“Khuee khuee” perut Arkana mual karena mencium aroma makanan di depannya. Arkana menutup kedua mulutnya, menatap makanan di hadapannya yang terlihat tidak sedap di matanya, sehingga membuatnya mual. “Mas kamu kenapa?” tanya Angel. Arkana membuang nafas pelan, ia berusaha membuka mulutnya tetapi ia urungkan, karena hidungnya begitu sensitif mencium bau masakan di depannya. Ia menatap bibi Anna dan berkata. “Bibi Anna tolong ganti semua masakannya,” perintahnya. Angel terkejut ia menatap Arkana dan berkata. “Arkana apanya yang salah? Ini kan makanan kesukaan kamu,” protesnya. “Tapi aku gak bisa memakannya Angel,” jawab Arkana.“Khuee khuee” lagi-lagi perut Arkana bereaksi lebih dari sebelumnya. Pria itu berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya berulang kali. Angel yang bingung pun ikut mengejar Arkana ke kamar mandi, ia membantu mengusap punggung Arkana.“Kamu kenapa sih? Aneh banget tau gak?” ujar Angel.Setelah membasuh wajah, Arkana menatap dirinya di cermin dan be
“Arkana sebenarnya kamu kenapa sih? kemarin masakan aku yang kamu buang, sekarang kamu menghindariku karena bau parfum yang aku pakai.” Kata Angel marah. “Ya aku gak tahu Angel, udah sana jangan dekat-dekat aku mau muntah.” Jawab Arkana sambil menutup hidungnya. Raut wajah Angel berubah bete, keanehan pada kekasihnya itu membuat Angel kesal tidak bisa berdekatan sama sekali, bahkan Arkana memintanya untuk menjaga jarak lima meter dengannya. Padahal parfum Angel begitu wangi seperti biasa yang di pakaiannya, Arkana juga menyukai parfumnya dan tidak ada masalah, tetapi hari ini bahkan pria itu menyuruhnya mandi menggunakan parfum yang lainnya.“Sebenarnya ada apa dengan diriku ini,” gumam Arkana memijat keningnya yang pusing. “Yasmin,” gumamnya tidak berhenti memanggil nama istrinya. Sadar maupun tidak, Arkana tidak bisa berhenti memikirkan istrinya beberapa hari ini, semua kebiasaan gadis itu berputar ulang dalam pikirannya. Bahkan Arkan tidak bisa tidur jika tidak di kamar Yasmi
“Tuan, saya rasa mereka sedang pergi. Lebih baik kita pulang saja tuan,” ujar Jessica menyesal mengikuti Arkana. Rumah Yasmin sangat sepi, bahkan tidak ada satu orang pun termasuk menjaga pintu masuk. Arkana merasa ada yang janggal, makanya ia tidak bisa pulang begitu saja sebelum mendapatkan informasi. Tok tok tok.Seorang petugas keamanan komplek datang dan mengetuk pintu kaca mobil Arkana. Jessica segera membukanya. “Maaf saya perhatikan satu jam yang nona keluar sedang menunggu pemilik rumah ini, apa itu benar?” Katanya. “Iya pak, kira-kira bapak tahu gak mereka kemana dan pulangnya kapan?” Kata Jessica. “Pemilik rumah ini sudah tidak lagi tinggal disini, pak Aditya dan keluarganya sudah pindah Nona.” Ujarnya. Tubuh Arkana langsung tegak, ia menatap pria tersebut dan berkata. “Pundak kemana?” Tanyanya. “Saya kurang tahu pak, kalau begitu saya permisi dulu pak, nona.” Pamitnya. Arkana membuang nafas berat, ia menyandarkan kembali punggungnya dengan kedua mata terpejam. Pik
