“Nak, mami lihat kamu belum makan dari pagi. Makan dulu gih mami sudah masakin nasi goreng,” kata Meli menghampiri menantunya yang sedang bekerja dari rumah. Arkana menghentikan pergerakan jarinya, ia menatap ibu mertuanya dan tersenyum lembut. “Terimakasih mam, nanti Arkana makan. Nanggung sebentar lagi selesai,” ujar Arkana. “Ya udah mami kembali ke depan ya,” kata Meli. “Iya mami,” jawab Arkana kembali melanjutkan pekerjaannya. Dari jarak delapan meter, Yasmin memperhatikan kegiatan suaminya duduk di salah satu meja laptopnya setiap hari, kecuali saat sedang bersamanya. Arkana lebih banyak diam setelah berhasil mengadakan konferensi pers secara online dua hari yang lalu, mengenai pengunduran dirinya secara resmi, tetapi banyak pijat yang tidak menyetujui keputusannya itu. Namun, Arkana tetap tidak ingin mengubah keputusannya, hingga mereka kecewa dan mengundang berbagai argumen yang tidak baik mengenai keputusan tersebut. Kini Arkana tidak lagi menyandang status sebagai tuan
“Dia emang kayak gitu kalau gak suka,” kata Yasmin memberikan makan peliharaannya alpaca. Arkana mencoba mendekati alpaca jantan, tetapi ia justru diludahi hingga membuat Arkana kesal, ia pun memberikan makanannya kepada pengasuhnya. Arkana beralih mendekati sang istri yang begitu happy memeluk alpaca betinanya sambil memberinya makan.“Kalau meimei emang baik, nih cobain kamu kasih.” Ujar Yasmin memberikan buah anggur kepada Arkana. Arkana tersenyum karena yang dikatakan istrinya benar, hewan itu begitu jinak, tidak meludahinya seperti yang jantan. Arkana mengusap bulu tebal Meimei, tetapi kedua matanya tidak teralihkan untuk melihat istrinya yang sedang memotret Meimei yang cantik, memakai pita merah di atas kepalanya. Drrr drrrPonsel Arkana di atas meja berdering membuyarkan lamunannya, Arkana segera mengambil dan mengangkat panggilan dari Tomi. “Tuan, ibu anda dan pembantu di mention and menghilang.” Ujar Tomi.“Apa? maksud kamu mommy sama bibi Anna?” Kata Arkana. “Iya tua
Perjalan Faramita dan bibi Anna seharusnya hanya memakan waktu dua jam untuk sampai di bandara internasional Swedia, namun sudah jam empat pagi mereka tidak kunjung datang. Arkana dan Tomi sudah berpatroli sejak lima jam yang lalu, tidak terlihat tanda-tanda apapun, Arkana semakin khawatir dengan mereka. Keterbatasan Arkana saat ini baru dirasakan, biasanya Arkana dengan mudah memerintah anak buahnya untuk mengerahkan pencarian, sekarang Arkan tidak bisa melakukannya karena sudah tidak memiliki kekuasaan itu. Hanya Tomi dan dua anak buah setianya. “Bagaimana ini Tomi?” Tanya Arkan frustasi.“Saya yakin tuan, tujuan mereka memang negara ini. Karena titik posisi terakhirnya di bandara internasional,” jawab Tomi.“Kita tunggu sebentar tunggu sampai jam enam pagi,” lanjut Tomi. Arkana membuang nafas lelah, harapannya begitu besar ibunya benar-benar pergi untuk menemuinya, karena sudah biasa ibunya melarikan diri kepadanya setelah bertengkar dengan Amijaya suaminya. Mereka memutuskan
