuk membukakan pintu mobil. Roy langsung keluar dan berjalan tergesa sambil memeluk Sahara yang terkikik-kikik dengan buket bunga dalam dekapannya. Keduanya langsung menuju anak tangga terbawah.“Seperti sepasang remaja jatuh cinta,” gumam Novan, lanjut melajukan mobil ke bagian belakang rumah.Langkah kaki Roy dan Sahara melambat di anak tangga paling atas. Keduanya kembali berciuman cukup lama. Sahara yang sedang mendekap bunga, membuka satu-persatu sepatunya tanpa melepaskan bibir dari pagutan Roy. Tubuh Sahara membelakangi pintu kamar dengan langkah kakinya yang mundur merangsek mendekati kamar yang dituju Roy.Malam itu, Sahara bahkan lupa dengan mualnya. Lupa bahwa biasanya pukul

  • Gadis Penari Sang Presdir   290. Penyatuan Kebahagiaan

    Tak salah lagi kalau malam itu menjadi perjalanan pulang dari suatu tempat ke rumah yang terasa paling singkat dirasa Roy dan Sahara. Novan ternyata tak sampai menjemput atasannya ke dalam. Roy dan Sahara berada di depan lift lantai mezanin. “Tidak menunggu sampai selesai, Sir?” tanya Novan saat beradu pandang dari pintu lift yang terbuka. “Acara selanjutnya kuserahkan pada Herbert. Aku menjamin kalau Letta tak akan berani menolak lamaran itu. Letta pasti cukup sadar bahwa Herbert dipinjamkan nyaris seisi gedung hanya untuk melamarnya,” Roy memeluk pinggang Sahara dan membawa wanita itu masuk ke dalam lift. Novan mengangkat bahu. Benar juga. Saat atasan calon pengantin meminjamkan gedung untuk prosesi kebahagiaan mereka, apa salah satunya akan bertingkah? Mustahil, pikir Novan. Dia yang tadi keluar sejenak untuk menahan tombol lift, masuk kembali untuk membawa Roy dan Sahara kembali ke basement. Mobil yang ditumpangi mereka baru meninggalkan basement gedung. Roy mengatakan pada Nov

DMCA.com Protection Status