“Bi itu tadi suara Yasmin, bibi dengarkan?” Ujar Arkana begitu yakin dengan pendengarannya.“Tidak tuan, saya tidak mendengar apapun, mungkin karena tuan merindukan non Yasmin. Jadi seperti itu, apa apa selalu ingat non Yasmin,” kata bibi Anna terus mengelak. Arkan terdiam, ia memperhatikan gerak-gerik bibi perempuan paruh baya itu. Pendengarannya begitu tajam mengenali suara istrinya walau hanya sebuah rintihan kecil. “Saya tahu bibi menyembunyikan sesuatu dari saya, tidak papa jika bibi tidak ingin mengatakannya. Saya bisa mencari tahu tanpa bantuan bibi,” ujar Arkana masih menatap perempuan itu dengan jeli. Gelagat bibi Anna memang terlihat mencurigakan, matanya terus menghindari tatapan Arkana dan terlihat begitu gelisah. Bibi Anna bukan hanya takut Arkana mengetahuinya, tetapi ia mengkhawatirkan keadaan Yasmin yang tiba-tiba meringis kesakitan, ia terpaksa menutup panggilannya sebelum bertanya apa yang terjadi. “Bi,” panggil Arkana saat bibi Anna melamun. “Tuan maaf, bibi l
“Mami, perutku rasanya semakin hari semakin besar. Itu artinya dia bertumbuh dengan baik,” ucap Yasmin tidak berhenti mengusap perutnya.yang mulai terlihat sedang hamil. “Iya sayang, makanya kamu jangan malas makan. Calon bayimu sangat membutuhkan nutrisi yang baik, terutama buah dan sayuran.” Jawab Meli sambil memasak kue.“Oh iya mami, aku mau ganti ponsel boleh ya?” Katanya memperhatikan ibunya yang sedang membuat kue. Meli menghentikan kegiatannya, ia menatap putrinya dan berkata. “Ada apa dengan ponselmu? bukankah itu ponsel terbaru pemberiannya?” Katanya. “Sebetulnya, ada nomor baru yang setiap hari nelpon gak jelas, Yasmin takut Arkana melakukan hal seperti itu. Apalagi dia sangat pandai dalam apapun, bisa jadi dia akan mudah menyadap ponsel ini.” katanya dengan raut wajah khawatir. Meli memeriksa keadaan sekitar, ia memastikan suaminya tidak ada di sana. Kemudian ia menatap putrinya dan berkata. “Jangan katakan hal ini kepada papi kamu ya, katakan saja pengen ponsel baru.
Arkana tidak membawa Yasmin ke rumah sakit, melainkan ia membawanya ke Villa, ia menyiapkan seorang dokter kandungan khusus perempuan yang langsung memeriksa kondisi Yasmin. Baru bisa menghembuskan nafas lega, setelah Arkana dan Meli berbicara dengan dokter yang memeriksa Yasmin. “Tidak perlu khawatir, janin dan ibunya baik-baik saja. Perutnya kram karena terkejut dan juga terlalu kekenyangan, tetapi janinnya cukup sehat. Hanya saja pikiran si ibu terlalu stress juga kurang istirahat,” kata sang dokter. “Iya terimakasih dokter,” kata Meli. Arkana mendekati istrinya, duduk di samping butuh Yasmin, kemudian ia mengusap perut yang berisi calon buah hatinya. Penuh haru ia bisa mengusap dan menyapa janin tersebut. Meli dan dokter meninggalkan Arkana di dalam kamar menemani Yasmin yang sedang istirahat. Kini Arkana mengetahui kehamilan Yasmin di saksikan oleh dokter dan juga Meli mertuanya. Meskipun ia tidak terlalu terkejut, namun kegembiraannya terlihat jelas saat air matanya menete
“Dia tidak memiliki jadwal apapun di Swiss, maksud kamu pekerjaan apa? Tidak ada laporan dan kerja apapun di sana,” kata Bara. “Jadi maksud kamu dia telah membohongiku? lalu untuk apa dia pergi kesana jika bukan karena pekerjaan? Liburan?” Kata Angel tidak percaya. “Lebih baik sekarang kamu pastikan tanya kepada asisten pribadinya, dia yang mengetahui apapun tentang calon suamimu. Semoga saja dia berkata jujur,” kata Bara meninggalkan Angel sendiri di ruangannya. Bara tengah sibuk mengurus perusahaan, pekerjaannya tertunda hanya karena mendengarkan kelurahan dan rengekan Angel setiap hari karena tidak mendapatkan kabar dari calon suaminya, meskipun itu bukan urusannya. Namun Bara masih memiliki hati untuk perempuan itu, ia juga penasaran dengan kepergian saudara tirinya yang tiba-tiba menghilang di waktu pernikahannya yang tinggal 2 hari lagi. Mengikuti saran Bara. Angel segera menemui asisten pribadi Arkana di ruangannya, dengan kebiasaan yang tidak mengetuk pintu lebih dulu, An