Aditya mencari-cari ponsel yang berdering di waktu pagi, sebuah panggilan masuk entah kepada ponsel siapa, tetapi sumber suaranya berasal dari lemarinya sendiri. Deringan ponsel itu berulang kali, membuat aktifitas mandi Aditya terganggu karena panggilan tersebut, pria paruh baya itu terpaksa menyelesaikan madinya dengan cepat karena penasaran. Ceklek. Aditya membuka laci dan akhirnya menemukan ponsel berdering itu. “Oh ini ponselnya Yasmin yang dulu,” ujarnya menatap ponsel tersebut. Beberapa pesan dan panggilan baru masuk membuat Aditya penasaran dan membukanya. Salah satu alis Aditya terangkat, foto kedua perempuan sedang sarapan itu adalah bibi Anna dan Faramita yang sedang Arkana cari-cari.“Syukurlah mereka sudah ketemu dan baik-baik saja,” katanya kembali menyimpan ponselnya di laci. “Tapi tunggu, kenapa mengabarinya ke nomor lama? Tadi siapa namanya?” Aditya kembali mengambil ponselnya.Pria itu membaca pesan teks dan juga nama kontaknya, ternyata pengirimnya bukan Arka
Tangisan begitu menyayat hati Faramita melihat putranya tidak berdaya dengan lumuran darah di punggungnya.Seketika itu Arkana langsung tidak sadarkan diri, Tomi segera mengangkat tubuh Arkana membawanya ke dalam mobil, di ikuti Faramita. Yasmin yang masih pingsan juga dibawa ke rumah sakit, mereka meninggalkan rumah kecil itu, hanya tersisa Angel dan juga Bara yang hanya diam menatap kepergian Tomi beserta yang lainnya. “Angel,” panggil Bara mendekatinya. “Lepas, jika sesuatu terjadi pada Arkana. Aku bersumpah tidak akan pernah menemuimu lagi,” bentak Angel mendorong bahu Bara. Angel menghapus air matanya, ia membuang pistolnya dengan asal, lalu membawa kedua anak buahnya untuk menyusul Arkana ke rumah sakit. Bara membisu di tempatnya, ia tersenyum miris dengan penolakan Angel yang begitu nyata, setelah apa yang dilakukannya ternyata tidak pernah bisa luluhkan hati perempuan itu. Bahkan menembak Arkana sekalipun, tidak pernah membuat Angel teralihkan kepadanya, hanya ada Arkana
“Mami, Arkana mana? dia baik-baik saja kan mam?” Tanya Yasmin pasca sadar.“Iya Arkana baik sayang, kamu tenang oke. Jangan banyak bergerak dulu oke,” kata Meli menahan Yasmin yang ingin bangun.Yasmin menurut, ia kembali berbaring mengusap perutnya sambil mengatur nafas dengan pelan. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruang kamar, selang infusan mengalir ke tangan kanannya.Yasmin masih berada di rumah sakit, hanya ada Meli yang menemaninya saat ini. “Arkana kemana mam, kenapa dia tidak menemaniku disini?” Yasmin kembali bertanya. “Nanti mami kasih tau, sekarang makan bubur dulu dan minum obatnya ya. Kasihan baby kamu pasti lapar, apalagi mommynya.” kata Meli.Yasmin menganggukan kepala, ia membuka mulut menerima suapan dari maminya, tatapannya memperhatikan raut wajah Meli yang terlihat lelah dengan kantung mata gelap karena kurang tidur. Pastinya Meli sudah berjaga setiap waktu di sampingnya, Yasmin merasakan ada sesuatu dalam pikirannya, tetapi begitu sulit untuk mengingatn
Yasmin harus menelan pahit kenyataan hidupnya, ujian berat sedang melanda rumah tangganya, entah bagaimana ia harus menjalani semuanya tanpa Arkana. Kehamilan yang tidak normal membuat Yasmin sulit untuk mempertahankan janin kembarnya, buah hati yang mereka tunggu, kemungkinan besar akan hilang karena harus diangkat demi menyelamatkan dirinya. Namun, ia tidak putus asa begitu saja. Yasmin sudah membuat keputusan memilih untuk mempertahankan kandungannya sampai persalinan, ia tidak memikirkan apa yang akan dialaminya saat melahirkan nanti sangatlah berbahaya. Meskipun tidak ada yang menyetujui keputusannya, Yasmin tetapi bersikeras tidak akan melakukan operasi pengangkatan janin. Sehebat apapun rasa sakitnya, ia sudah berjanji akan bertahan dan melewati semua prosesnya sampai melahirkan.“Bi mami masih marah ya sama Yasmin,” tanya Yasmin menatap pintu kamarnya menunggu kedatangan Meli. “Nyonya dan tuan pulang kerumah mengambil perlengkapan kamu nak, marahnya seorang ibu itu adalah