“YASMIN, INI PAPI, KELUAR KAMU NAK.” “ARKANA KELUARKAN PUTRI SAYA, ATAU PETUGAS KEPOLISIAN YANG AKAN MENYERETMU DARI DALAM. CEPAT KELUAR SIALAN,”Teriak Aditya dari gerbang villa yang dijaga ketat oleh para bodyguard Arkana. Aditya benar-benar membawa para petugas polisi, ia melaporkan Arkana sebagai penculik yang menyekap Yasmin putrinya. Namun apart itu tidak bisa masuk sembarangan tanpa pemilik rumah, apalagi di jaga ketat anak buah Arkana. Arkana segera mendatangi mertuanya yang membawa aparat kepolisian, ia mengizinkan mereka masuk dengan sopan dan menyambut mereka dengan baik. “Tolong jangan berisik, istri saya sedang tidur.” Ujar Arkana kepada mertuanya Aditya.Aditya tertawa sumbang, pria itu menyertakan Arkana dengan puas dan berkata. “Lihat pak, pria ini begitu gila. Tunggu apa lagi pak? Cepat tangkap dia,” kata Aditya.“Boleh tunjukan berkas identitas anda tuan?” Kata petugas kepolisian. Arkan menganggukan kepala, ia menyuruh anak buahnya untuk mengambilkannya. Tidak
Yasmin akhirnya memiliki teman dalam keluarga Amijaya, yaitu Bela. Marcel mendapatkan restu setelah Arkana kembali dan resmi kembali menjadi Tuan Muda, meskipun kehamilan palsu Bela terungkap, Amijaya tetap merestui pernikahan mereka. Begitu bahagia, Marcel akhirnya bisa menikahi Bela, pria itu sampai mengajak Arkana berlomba untuk mendapatkan anak. Padahal Yasmin dan Bela tidak ingin terburu-buru memiliki anak. Namun harapan Yasmin telah hilang, karena perempuan itu telah hamil lebih dulu akibat Arkana termakan ucapan Marcel. “Sayang bangun yuk, kita berjemur.” Ujar Arkana membangunkan istrinya dengan lembut. “Aku masih ngantuk,” rengek Yasmin memeluk guling.Arkan menarik guling sang istri, kemudian mengangkat tubuh Yasmin ke dalam gendongannya, membawanya ke kamar mandi.Seperti anak kecil yang susah dibangunkan, Arkana membasuh wajah istrinya di kamar mandi, tidak lupa menggosok gigi dalam keadaan Yasmin yang masih memejamkan mata.Setelah itu Arkana mengikat rambut Yasmin, m
Satu minggu lagi Arkana dan Yasmin akan segera pindah, segala persiapan dan penyelesaian yang sudah Arkana mulai tinggal menunggu kabar Jessica yang belum memberikan keputusan apapun, bahkan kabarnya tiba-tiba menghilang setelah pembicaraan dengan Arkana.Yasmin berusaha menghubunginya, tetapi tidak mendapatkan jawaban. Arkana sangat berharap Jessica akan kembali saat perayaan sekaligus peresmian pergantian Arkana nanti.Disamping itu Yasmin tidak sabar ingin bertemu Bela dan juga mertuanya, yang sudah menghubunginya beberapa kali, sedangkan Meli merasa sedih karena mereka akan meninggalkan rumahnya.Sebetulnya, Meli sangat berat harus berpisah dengan putrinya, ia begitu takut kejadian dulu terulang kembali.Namun, melihat antusias dan keceriaan putrinya, ia merasa sedikit lega, berusaha membuang pikiran negatifnya.“Mami dan papi ikut Yasmin aja, pindah kesana.” Pinta Yasmin.“Nanti Mami dan Papi mau tinggal dimana? rumah yang dulu sudah dijual sama Papi,” kata Meli dengan wajah cemb
“Yasmin sudah aku bilang, aku gak ada hubungan apapun sama Emeli.” Ujar Arkana dengan nada tinggi. “Kalau gak ada hubungan apapun, kenapa kamu kemarin perhatian sama dia? Udah aku bilang jangan terlalu dekat sama dia,” teriak Yasmin membalasnya. “Kamu tahu dia rekan kerja satu kantor, bagaimana bisa aku tidak dekat dengannya? Kerjasama itu membutuhkan hubungan yang baik, selain karena pekerjaan aku tidak ada hubungan apapun dengannya.” kata Arkana berusaha menahan emosinya. Pagi hari Yasmin dan Arkana sudah memulai pertengkaran hebat, teriakannya sampai terdengar ke lantai bawah, kedua orang tua Yasmin sampai khawatir karena dari kemarin hubungan Yasmin dan Arkana tidak baik-baik saja. Belum lagi Yasmin sedang terbakar api cemburu yang belum reda, hati dan pikirannya masih terbakar karena kedekatan Arkana dan Emeli. Yasmin kembali menangis, ia masih belum terima dengan kejadian di restoran, ia masih marah diliputi kecemburuan yang hebat. Sudah beberapa kalinya Yasmin menangis, m
Api cemburu semakin membakar emosi Yasmin yang menyaksikan kedekatan suaminya dengan Emeli. Yasmin berusaha menahan diri untuk tidak menyerang perempuan itu, jika saja tidak ditemani Jessica, mungkin Yasmin sudah membuat kesalahan untuk kedua kalinya. Walaupun begitu, Yasmin tidak tahan untuk meluapkan emosinya dan menangis merasakan sakit dalam dadanya. Jessica mengantarkan Yasmin pulang dalam keadaan dibanjiri air mata, tangisannya berlanjut sampai rumah membuat Meli terkejut dan menanyakannya kepada Jessica. “Anak tante sedang dilanda kecemburuan, jangan terlalu khawatir nanti juga sembuh kalau sudah baikan dengan suaminya.” Kata Jessica. “Memangnya cemburu karena apa?” Kata Meli penasaran.“Tadi di restoran, saya dan Yasmin secara diam-diam mengikuti Arkana makan siang bersama Emeli dan juga salah satu klien perusahaan, entah itu disengaja atau tidak. Arkana terlihat perhatian dan begitu dekat dengan Emeli,” jawab Jessica. “Untung dia bisa menahan emosi, tidak melabrak perem
Semenjak Dimas datang, Yasmin sering bermain ponsel dan begitu sering mengabaikan kehadiran Arkana.Arkana begitu kesal setiap kali istrinya main ponsel saat bersamanya, bahkan sekarang pun perempuan itu masih bermain ponsel, tidak peduli suaminya memperhatikannya sejak tadi. “Iya halo, ada apa Emeli?” Ujar Arkana menjawab panggilannya. Pria itu berdiri melangkahkan kaki ke walk in closet melepas pakaiannya satu persatu, sambil membicarakan pekerjaan bersama Emeli. “Tidak perlu, besok Tomi yang akan menyiapkannya.” Ujar Arkana. Di balik cermin, bayangan Yasmin sedang mengintip di balik pintu, hal itu membuat senyuman di wajah Arkana. Ternyata panggilan Emeli bisa mengalihkan istrinya, yang tadi sibuk bermain ponsel dan mengabaikannya, kini perempuan itu penasaran dengan pembicaraannya dengan Emeli. “Jika kamu tidak keberatan, kamu bisa ikut makan siang bersama klien dari Inggris, kita bisa berangkat bersama setelah melakukan meeting.” Ujar Arkana dengan suara agak keras. Yasmin
Malam ini terasa begitu panjang dan melelahkan bagi Bela, begitu banyak pelanggan yang datang memenuhi cafe tempatnya bekerja, tidak seperti malam biasanya Bela masih bisa bersantai.Pekerjaan baru di Cafe Starla cukup membantu perekonomian Bela untuk menambah pemasukan dan mencukupi keperluannya sehari-hari.Meskipun lelah bekerja, itu sudah menjadi suatu kewajiban yang harus dilakukannya, karena tidak hanya untuk mencukupi kehidupan pribadinya, Bela harus mengirim uang untuk adik-adiknya agar tidak putus sekolah.Bekerja keras memanglah tidak mudah, di usia muda Bela yang harus kuliah dan bekerja sudah menjadi rutinitasnya setiap hari.Rasa sakit kepala atau demam tidak pernah Bela manjakan, apalagi cuti bekerja, Bela selalu masuk dan memaksakan diri untuk tetap kuat dan tegar.Namun, kali ini Bela tidak bisa menahan rasa sakit di perutnya yang begitu melilit, wajahnya semakin pucat membuat rekan kerjanya khawatir dan meminta Bela untuk istirahat.“Bela lebih kamu istirahat, biar ak