Yasmin semakin merasakan perutnya kembali kram setiap malam, ia tidak bisa tidur karena menahan rasa sakit yang begitu hebat. Awalnya tidak ada yang tahu Yasmin mengalami kram perut setiap malam, karena Yasmin menyembunyikannya setiap kali perutnya kambuh, ia berpura-pura tidur dengan nyaman. Padahal dirinya sedang bergejolak menahan rasa sakit. Namun, kali ini Yasmin sudah tidak bisa menahannya lagi, wajahnya pucat dengan keringat dingin membasahi keningnya. Nafasnya sudah mulai terputus-putus, hanya satu kalimat yang terucap dari mulutnya. “Arkana, Arkana, Arkana,” panggilannya berulang kali dengan kedua mata tertutup memegangi perutnya. “Sayang bertahan ya, mami ada disini.” Ucap Meli menangis memegangi tangan putrinya yang lemas. “Bi dokternya mana? Lama banget,” tanya Faramita khawatir. “Mungkin sebentar lagi datang nyonya,” jawab bibi Anna juga panik. “Mas Amijaya mana lagi, kemana dia jabawab panggilannya ya.” Gerutu Faramita berusaha menghubungi suaminya. Malam ini han
Yasmin akhirnya memiliki teman dalam keluarga Amijaya, yaitu Bela. Marcel mendapatkan restu setelah Arkana kembali dan resmi kembali menjadi Tuan Muda, meskipun kehamilan palsu Bela terungkap, Amijaya tetap merestui pernikahan mereka. Begitu bahagia, Marcel akhirnya bisa menikahi Bela, pria itu sampai mengajak Arkana berlomba untuk mendapatkan anak. Padahal Yasmin dan Bela tidak ingin terburu-buru memiliki anak. Namun harapan Yasmin telah hilang, karena perempuan itu telah hamil lebih dulu akibat Arkana termakan ucapan Marcel. “Sayang bangun yuk, kita berjemur.” Ujar Arkana membangunkan istrinya dengan lembut. “Aku masih ngantuk,” rengek Yasmin memeluk guling.Arkan menarik guling sang istri, kemudian mengangkat tubuh Yasmin ke dalam gendongannya, membawanya ke kamar mandi.Seperti anak kecil yang susah dibangunkan, Arkana membasuh wajah istrinya di kamar mandi, tidak lupa menggosok gigi dalam keadaan Yasmin yang masih memejamkan mata.Setelah itu Arkana mengikat rambut Yasmin, m
Satu minggu lagi Arkana dan Yasmin akan segera pindah, segala persiapan dan penyelesaian yang sudah Arkana mulai tinggal menunggu kabar Jessica yang belum memberikan keputusan apapun, bahkan kabarnya tiba-tiba menghilang setelah pembicaraan dengan Arkana.Yasmin berusaha menghubunginya, tetapi tidak mendapatkan jawaban. Arkana sangat berharap Jessica akan kembali saat perayaan sekaligus peresmian pergantian Arkana nanti.Disamping itu Yasmin tidak sabar ingin bertemu Bela dan juga mertuanya, yang sudah menghubunginya beberapa kali, sedangkan Meli merasa sedih karena mereka akan meninggalkan rumahnya.Sebetulnya, Meli sangat berat harus berpisah dengan putrinya, ia begitu takut kejadian dulu terulang kembali.Namun, melihat antusias dan keceriaan putrinya, ia merasa sedikit lega, berusaha membuang pikiran negatifnya.“Mami dan papi ikut Yasmin aja, pindah kesana.” Pinta Yasmin.“Nanti Mami dan Papi mau tinggal dimana? rumah yang dulu sudah dijual sama Papi,” kata Meli dengan wajah cemb