“Maag ku kambuh karena telat makan, bukan karena aku hamil.” Ujar Yasmin. Awalnya Yasmin terkejut saat Arkana mengatakan dirinya sedang hamil, namun setelah dipikir-pikir lagi itu tidak mungkin karena baru saja kemarin Yasmin datang bulan.Mual dan sakit kepala memang sering terjadi saat maag kambuh, ditambah datang bulan, emosi juga tidak terkontrol karena hormon perempuan saat datang bulan tidak stabil. Wajah Arkana berubah, ia nampak kecewa mendengarnya.“Kamu marah, karena aku tidak hamil?” Ujar Yasmin saat Arkana meninggalkannya. “Tidak,” jawab Arkana. Yasmin merasa tidak enak, ia mengurungkan niatnya dan meletakan kembali ponselnya di tempat semula, ia menyusul suaminya yang berubah murung. Arkana duduk di sofa masih menggunakan handuk, berelanjang dada sambil memeriksa laptopnya. Yasmin menghampirinya lalu duduk di samping suaminya dan berkata. “Jangan terlalu dekat dengan perempuan itu, apalagi kamu bertemu tanpa mengajakku.”Arkana justru tersenyum melihat istrinya mem
“Gimana? semua yang aku suruh kamu lakukan kan?” kata Jessica.Yasmin menganggukan kepala, kemudian ia menyeruput minuman coklate hangatnya penuh kenikmatan.Secara diam-diam Yasmin kembali bertemu dengan Jessica di apartemen pria berkedok perempuan itu, hubungan Yasmin dan Jessica semakin dekat semenjak perempuan itu mengundurkan diri dari perusahaan Arkana.Yasmin tahu Arkana sedang mencari Jessica, tetapi perempuan muda itu sengaja tidak memberitahukan untuk memberikan pelajaran, jika Jessica sangatlah penting bagi Arkana.Rencana yasmin berhasil, suaminya kewalahan menangani masalah di kantor saat Jessica pergi, pria itu bahkan terlihat stres dan sering sakit karena tidak ada yang membantunya.Meskipun Yasmin selalu ada dan mensupportnya, tentu saja Arkana sangat membutuhkan sekretaris seperti Jessica, karena yasmin tidak bisa membantu Arkana dalam menangani perusahan.“Udahlah kamu cepetan balik lagi, kasihan suamiku sering begadang.” kata Yasmin membujuk Jessica.“Gak semudah i
Matahari mulai muncul dari ufuk timur, semua burung diatas ranting berkicauan bak bersiul menyambut pagi. Air embun membuat tanaman tumbuh segar dan sehat. Yasmin dan keluarga menikmati embun pagi di taman, sambil melakukan peregangan otot dengan olahraga seperti menggerakkan tubuh, ataupun berlari mengelilingi taman. Tubuh yang tidak biasa melakukan olahraga pagi memang berat, belum sampai satu putaran saja Yasmin dan Aditya sudah merengek meminta minum. “Papi ngapain sih ikut-ikutan,” kesal Yasmin karena Aditya merebut minumannya. “Papi haus, seret banget nih tenggorokan.” Katanya meneguk minuman Yasmin sampai habis.Tidak lama Meli juga datang meminta minum, dengan nafas ngos-ngosan, ia langsung membaringkan tubuhnya di atas tikar. “Papi ambilin minum,” ujarnya. “Iya Papi ambilin,” katanya segera berdiri. “Mami kepala aku pusing,” ucap Yasmin memegang kepalanya.Meli langsung duduk mendekati putrinya, dilihat dari wajah Yasmin pucat, Meli memeriksa suhu tubuhnya.“Badan kamu