“Yasmin sudah aku bilang, aku gak ada hubungan apapun sama Emeli.” Ujar Arkana dengan nada tinggi. “Kalau gak ada hubungan apapun, kenapa kamu kemarin perhatian sama dia? Udah aku bilang jangan terlalu dekat sama dia,” teriak Yasmin membalasnya. “Kamu tahu dia rekan kerja satu kantor, bagaimana bisa aku tidak dekat dengannya? Kerjasama itu membutuhkan hubungan yang baik, selain karena pekerjaan aku tidak ada hubungan apapun dengannya.” kata Arkana berusaha menahan emosinya. Pagi hari Yasmin dan Arkana sudah memulai pertengkaran hebat, teriakannya sampai terdengar ke lantai bawah, kedua orang tua Yasmin sampai khawatir karena dari kemarin hubungan Yasmin dan Arkana tidak baik-baik saja. Belum lagi Yasmin sedang terbakar api cemburu yang belum reda, hati dan pikirannya masih terbakar karena kedekatan Arkana dan Emeli. Yasmin kembali menangis, ia masih belum terima dengan kejadian di restoran, ia masih marah diliputi kecemburuan yang hebat. Sudah beberapa kalinya Yasmin menangis, m
Api cemburu semakin membakar emosi Yasmin yang menyaksikan kedekatan suaminya dengan Emeli. Yasmin berusaha menahan diri untuk tidak menyerang perempuan itu, jika saja tidak ditemani Jessica, mungkin Yasmin sudah membuat kesalahan untuk kedua kalinya. Walaupun begitu, Yasmin tidak tahan untuk meluapkan emosinya dan menangis merasakan sakit dalam dadanya. Jessica mengantarkan Yasmin pulang dalam keadaan dibanjiri air mata, tangisannya berlanjut sampai rumah membuat Meli terkejut dan menanyakannya kepada Jessica. “Anak tante sedang dilanda kecemburuan, jangan terlalu khawatir nanti juga sembuh kalau sudah baikan dengan suaminya.” Kata Jessica. “Memangnya cemburu karena apa?” Kata Meli penasaran.“Tadi di restoran, saya dan Yasmin secara diam-diam mengikuti Arkana makan siang bersama Emeli dan juga salah satu klien perusahaan, entah itu disengaja atau tidak. Arkana terlihat perhatian dan begitu dekat dengan Emeli,” jawab Jessica. “Untung dia bisa menahan emosi, tidak melabrak perem
Semenjak Dimas datang, Yasmin sering bermain ponsel dan begitu sering mengabaikan kehadiran Arkana.Arkana begitu kesal setiap kali istrinya main ponsel saat bersamanya, bahkan sekarang pun perempuan itu masih bermain ponsel, tidak peduli suaminya memperhatikannya sejak tadi. “Iya halo, ada apa Emeli?” Ujar Arkana menjawab panggilannya. Pria itu berdiri melangkahkan kaki ke walk in closet melepas pakaiannya satu persatu, sambil membicarakan pekerjaan bersama Emeli. “Tidak perlu, besok Tomi yang akan menyiapkannya.” Ujar Arkana. Di balik cermin, bayangan Yasmin sedang mengintip di balik pintu, hal itu membuat senyuman di wajah Arkana. Ternyata panggilan Emeli bisa mengalihkan istrinya, yang tadi sibuk bermain ponsel dan mengabaikannya, kini perempuan itu penasaran dengan pembicaraannya dengan Emeli. “Jika kamu tidak keberatan, kamu bisa ikut makan siang bersama klien dari Inggris, kita bisa berangkat bersama setelah melakukan meeting.” Ujar Arkana dengan suara agak keras. Yasmin
Malam ini terasa begitu panjang dan melelahkan bagi Bela, begitu banyak pelanggan yang datang memenuhi cafe tempatnya bekerja, tidak seperti malam biasanya Bela masih bisa bersantai.Pekerjaan baru di Cafe Starla cukup membantu perekonomian Bela untuk menambah pemasukan dan mencukupi keperluannya sehari-hari.Meskipun lelah bekerja, itu sudah menjadi suatu kewajiban yang harus dilakukannya, karena tidak hanya untuk mencukupi kehidupan pribadinya, Bela harus mengirim uang untuk adik-adiknya agar tidak putus sekolah.Bekerja keras memanglah tidak mudah, di usia muda Bela yang harus kuliah dan bekerja sudah menjadi rutinitasnya setiap hari.Rasa sakit kepala atau demam tidak pernah Bela manjakan, apalagi cuti bekerja, Bela selalu masuk dan memaksakan diri untuk tetap kuat dan tegar.Namun, kali ini Bela tidak bisa menahan rasa sakit di perutnya yang begitu melilit, wajahnya semakin pucat membuat rekan kerjanya khawatir dan meminta Bela untuk istirahat.“Bela lebih kamu istirahat, biar ak
“Maag ku kambuh karena telat makan, bukan karena aku hamil.” Ujar Yasmin. Awalnya Yasmin terkejut saat Arkana mengatakan dirinya sedang hamil, namun setelah dipikir-pikir lagi itu tidak mungkin karena baru saja kemarin Yasmin datang bulan.Mual dan sakit kepala memang sering terjadi saat maag kambuh, ditambah datang bulan, emosi juga tidak terkontrol karena hormon perempuan saat datang bulan tidak stabil. Wajah Arkana berubah, ia nampak kecewa mendengarnya.“Kamu marah, karena aku tidak hamil?” Ujar Yasmin saat Arkana meninggalkannya. “Tidak,” jawab Arkana. Yasmin merasa tidak enak, ia mengurungkan niatnya dan meletakan kembali ponselnya di tempat semula, ia menyusul suaminya yang berubah murung. Arkana duduk di sofa masih menggunakan handuk, berelanjang dada sambil memeriksa laptopnya. Yasmin menghampirinya lalu duduk di samping suaminya dan berkata. “Jangan terlalu dekat dengan perempuan itu, apalagi kamu bertemu tanpa mengajakku.”Arkana justru tersenyum melihat istrinya mem
“Gimana? semua yang aku suruh kamu lakukan kan?” kata Jessica.Yasmin menganggukan kepala, kemudian ia menyeruput minuman coklate hangatnya penuh kenikmatan.Secara diam-diam Yasmin kembali bertemu dengan Jessica di apartemen pria berkedok perempuan itu, hubungan Yasmin dan Jessica semakin dekat semenjak perempuan itu mengundurkan diri dari perusahaan Arkana.Yasmin tahu Arkana sedang mencari Jessica, tetapi perempuan muda itu sengaja tidak memberitahukan untuk memberikan pelajaran, jika Jessica sangatlah penting bagi Arkana.Rencana yasmin berhasil, suaminya kewalahan menangani masalah di kantor saat Jessica pergi, pria itu bahkan terlihat stres dan sering sakit karena tidak ada yang membantunya.Meskipun Yasmin selalu ada dan mensupportnya, tentu saja Arkana sangat membutuhkan sekretaris seperti Jessica, karena yasmin tidak bisa membantu Arkana dalam menangani perusahan.“Udahlah kamu cepetan balik lagi, kasihan suamiku sering begadang.” kata Yasmin membujuk Jessica.“Gak semudah i
Matahari mulai muncul dari ufuk timur, semua burung diatas ranting berkicauan bak bersiul menyambut pagi. Air embun membuat tanaman tumbuh segar dan sehat. Yasmin dan keluarga menikmati embun pagi di taman, sambil melakukan peregangan otot dengan olahraga seperti menggerakkan tubuh, ataupun berlari mengelilingi taman. Tubuh yang tidak biasa melakukan olahraga pagi memang berat, belum sampai satu putaran saja Yasmin dan Aditya sudah merengek meminta minum. “Papi ngapain sih ikut-ikutan,” kesal Yasmin karena Aditya merebut minumannya. “Papi haus, seret banget nih tenggorokan.” Katanya meneguk minuman Yasmin sampai habis.Tidak lama Meli juga datang meminta minum, dengan nafas ngos-ngosan, ia langsung membaringkan tubuhnya di atas tikar. “Papi ambilin minum,” ujarnya. “Iya Papi ambilin,” katanya segera berdiri. “Mami kepala aku pusing,” ucap Yasmin memegang kepalanya.Meli langsung duduk mendekati putrinya, dilihat dari wajah Yasmin pucat, Meli memeriksa suhu tubuhnya.“Badan kamu